Baru saja saya melihat-lihat kembali agenda 2023 dan resolusi awal tahun yang lalu. Senang juga melihat cukup banyak yang terpenuhi. Entah karena saya kurang ambisius, atau karena memang saya cukup berprogress di 2023 hehe. Saya lebih suka melihatnya dari sudut pandang yang terakhir.
Halo kembali refleksi tahunan! Dua Ribu Dua Puluh Tiga bukan main melesatnya bagai Kana dan Kenji, kereta cepat di Thomas and Friends (cieh, menghafal tokoh animasi supaya relate dengan para toddlers :D). Kalau tahun-tahun sebelumnya "terasa" cepat, tahun 2023 terasa EKSTRA cepat Bun! Bahkan saya yang rajin mengisi agenda tahunan ini, keteteran tidak mengisi bulan Oktober-Desember saking cepatnya waktu berlalu. Apakah yang lain juga merasa demikian atau karena saya saja yang makin menua dan mulai gelagapan menarik waktu?
Awal 2023 kami sekeluarga pindah rumah ke sebuah perumahan "INTI" di Makassar :D. Memberi kapital pada inti bukan karena jumawa (mungkin sedikit), tapi lebih kepada lega dan senang bisa tinggal di salah satu perumahan paling strategis di Kota Makassar. Sempat alami amukan banjir di perumahan sebelumnya, tahun ini kami membayar lebih untuk bisa tinggal di perumahan bebas banjir, lebih rendah kemacetan, dan lebih dekat kemana-mana. Bagian efisiensi waktu karena dekat ke berbagai tempat ini menurut saya hal yang paling saya syukuri, terlebih sebagai warga kota yang cukup maju. Misalnya dalam sehari kami menghemat waktu 15 menit karena jarak ke kantor, ke mall, ke bandara, ke pantai, dll lebih dekat, jika dikalikan 200 hari saja (hitungan pesimis karena dalam sehari bisa bolak balik ke beberapa tempat, dan dalam setahun lebih dari 200 hari berkendara ke berbagai tempat), maka dalam setahun minimal ada 3000 menit yang "dihemat" karena rumah lebih strategis, atau sekitar 50 jam! Maka membayar lebih untuk bisa mendapatkan "minimal" ekstra 50 jam hidup terasa cukup masuk akal. Ini berlaku untuk keluarga aktif rutin berkendara di pusat kota yang cukup macet dan rutin berkantor/bersekolah seperti kami.
Salah satu keuntungan pindah ke kontrakan baru ini juga karena lokasinya yang memungkinkan untuk jalan atau jogging. Setelah pindah kesini, dan karena motivasi dari Mba Eliza, rekan kantor yang rutin jalan/jogging, saya pun jadi suka jalan sekitaran kompleks. Badan rasanya lebih bugar. Di sekitaran rumah juga banyak orang berolahraga dengan outfit olahraga yang tidak setengah-setengah, membuat kami semakin bersemangat olah raga. Kadang olah raga di Indonesia itu seperti privilege saja: tinggal dimana, lingkungan seperti apa, dan fasilitas apa yang dimiliki yang memberi dorongan orang berolahraga, saking minimnya fasilitas umum atau bahkan sekedar trotoar, atau trotoar yang proper digunakan untuk berjalan kaki. Kembali ke kontrakan, yah, walaupun cukup besar biaya yang dikeluarkan untuk pindahan, membeli perabotan (karena rumah lama sudah fully furnished), dan untuk permak rumah kontrakan baru ini, karena toiletnya lebih mirip gua mistis dibandingkan toilet makhluk beradab. Bukan hanya itu, tenaga yang dikeluarkan juga lumayan banget Bun. Saya bahkan harus order cairan bukan sembarang cairan (apa sih :D intinya cairan keras, bukan vix*l, prost*k, dll) pengangkat kerak 1000 tahun di bak kamar mandi dan sekitarnya, dan harus saya kosek ratusan kali supaya kilap lagi. Sungguh pengorbanan yang hanya saya dan penghuni toilet tak terlihat yang tau, semoga mereka bahagia dengan kilap yang kusingkap. Apaan Bun.
Ini refleksi pindah rumah saja panjang ya Bun, tapi ya begitu, soal memilih rumah dan mendapatkan rumah itu menurut saya jodoh-jodohan dan kalau sudah jodoh harus dibuat senyaman mungkin. Saya lumayan pengalaman dengan berbagai pindahan, mulai dari Soe-Malang beberapa kali-Kupang 2 rumah-Pernah sebentar di Maumere-Portland US-Kansas US 2 kali-Kupang-Ende 2 tempat-Kupang lagi 2 rumah-Jogja-Makassar 2 rumah, membuat saya lumayan lah ada pengalaman berjodoh-jodohan dengan rumah. Habis ini kemana Bun? Ya, masih misteri ya hehe, liat saja nanti. Lalu tarik napas memikirkan mau diapakan barang sebanyak ini karena sekarang pindahan bukan versi angkut koper lagi tapi seisi rumah dan sudut-sudutnya penuh barang milik 3 orang yang sudah nyaman 3 tahun di Makassar :D.
