Seperti cerita sebelumnya di Teh Kesukaan, saya sangat menikmati teh akhir-akhir ini. Saya ingin berbagi kelanjutan cerita pengalaman pribadi minum teh.
Mengikuti
Saya tidak pergi sendirian melainkan bersama teman baru saya, Fabienne. Kami berkenalan di Green Tortoise Hostel, tempat penginapan hipster dan murmer tempat kami tinggal. Fab berasal dari salah satu kepulauan di Madagaskar. Keren kan? Syukurnya, hostel kami tidak jauh dari Ferry Marketplace, hanya jalan kaki 20 menit. Lokasinya di jajaran "Pier" San Fransisco dengan nomor awal, tidak susah ditemui. Ferry Marketplace ternayata bangunan cukup mewah yang menampung toko-toko kecil yang unik. Dari coffee shop lokal, toko dessert ala prancis, toko makanan sehat, toko perlengkapan rumah tangga berbahan kayu, sampai rumah teh.
Begitu melihat rumah teh Imperial Tea Court, saya dan Fabienne seperti tersambar petir kekaguman. Tidak disangka, kami berdua sama-sama penyuka teh. Waktu itu, satu lagi teman baru kami, Daniel, sudah bergabung. Daniel belum tau banyak tentang teh, tapi beliau tertarik ingin mencoba. Kami bertiga pun masuk ke rumah teh Imperial Tea Court.
Seperti fotonya dibawah, Imperial Tea Court didesain dengan suasana Asia dan Cina khususnya. Perabot, dekorasi, musik, dan para pelayan membuat kami lupa bahwa kami sedang berada di salah satu pusat kota San Fransisco. Disini, puluhan jenis teh dihidangkan dan dijual. Menariknya, cara menghidangkan teh dilakukan seperti budaya minum teh tradisional Cina, dengan menggunakan teko dan cangkir yang khusus.
Pelayan mendemonstrasikan bagaimana cara menyeduh teh dengan keramik-keramik mungil. Kami diberi bekal satu teko air panas mendidih dari tanah liat (bisa diisi ulang), masing-masing satu cangkir penyeduh berisi teh pesanan kami, dan cangkir untuk minum. Pertama, air panas dituang ke dalam cangkir penyeduh, lalu tutup cangkir penyeduh dan tunggu beberapa detik agar daun teh berbaur dengan air panas. Kemudian pegang cangkir penyeduh dengan kedua tangan dengan posisi kedua jempol menahan penutupnya, sisakan sedikit cela untuk air. Lalu balik cangkir penyeduh dan posisikan teh yang tumpah persis di cangkir minum. Segera minum teh seduhan saat masih panas. Begitulah sekilas "ritual" menyeduh teh. Kalau ingin menambah, tinggal diulang lagi prosesnya dari menaruh air panas kedalam cangkir penyeduh.
Kami bertiga menikmati upacara kecil kami sambil bercerita santai. Waktu itu saya memesan Jasmine White Tea, Fabbiene memesan semacam Black Tea, dan Daniel memesan Pu erh Tea. Kami mencicipi teh kami dan teh teman kami :D. Milik saya, tentu saja sangat floral dengan aroma jasmin yang sangat kuat tetapi tetap terasa lembutnya teh putih. Punya Fab lebih berat dan sepat tentu karena jenisnya teh hitam. Yang paling unik adalah teh Daniel. Itu memang pertama kali saya cicipi teh Pu erh. Sangat kuat dengan karakter earthy, seperti ada sensasi tanah. Itu dikarenakan jenis teh tersebut biasanya sudah difermentasi beberapa tahun (bisa sampai puluhan tahun) sebelum dihidangkan.
Untuk harga, tidak bisa dibilang murah. Harga teh tentu bervariasi bergantung jenis teh. Teh yang kami pesan masing-masing berkisar $US 12-15, belum termasuk tip tentunya. Disana juga tersedia berbagai snack dan panganan untuk melegkapi upacara minum teh. Kami tidak memesan karena cukup mahal untuk kantong kami. Kami pun keluar dengan bahagia karena pengalaman mewah tadi dan juga sedikit rasa lapar. Untungnya di depan toko ini ada stand yang menjual bakpao panas langsung dari steamer dan spring roll goreng yang juga masih panas lengkap dengan saosnya. Kami langsung menyerbu tanpa ampun mengingat harganya masing-masing cuma sekitar 3 dollaran :p.
