Alasan pendorong fenomena ini tentu bermacam-macam. Ayah saya yang berusia 60 tahun berjalan kaki setiap pagi hari buta (jam 4 subuh) sepanjang kurang lebih 6km untuk menjaga kebugaran tubuh yang semakin hari semakin rentan terserang berbagai sindrom metabolik. Anak-anak muda mungkin berusaha membangun otot-otot yang tertidur, atau mengurangi tumpukan lemak di bagian-bagian tertentu - urusan penampilan. Atau ada juga yang berolahraga sebagai bagian dari pembenahan fisik-mental-spiritual, seperti saya yang kehipster-hipsteran ini :p. Intinya, dengan beragam motivasi, masyarakat tua muda semakin gencar olahraga.
Saya senang melihat perubahan ini. Olahraga yang dilakukan dengan baik tentu banyak manfaatnya: lebih bugar, daya tahan fisik meningkat, resiko banyak penyakit berkurang, lebih percaya diri, dan lebih bahagia (ada hormon-hormon yang dilepaskan setelah berolahraga yang menciptakan perasaan bahagia). Oleh karena itu, baik menurut saya jika melihat orang-orang yang memprioritaskan sebagian waktu dan energinya untuk merawat diri dengan melatih tubuh.
Saya ingin berbagi pengalaman pribadi dalam beraktifitas fisik. Sebelumnya, catatan ini sepenuhnya bersifat testimoni pribadi (macam sista-sista di online shop), bukan panduan whatsoever :D. Sejak kecil, olahraga bukanlah prioritas dalam keluarga. Di sekolah, kalau ada pertandingan, saya sudah biasa jadi anak bawang atau pemain cadangan (kecuali di gerak jalan, atau lompat tali yang saya lumayan ahli :p).
Kesadaran berolahraga timbul mula-mula saat kuliah di Malang. Tidak sering, tapi saya lumayan suka jogging. Memasuki tingkat akhir, saya dan teman saya Winda bahkan mendaftarkan diri di fitness center yang merupakan fasilitas kampus. Namun prakteknya tidak dibarengi kedisiplinan. Ditambah juga dengan jurusan kami yang cukup sibuk ke tempat-tempat terpencil untuk berbagai praktek. Sejak saat itu, saya sudah tertarik ingin mengikuti kelas yoga, namun terhambat fasilitas transportasi.
Lalu saat kuliah di Manhattan-KS, saya diherankan dengan minat olahraga dari sesama pelajar maupun masyarakat umum. Mereka "gila" olahraga di segala musim dan waktu! Bukan sesuatu yang asing jika tengah malam saya masih temui orang-orang jogging dalam perjalanan pulang dari perpustakaan ke rumah. Fitness center dan lapangan-lapangan yang merupakan fasilitas kampus selalu ramai dipenuhi berbagai aktivitas. Trotoar jalan yang memang lebar dipakai untuk lari, sepeda, dan skating. Tentu saja saya heran karena hal ini bertentangan dengan fakta-fakta yang saya ketahui sebelumnya, seperti angka obesitas yang tinggi di Amerika. Memang benar angka obesitas tinggi, tetapi mungkin persentasinya lebih besar di kalangan sosial menengah kebawah.
Di fitness center kampus, ada berbagai fasilitas dan kelas yang ditawarkan. Sebut saja yoga dan zumba. Semua perlengkapan dan kelas boleh diikuti secara gratis. Saya sempat ikuti beberapa kelas disana. Masa- masa saya disanalah ketertarikan dan kesadaran saya akan pentingnya berolahraga semakin memuncak. Mungkin saja ini dipancing karena lingkungan saya yang gemar olahraga itu.
Dari semua cabang dan jenis olahraga, yang paling menarik minat saya dari awal adalah yoga. Saya sejak dulu tidak (belum) pernah berminat dengan semua olahraga yang melibatkan bola atau raket :D. Yoga sudah menarik perhatian saya sejak kuliah di Malang dulu, namun baru Manhattan-lah saya pertama kali mengikuti kelas yoga. Walaupun fasilitas sudah tersedia, saya lagi-lagi tidak disiplin. Mungkin minder karena banyak hal yang saya belum pahami, mungkin juga karena tidak cukup sabar dengan proses pembelajaran yang butuh ketekunan dan waktu yang panjang.