Wow! 3 tahun di Makassar Bun? Bukan main lumayan lama yaa, sudah 10% kehidupan dihabiskan di Makassar. Nyaman memang disini, tapi seperti tulisan-tulisan sebelumnya, sudah mulai dapat bisikan-bisikan batin "habis ini apa? kemana? ngapain?". Belum ada jawabannya Bun, jadi sabar dulu sambil mempersiapkan diri.
Dari sisi keluarga, kami makin "berusaha" kompak, karena kekompakan harus diusahakan wkwk. Usia berkeluarga dan menjadi orang tua yang masih dibilang muda ini tentu harus banyak belajar. Saya melihat kami sedang mencoba menjadi orang dewasa, menjadi orang tua dan pasangan yang lebih baik. Kami melihat Oliver beranjak dari kebayi-bayian ke toddler-toddleran yang lucu, gemas, sedikit sok dewasa, makin cerdas, dan makin kuat. Dengan kondisinya yang macam-macam, Oliver tumbuh menjadi anak optimis dan ceria, senang bergaul, pandai menyanyi, dan lebih suka pakai bahasa Inggris seperti Peppa Pig. Kami bersyukur untuk perkembangan Oliver, personality-nya, dan pembentukan emosinya. Kami juga sempat liburan keluarga ke Semarang dan Bali.
Dari sisi pekerjaan, saya cukup bersyukur bisa menerjemahkan berbagai ambiguitas ke target dan output yang real. Syukurlah saya terus didukung oleh rekan-rekan kerja yang suportif. Walaupun ada sedikit gesekan dengan seseorang :D, tapi begitulah dunia kerja yang tampak boring di luar tetapi ganas dan penuh intrik di dalam. haha. Lingkungan kerja saat ini adalah lingkungan kerja paling positif dan suportif yang pernah saya temui. Tetapi namanya manusia tetap unik-unik yah, kadang menemui manusia yang super unik dan super repot di lingkungan kerja. Maka, penting sekali kita merawat mental kita, menghadapi berbagai insecurity dan trauma kita, supaya kita menjadi manusia yang tidak "menggerus" orang lain, dunia membutuhkan orang-orang yang demikian. Tapi kembali lagi, overall, baik, saya makin menjadi dewasa dalam dunia profesional. Saya banyak travel untuk urusan profesional: ke Toraja 5 kali! ke Selayar 2 kali, ke Jakarta 3 kali, Bandung 2 kali, Lombok 1 kali, dan kabupaten-kabupaten lainnya di Sulsel.
Saya juga mau memberikan selamat pada diri saya sendiri yang sudah 3 tahun lamanya mengabdi di lembaga saat ini saya bekerja. Ini pengalaman kerja full time di satu tempat terlama yang pernah saya jalani. Setiap tahun saya menjadi pekerja yang lebih mature dan setiap tahun memberikan pelajarannya tersendiri.
Tahun 2023 ini saya juga lebih berkoneksi dengan teman dan keluarga. Sepertinya saya mulai mendewasa dalam hal hubungan sosial. Saya cukup bangga, mengingat dunia sosial biasanya saya hindari sebisa mungkin, karena seringnya energi saya tersedot pada lubang hitam dan level ke-awkward-an saya menjadi maksimal, dan setelahnya perasaan cemas dan excited membuat saya tidak bisa tidur. haha berlebihan sungguh, tapi nyata. Sekarang, saya menghadapi dunia sosial dengan lebih calm, dan menyadari pentingnya tali-tali sosial yang perlu dikuatkan.
Selain itu, saya juga "berhasil" merekrut 3 orang asisten di 2023. Masing-masing dengan karakter berbeda dan menjadi pembicaraan panjang saya dan suami :D. Saat ini kami masih di-support oleh asisten ketiga, dan sampai saat ini kami bersyukur ada support system di dalam keluarga yang sering kesana-kemari.
Namun dari semua yang saya syukuri, ada beberapa target yang harus saya geret ke tahun 2024 ini karena belum tercapai di 2023. Dan tidak apa-apa juga. Saya masih manusia dengan tingkat distraksi level swipe reels instagram dan youtube tak berkesudahan. Masih perlu berbenah.
Akhir kata, saya bersyukur untuk waktu, kesempatan, harapan-harapan, keinginan baik, pengalaman, pembelajaran, dan semua yang terjadi di 2023.
Semoga tahun 2024 ini tetap dijalani dengan penuh semangat untuk menjadi Nike Frans yang lebih baik lagi, menjadi lebih saya lagi, sehat fisik, pikiran, finansial, sosial, dll, dan semoga tahun 2024 membawa kesempatan-kesempatan baik, keberuntungan, dan pemenuhan potensi.