Imperial Tea Court di Ferry Building Marketplace, San Fransisco (Sumber: ferrybuildingmarketplace dot com) |
Teko tanah liat berisi air panas dan cangkir penyeduh teh di Imperial Tea Court, SF |
Kebun Teh Kemuning, Jawa Tengah (dekat Solo)
Semua berawal dari kunjungan saya ke kota Solo di bulan Juli 2017. Kunjungan ke Solo merupakan lanjutan dari kunjungan ke Pati. Di Pati saya khusus menghadiri teman karib saya sejak SMA, Iche, yang menikah. Di Solo saya berkunjung ke teman akrab saya juga sejak kuliah, Bonita.
Saya jatuh cinta dengan kota Solo. Saya tidak tahu apa ini kebetulan yang saya temui selama saya disana, atau memang demikian adanya. Saya temui Solo sebagai kota yang nyaman, ramah, dan lembut. Entah bias entah apa, tapi saya ingin berkunjung lagi kesana. Demi bertemu lagi dengan jiwa-jiwa yang lembut dan makanan yang juga enak-enak :D.
Saya diajak plesir oleh Bonita yang demi kedatangan saya rela mengajukan cuti selama beberapa hari. Kami berkunjung ke pantai bersama teman-teman Bonita yang manis-manis. Mereka kebanyakan berjenis kelamin laki-laki yang entah dididik seperti apa sehingga mereka begitu ramah, lembut, dan sopan. Sayang usia mereka masih muda-muda :p :p. Saya senang dan menghargai kelembutan dan kesopanan yang tidak dibikin-bikin <3
Salah satu tujuan berkelana kami adalah ke kebun teh Kemuning. Dari Solo, kami berangkat pagi sekitar jam 6 dengan harapan sampai di Kemuning masih sepi. Ternyata betul, setiba disana matahari baru naik dan embun masih basah. Jauh dari pusat kota, udara yang dihirup sangat segar dan sejuk. Kami menarik napas panjang sambil terpesona dengan pemandangan yang sangat mendamaikan itu. Kalau saya tinggal di Solo, jika sumpek melanda, saya mungkin akan ke kebun teh ini untuk bernapas. Kemuning sendiri tidak begitu jauh dari pusat kota Solo. Karena cukup ngebut, waktu perjalanan kami dari kota tidak sampai 1 jam.
Setelah berfoto ria di sekitaran kebun, kami mampir ke salah satu warung teh di pinggir jalan. Disini banyak warung-warung lesehan dari bambu sepanjang kebun teh. Tersedia juga toilet umum. Kami memesan sarapan ditemani teh panas asli kemuning yang sepat. Minum teh Kemuning dengan pemandangan kebun teh yang asri adalah sesuatu yang patut disyukuri.
Kebun Teh Kemuning di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah |
Rumah Teh Ndoro Donker, Kemuning-Karanganyar
Setelah dari kebun teh Kemuning, kami berkunjung ke Candi Cetho yang cantik dan berkabut. Sepulang dari Candi Cetho, kami pun mampir ke Rumah Teh Ndoro Donker (RTND). RTND berlokasi di daerah Kemuning, masih di area kebun teh Kemuning. Rumah teh ini bernuansa kebarat-baratan atau mungkin ke-Belanda-an. Mulai dari nama dan logonya, perabotan, dekorasi, sampai makanan yang dihidangkan. Memang bukan konsep lokal, tetapi saya senang dengan suasana dan karakter rumah teh ini. Di dalam gedung nuansanya putih dan memikat, cocok untuk minum-minum cantik. Sedangkan dibagian luar tenda-tenda berjejer bersebelahan langsung dengan kebun teh, sejuk dan lebih santai.
Rumah Teh Ndoro Donker. Sumber: merdeka dot com |
Kami memesan beberapa jenis teh, yaitu Teh Raja, White Tea, dan Forest Tea.White tea atau teh putih yang kami pesan hampir tidak terasa. Memang alaminya teh putih itu sangat lembut dan halus karena merupakan kuncup termuda daun teh dan dikeringkan tanpa proses fermentasi, namun yang kami dapatkan di cangkir kami hanya beberapa helai teh putih yang disajikan dalam sebuah teko kecil sehingga rasanya hambar. Saya mengerti memang harga teh putih sangat mahal. Tapi kalau terlalu sedikit pun rasa-rasanya tak berbeda jauh dengan minum air panas saja.
Meski demikian, saya puas dengan teh raja dan forest tea nya. Teh raja hampir seperti teh Oolong rasanya, mild dan aromatik. Sedangkan yang paling menarik hati saya, forest tea, adalah racikan rempah-rempah yang sangat menarik. Selain daun teh, terdapat kayu sacang, kayu manis, dan campuran rempah lainnya. Saya sangat suka teh ini! Kaya rempah, warnanya merah cerah berkat kayu sacang, dan rasa yang kuat dari campuran rempah-rempah. Kalau berkunjung kesini lagi, saya pasti akan memesan kembali Forest Tea :). Snack yang dihidangkan juga enak-enak. Singkong, tahu, atau bitterballen, sangat cocok menemani minum teh sore.
Terdapat toko suvenir di Ndoro Donker. Saya membeli sebungkus teh lokal Kemuning yang dijual disana. Rasanya sepat dan sedikit aroma hangus. Mungkin memang demikian hasil teh dari Kemuning, karena yang saya cicip di warung bambu sepanjang kebun teh juga rasanya mirip.
Kemuning memang indah, peaceful, sejuk, dan menarik. Minum teh di warung bambu atau di rumah teh kebarat-baratan masing-masing mempunyai sensasi yang berbeda <3.
Peace Tea dari Mountain Rose Herbs
Demi menunjang kedamaian hati dan pikiran, saya memesan teh damai atau Peace Tea dari Mountain Rose Herbs saat saya masih di Kansas. Peace tea adalah campuran dari beberapa tanaman yaitu bunga chamomile organik, daun spearmint organik, bunga lavender organik, kayu manis organik, bunga markisa (passionflower) organik, dan bunga mawar organik. Terdengar sangat mendamaikan bukan? :D
Campuran teh ini diracik oleh ahli teh di Mountain Rose Herbs dan bahan-bahan tersebut sudah terbukti atau dipercaya mampu memberikan efek rileks bagi tubuh dan pikiran. Saya sempat minum beberapa kali. Rasanya minty dan aromanya sangat menenangkan. Saya sendiri lebih suka aromanya daripada rasanya :D. Mungkin karena rasa mint yang lebih dominan. Karena saya hanya minum beberapa kali, saya hibahkan sisanya yang masih 90% ke teman saya Zaw yang sepertinya juga sedang membutuhkan kedamaian. Semoga beliau cocok.
Peace Tea by mountainroseherbs dot com |
Begitu dulu perjalanan menjelajahi dunia teh. Besok-besok, teh apa lagi ya yang akan dicoba? :)
NB: Kalau ingin lebih memahami rasa teh, sebaiknya minum teh tanpa gula. Saya hampir selalu menyeduh teh tanpa gula untuk menikmati rasa asli teh <3
Hai Nike.. lama banget baru mampir kesini lagi. Baca postingan tentang teh, jadi keingetan pengalaman mengikuti upacara minum teh yang tak terlupakan di Tokyo, Jepang akhir tahun lalu. Disana minum teh seperti aktivitas sakral yang harus dilakukan dengan sangat tenang, dan beretika. Nike harus menyempatkan mengikuti upacara minum teh tradisi Jepang, ya suatu saat nanti. saya jamin terpukau ;)
BalasHapusHaii ka Inrdri!
HapusSenangnya dikunjungi ka Indri <3
Waaaah saya juga ingin sekali ikut upacara teh tradisi Jepang langsung ditempatnya begitu! Apalagi dengan tenang beretika macam begitu :3
Saya juga dengar kualitas daun teh asal jepang juga baik.
Semoga ee. Masuk wish list <3 <3