Meski begitu, saya tetap bertekad untuk meneruskan pembelajaran. Saya membeli yoga mat. Saya menonton video yoga berjam-jam :p dan men-download video tutorialnya. Saya membeli yoga pants yang ternyata yaampun enak sekali dipakai! (Sampai sekarang saya pakai yoga pants kemana-mana :p). Walaupun sesungguhnya tidak butuh (alasan untuk membeli) pakaian khusus untuk memulai latihan :D.Jangan sampai pakaian yoga >> latihan yoga :p.
Lalu saya belajar sendiri di kamar saya. PERHATIAN: belajar yoga sebaiknya bersama instruktur terpercaya karena gerakan yang keliru dapat mengakibatkan cedera). Satu hal yang saya sadari di awal pembelajaran adalah betapa kaku dan tidak fleksibelnya tubuh saya :p.
Kesadaran akan tubuh yang tidak fleksibel atau lentur itu awalnya membuat hati menjadi ciut. Menurut pendapat saya, mungkin kesadaran akan tubuh yang tidak cukup fleksibel adalah salah satu alasan mengapa banyak yang menyerah pada yoga diawal masa belajar. Tetapi saya tidak menyerah. Saya latihan terus walaupun saya harus berkeringat dan gemetaran hanya untuk mendekatkan kepala ke lutut (sampai sekarang pun masih gemetaran :D). Hal penting yang saya pelajari disini adalah bahwa tidak butuh tubuh yang fleksibel untuk mempelajari yoga. Kemudian, kelenturan tubuh setiap orang berbeda-beda, dan semua dapat meningkatkan fleksibilitasnya dengan cara latihan secara rutin.
Salah satu yogi idola saya, Laruga Glaser. Sumber: instagram larugayoga |
Seperti layaknya pembelajar yoga, saya melakukan banyak stretching atau peregangan. Saat melakukan gerakan-gerakan stretching itulah saya sadar betapa banyak bagian tubuh saya sangat kaku. Seringkali kita "mengancing" bagian-bagian tubuh kita tanpa disadari dalam beraktivitas maupun berolahraga. Akibatnya otot-otot menjadi kaku dan tidak lentur. Disini, stretching berperan seperti pengurai simpul-simpul yang terikat. Memang pada mulanya stretching bisa mengakibatkan bagian tubuh menjadi sakit. Namun jika dibiasakan, perbedaan akan bisa dirasakan. Otot-otot berangsur rileks (demikian juga pikiran) dan bisa lebih "aware" akan postur tubuh. Seperti ada alarm yang berbunyi jika kita berada di postur yang kurang tepat. Stretching juga menghindarkan kita dari resiko cedera saat beraktivitas.
Berikut salah satu panduan stretching dari seorang mas cakep di YouTube: Klik disini
Anehnya, setelah melakukan stretching sekian waktu, saya mulai menemukan kenikmatan dari peregangan tubuh ini. Saya menemukan nikmatnya merasakan otot-otot tertarik. Sungguh nikmat dan rileksnya sampai-sampai saya pernah jatuh tertidur setelah melakukan sesi yoga yang menekankan stretching. Panduan YouTube-nya klik disini. Lalu jika satu atau dua minggu saya tidak melakukan stretching sama sekali, tubuh saya seperti merengek minta ditarik-tarik :D. Stretching (dan bagi saya juga tentu saja yoga) ternyata nagih. Saya sebut ini sebagai "panggilan peregangan".
Saya merasa lebih bugar dengan rajin melakukan stretching (dalam praktik yoga). Seperti terkoneksi kembali dengan tubuh saya. Memang saya tidak sekonyong-konyong menjadi orang yang lentur. Saya sadar saya bisa lebih fleksibel dengan rutin melatih tubuh. Tentu saat ini saya sudah lebih fleksibel jika dibandingkan saya saat awal berlatih dulu. Ada beberapa gerakan yang saya sadari sudah mengalami kemajuan (walaupun hanya beberapa milimeter mungkin). Namun kembali lagi, dengan lebih "aware" tadi, saya bisa lebih mengenal bagian-bagian tubuh saya, dan semoga tetap rajin berlatih menjadi lebih baik, karena masih banyak sekali yang harus dipelajari.
Salam peregangan :* <3
PS: Setiap orang punya ketertarikan akan aktifitas fisik yang berbeda-beda. Bagi saya mungkin Yoga. Tapi banyak orang yang tidak cocok dengan latihan yang "diam di tempat". Walaupun masing-masing punya minat yang bervariasi, stretching tetap layak dicoba :)
PSS: saya masih setia menonton yogi-yogi berlatih sambil bermimpi satu waktu bisa menjadi seperti mereka :3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar