Apa kabar kak? Saya benar-benar berharap kakak dalam keadaan baik. Semoga begitu. Bertanya kabar adalah bentuk pengantar percakapan yang mungkin saja akan kaku setelah setahun berlalu dalam interaksi yang beku. Saya sungguh berharap, kakak sehat dan baik, jauh lebih baik dan keren dari hari-hari kemarin.
Hari kemarin. Membicarakan hari kemarin bisa menjadi suatu aktivitas yang pada prosesnya akan membangkitkan kenangan masa lalu, tidak peduli apakah kenangan-kenangan yang muncul adalah kenangan yang manis, pahit, ataukah gabungan membingungkan antara keduanya.
Meskipun membicarakan hari kemarin tidak selalu berarti membicarakan hal-hal manis, ada keinginan besar dalam hati saya untuk menulis catatan kecil ini yang bersifat bahasan hari kemarin, dengan risiko akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Saya sungguh berharap, kata-kata ini tidak menimbulkan luka baru; bukan itu tujuan tulisan ini, sebaliknya, semoga pesan saya tiba sesuai tujuan tunggalnya: minta maaf.
Minta maaf adalah hal paling wajar dan utama yang bisa saya lakukan untuk kakak.
Saya minta maaf, Kak.
Untuk hari-hari kelam.
Untuk hari-hari penuh pertanyaan tanpa jawaban.
Untuk hari-hari yang dilewati dengan rasa down dan pesimis.
Untuk hati yang kecewa.
Untuk hati yang marah karena patah.
Untuk rasa terbakar di lambung.
Untuk perasaan yang ditumbuhkan dan kemudian layu.
Untuk waktu, energi, sumberdaya yang terbuang untuk kesia-siaan.
Untuk karya yang terhenti.
Untuk jiwa yang murung.
Untuk harapan yang pergi.
Untuk hati yang sepi.
Untuk hati yang pilu.
Untuk hati yang menangis.
Deretan maaf diatas tidak mampu mendeskripsikan keadaan sebenarnya yang mungkin jauh lebih kompleks atau lebih buruk...
Semoga waktu, dengan segala kesabaran dan keikhlasannya, memulihkan hati yang pedih.
Tidak harus sekarang, kak. Saya minta, kalau sudah waktunya,
Maafkanlah saya.
Kepada: CS
Manhattan-Kansas, 12 Oktober 2015
Hari kemarin. Membicarakan hari kemarin bisa menjadi suatu aktivitas yang pada prosesnya akan membangkitkan kenangan masa lalu, tidak peduli apakah kenangan-kenangan yang muncul adalah kenangan yang manis, pahit, ataukah gabungan membingungkan antara keduanya.
Meskipun membicarakan hari kemarin tidak selalu berarti membicarakan hal-hal manis, ada keinginan besar dalam hati saya untuk menulis catatan kecil ini yang bersifat bahasan hari kemarin, dengan risiko akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Saya sungguh berharap, kata-kata ini tidak menimbulkan luka baru; bukan itu tujuan tulisan ini, sebaliknya, semoga pesan saya tiba sesuai tujuan tunggalnya: minta maaf.
Minta maaf adalah hal paling wajar dan utama yang bisa saya lakukan untuk kakak.
Saya minta maaf, Kak.
Untuk hari-hari kelam.
Untuk hari-hari penuh pertanyaan tanpa jawaban.
Untuk hari-hari yang dilewati dengan rasa down dan pesimis.
Untuk hati yang kecewa.
Untuk hati yang marah karena patah.
Untuk rasa terbakar di lambung.
Untuk perasaan yang ditumbuhkan dan kemudian layu.
Untuk waktu, energi, sumberdaya yang terbuang untuk kesia-siaan.
Untuk karya yang terhenti.
Untuk jiwa yang murung.
Untuk harapan yang pergi.
Untuk hati yang sepi.
Untuk hati yang pilu.
Untuk hati yang menangis.
Deretan maaf diatas tidak mampu mendeskripsikan keadaan sebenarnya yang mungkin jauh lebih kompleks atau lebih buruk...
Semoga waktu, dengan segala kesabaran dan keikhlasannya, memulihkan hati yang pedih.
Tidak harus sekarang, kak. Saya minta, kalau sudah waktunya,
Maafkanlah saya.
Kepada: CS
Manhattan-Kansas, 12 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar