Opa sudah sampai dimana sekarang?
Seperti seorang pensiunan yang baru saja melepas tanggung jawab di kantor sekaligus memulai petualangan yang membuat rekan-rekan kerjanya rindu, Opa menyelesaikan tanggung jawab 86 tahun 3 bulan dan 1 minggu yang berwarna dan mungkin sedikit berat di akhir.
Bedanya, kau pergi tanpa smartphone. Kau memilih menikmati sendiri perjalananmu karena kau pikir, sudah puluhan tahun kau habiskan bersama rekan-rekan kehidupanmu. Kami, rekan hidupmu, akan kehilangan kontakmu, meskipun kami kaya akan kenangan tentangmu, Opa.
Seketika memori tentang Opa hadir kembali.
Memori tentang mantan atlit yang senang jogging dan gemar menantang para cucu untuk balap lari sekedar untuk bilang bahwa Opa yang sudah tua ini jauh lebih kuat dan keren dari kalian anak muda, atau mungkin sekedar untuk bersenang-senang.
Memori tentang gigi palsu, badan yang ramping ideal, rambut abu-abu belah pinggir yang sangat halus, telinga yang kurang sensitif, serta celana pendek dan sepasang kaki yang kokoh.
Tentang dongeng sebelum tidur di rumah tua di Manado tentang raksasa-raksasa di hutan yang punya jiwa seperti manusia.
Tentang betapa mesranya kau panggil Oma, istrimu yang hidup saling mencintai denganmu. Kau panggil : 'Mother'..... Ah, bahkan kami yang masih anak-anak saat itu menganggap caramu memanggil Oma itu sangat manis.
Saat ini, kami bingung tentang apakah kau lebih NTT atau lebih Manado. Kau mengabdikan diri di NTT, kau besarkan semua anak-cucumu di Timor. Bahkan kau hembuskan nafasmu yang terakhir di Kupang. Opa, pastilah kau orang NTT yang fasih berbahasa Manado.
Dua tahun lalu kau rayakan ulang tahun pernikahan emasmu dengan Oma, istrimu yang sangat berharga. Lima puluhan tahun menjalani pernikahan dengan cinta yang begitu tulus. Kami belajar sangat banyak dari kalian. Opa dan Oma adalah contoh pasangan ideal bagi kami. Di saat-saat akhir masa tugasmu di dunia, kami pun bertanya-tanya, mengapa opa harus terus berjuang di tengah kelemahan fisiknya? Apakah ada tujuan dibalik semua itu? Lalu kami membatin: "Oma adalah satu-satunya alasan Opa hidup".
Kami penasaran, sudah tiba dimana Opa saat ini? Satu yang pasti, kami berterima kasih untuk setiap kenangan bersama Opa yang hebat. Kami ingat Opa dan Oma yang senang menyanyikan lagu kidung jemaat 371. Saat kalian menyanyikan lagu ini, kalian menyanyikannya dengan tenang dan pasrah hati:
"Aku rindu pada Yesus,
Juruselamat dan Tuhanku,
Pada Dia ku mengaku,
Dosa dan Kesalahanku,
Yesus brikanlah berkatmu"
Kami pikir, Tuhan sudah menjawab nyanyian itu kepada Opa. Kami berdoa untuk jiwa Opa semoga tenang dan berbahagia. Kenangan dan cinta yang kau ajarkan hidup dan melekat bersama-sama dengan kami. Selamat jalan Opa, nikmatilah perjalananmu.
Manhattan-Kansas, Minggu, 18 Oktober 2015.
Mengenang Opa Jan Frederick Palit : 11 Juli 1929 - 18 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar