Apakah kita
sadar kita orang yang sangat beruntung saat kita bisa makan dengan cukup hari
ini?
Makan bagi
saya adalah mekanisme input energi yang bisa sangat menyenangkan, tergantung
menu dan suasana (termasuk dengan siapa kita makan.hehe). Saya ditengah
keterbatasan yang ada masih bisa pilih-pilih mau makan apa hari ini. Terkadang masih
bisa pilih-pilih mau makan dimana hari ini.
Saya jenis
orang yang sering sekali menyisakan dan akhirnya membuang makanan. ini buruk,
saya tahu. Tapi seringnya begitu. Entah porsi kebanyakan, atau karena tidak
nafsu makan, bisa juga karena makanan nya kurang cocok di lidah saya.
Bercerita
tentang makan, saya punya cerita sederhana yang semoga membuat saya dan kita menjadi
lebih bersyukur lagi saat makan.
Ceritanya
pada hari Minggu, 6 Oktober 2013 mama saya mengajak saya ke acara syukuran sidi
baru di SLB (Sekolah Luar Biasa) di Nunumeu, Soe. Ada sekitar 10 orang anggota
sekolah luar biasa yang ditahbiskan sebagai anggota sidi baru. Mama diundang ke
acara tersebut karena meskipun tidak sering, tapi mama beberapa kali berkunjung
kesana.
Sekolah ini
beranggotakan puluhan anak (saya tak tahu pasti) dengan cacat mental maupun
fisik. Ada asramanya juga. Yang menjadi orang tua sekian puluh anak ini adalah
seorang mama tangguh yang tidak menikah, bernama Mama Mia. Bayangkan menjadi
mama bagi beberapa anak saja repot, apalagi sang Mama Mia ini, menjadi mama
bagi puluhan anak yang bukan anak kandungnya sendiri, pun dengan bermacam
keterbatasannya sendiri-sendiri. Anak-anak ini ada yang dititipkan orang tua,
namun dengan kondisi ekonomi lemah.
Jadilah asrama
anak-anak ini sangat bergantung dari para donor. Sampai saat ini, rupanya ada
saja yang datang memberi perpuluhan atau bahan makanan, atau sumbangan baju dan
sebagainya.
Kembali ke
acara syukuran, saya, mama, dan papa pergi menghadiri acara tersebut. Sesampainya
disana, acara sudah dimulai dan pendeta sementara berkhotbah. selesai khotbah,
acara dilanjutkan dengan sambutan Mama Mia serta ucapan terima kasih beliau
kepada seluruh undangan. Beliau cerita sedikit tentang panggilannya untuk
melayani anak-anak cacat sejak masih muda dulu. Ceritanya tidak begitu
mengharukan karena memang ada unsur sedihnya, namun beliau menceritakan hal
tersebut dengan penuh ketegaran, sehingga tak membuat saya sedih.
Lalu setelah
Mama Mia selesai bicara, seorang anak anggota asrama yang hari itu juga sidi
dipersilahkan membagikan ceritanya.
Anak ini ada
sedikit gangguan dengan saraf di bagian matanya. Melihat dia maju untuk
berbicara saja sudah membuat saya sedih. Martha Soleh namanya. Dia bercerita
tentang Mama Mia yang adalah seorang yang takut akan Tuhan, demikian juga
anak-anak yang tinggal disana. Dan inilah kalimat yang keluar dari mulutnya
yang sukses membuat saya menangis:
‘Kalau kami
tidak ada beras, kami berdoa, nanti Tuhan kirim orang yang punya berkat’.
Betapa
untuk beras saja anak-anak yang ‘kurang beruntung’ ini harus berkumpul dan
berdoa minta Tuhan mencurahkan berkatnya atas mereka. Betapa ada orang-orang
yang malam ini tidur dengan suatu ketidakpastian apakah besok ada makanan atau
tidak.
Lalu betapa
jahatnya kalau saya dan teman-teman yang secara fisik, mental, bahkan ekonomi
diberkati dengan kebaikan dan kecukupan masih saja tidak bersyukur saat bisa
makan dengan cukup hari ini. Bisa pilih-pilih pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar