Selasa, 30 September 2025

Agustus yang Purging

Entah apa yang merasuki saya sampai renungan singkat bulan Agustus 2025 baru saya tuliskan di 30 September 2025, tsk. Salah satu pembelaan diri sendiri adalah karena bulan September 2025 ini padatnya bukan kaleng-kaleng, suer. Alasan lainnya mungkin berkaitan dengan sikap denial saya untuk melihat Agustus yang penuh dinamika (cobaan) itu sebenarnya mengandung banyak pembelajaran, bahkan setiap breakout/bisulan yang dilewati merupakan bentuk purging untuk menyeiramakan hidup. Yes, sudah bisa lebih bijak memaknai Agustus kala September jelang berakhir. 

Agustus awal dimulai dengan debat kusir beberapa hal dengan orang terdekat. Suka-sukanya hidup: kadang isu-isu terpendam harus naik ke permukaan untuk purging dan membaik. Ibaratnya bisul terbenam didorong naik ke permukaan kulit untuk dibersihkan. Kalau sudah dibersihkan maka tubuh pun (dalam hal ini hubungan interpersonal) jadi lebih sehat.

Lalu Agustus pertengahan saya harus berhadapan dengan salah satu perasaan berat yang menguji saya hingga saya harus berada di titik emosi pimal: purging emosi yang luar biasa dasyatnya. Walaupun hanya terjadi beberapa jam saja, saat itu saya bukan lagi manusia bernorma, tapi "aku ini binatang jalang" wkwk. Sungguh kalau diingat-ingat rasanya malu juga tapi sangat yakin: purging emosi tersebut sangat esensial untuk kesehatan jiwa saya, amin.

Agustus akhir tiba-tiba negara pun bergejolak hebat dan purging habis-habisan. Rakyat turun ke jalan, marah-marah dan bakar-bakar. Bukan hanya di Indonesia, gejolak protes pada sistem negara terjadi juga di berbagai belahan bumi. Benar-benar yaa Agustus ini, entah fenomena apa yang terjadi di tingkat makro-kosmos sehingga terefleksi secara gamblang di level internasional, nasional, bahkan personal.

Namun berbagai purging tersebut tidak menutupi keindahan Agustus. Ulat kecil yang kami adopsi dari pohon jeruk depan rumah berubah menjadi Bird Poop Caterpillar yang unik menyerupai kotoran burung dan membesar menjadi ulat hijau yang gemoy, menjadi kepompong hijau yang diam saja, dan kemudian retas menjadi kupu-kupu cantik bernama ilmiah Papilio demoleus atau Lime Butterfly atau Lime Swallowtail atau Kupu-kupu Jeruk. Sungguh pengalaman magis bagi saya dan Oliver menyaksikan ulat kecil kami berubah tahap demi tahap menjadi kupu-kupu yang sangat graceful dan cantik. Bahkan kupu-kupu itu tidak segan-segan hinggap di tangan Oliver. Tidak sampai di situ, tepat 3 hari kemudian kupu-kupu yang sama kembali ke rumah kami dan hinggap di tangan Oliver. Sungguh ajaib pengalaman menyayangi dan disayangi oleh kupu-kupu, terlebih Oliver yang pada dasarnya mencintai berbagai jenis binatang. Kupu-kupu ini juga seolah memberikan momen full circle bagi saya yang pernah memotret sepupunya, Giant Swallowtail, di Central Park New York sekitar tahun 2016.

Cerita baik yang lain, di bulan Agustus 2025 saya bertemu kembali dengan salah satu orang baik dari Timor, yang pernah menjadi mentor saat saya baru belajar kerja di Kupang tahun 2013-2015. Bertemunya di Makassar bersama rekan-rekan dari Timor yang lain. Saya bersyukur bisa bertemu beliau yang ternyata masih seperti dulu: masih punya banyak ide dan concern dan visi untuk dunia yang lebih baik. Semoga beliau diberkati selalu.

Lalu sempat berkunjung ke Sidrap, dan ditraktir makan bebek Sidrap yang sedap sekali dan dibekali telur ayam Sidrap yang sehat. Terima kasih, Sidrap, untuk kehangatan hatinya.

Begitulah cerita Agustus 2025 yang penuh momen-momen purging untuk memecahkan bisul-bisul spiritual saya untuk semoga menjadi manusia yang lebih baik, dan kalaupun masih ada bisul terpendam semoga bisa ditangani hingga ke akar-akarnya. Terima kasih hidup yang penuh berkat dan kebaikan!

Kupu-kupu "Peanut" (nama dari Oliver) sangat nyaman hinggap di tangan Oliver 

Yang ini tangan Oliver dan saya yang berebutan untuk dihinggapi Peanut :D