Senin, 30 September 2013

SUMBA TIMUR DARI SUDUT PANDANG NIKE




Tahun 2013 ini setelah berkunjung ke Makassar (bulan Juli)  dan Malang (akhir Agustus sampai awal September), saya masih diberi kesempatan ke Sumba Timur September ini. Wow! Luar biasa sekali.
Sebagai insan penikmat jalan-jalan tentu saja saya sangat merasa bersyukur dapat kesempatan ke Sumba Timur dalam rangka penelitian tentang Climate Smart Agriculture.

Memang berkat jalan-jalan tidak jauh-jauh dari Nike. Trima kasih Tuhan, dan trima kasih 2 orang Boss keren di kantor yang beri kesempatan ini buat saya ;)

Jadi, untuk mengabadikan momen sekaligus berbagi, ini saya tulis beberapa hal yang saya dapat di sana selama 9-15 September 2013 di Sumba Timur.

1.       Kabupaten Sumba Timur ibukotanya di Waingapu yang jadi pusat kegiatan. Terdiri dari 22 Kecamatan/kota. Waingapu ada Bandara Umbu Mehang Kunda dan ada pelabuhannya juga.

2.       Hotelnya lumayan banyak, yang paling bagus (dan paling mahal) katanya hotel Tanto, dibawah Tanto ada hotel Elvin. Elvin ini baru, awalnya saya nginap sini, tapi hitung2 mahal juga, jadi pindah ke Sandle Wood. Di Elvin yang VIP sekitar 385ribu. Kalau di Sandle wood VIP 185ribu. Tapi saya di Sandle Wood ambil yang standar, Cuma 98ribu. Penghematan besar-besaran :D. Selain itu ada hotel Merlin juga yang agak diatasnya Sandle Wood tapi masih dibawahnya Elvin. Sandle Wood dan Merlin ini hotel tua yang perabotannya antik-antik. Dan masih ada hotel-hotel kecil lainnya.

3.       Sumba Timur ini indah sekali menurut saya. Perjalanan ke desa tidak pernah membosankan karena di kiri-kanan pemandangan indah dan eksotis. Bukit-bukit yang keren. Katanya sih Sumba dijuluki pulau seribu bukit. Tapi bukitnya unik. Semua dilapisi rumput coklat yang seragam. Kayak selimut coklat kelihatannya. Dan di jalan-jalan banyak ternak seperti sapi putih, kuda Sumba atau kuda Sandal Wood, Kambing, dan tentu saja babi. Pemandangan ini sangat keren! Jalan utama ke desa juga lancar sih, kecuali jalan masuk itu yah tentu tidak diaspal.


4.       Transportasi ada bus, ojek, dan becak. Yang menarik di Sumba Timur bentuk busnya agak unik. Menurut Bos saya, dari depan mirip belalang, kalau saya sendiri lebih mirip ikan :p.
Becaknya juga unik. Bagian atap becak agak panjang kedepan, dan full music di dalam becak, karena dilengkapi dengan speaker dan musiknya biasa musik khas Sumba sih. Hihihi. Banyak yang sewakan motor atau mobil. Sewanya motor sekitar 50.000-75.000 perhari, mobil sekitar 500.000-1.000.000 perhari. Tergantung juga mobilnya mau dipakai kemana.

5.       Tidak ditemukan makanan khas Sumba Timur yang dijual. Biasanya warung atau cafe sajikan makanan jawa atau Chinese food. Makanan dimulai dari 10.000. Kalau di Sandle Wood sudah ada restonya, bisa pesan makan dari hotel. Dan makanannya enak-enak nan murah.

6.       Anak-anak muda sampai orang tua masih berkomunikasi dengan bahasa daerah. Menurut saya ini keren karena saya yang lahir besar di Timor tidak bisa bahasa Dawan :(. Padahal bahasa menjelaskan asal-usul kita. Hiks.

7.       Bentuk atap rumah Sumba yang tetap dipertahankan, bahkan untuk bangunan modern seperti Hotel atau Institusi tetap menjaga bentuk atap yang melancip keatas. Aslinya rumah-rumah dulu atapnya dari alang-alang dan bentuk rumah panggung. Seiring jaman bergulir, bentuk atap tetap dipertahankan, tapi terbuat dari seng. Dan tentu saja bukan rumah panggung lagi.

8.       Di Sumba, kasta di masyarakat masih dianut dan dipelihara. Ada 3 kasta : Kasta Maramba  : yang tertinggi, punya hamba, dan ada nama Umbu untuk laki-laki dan Rambu untuk perempuan.  Kasta Kabisu : orang merdeka, bukan hamba, bukan tuan juga. bedanya dengan Maramba, kasta Kabisu tidak punya hamba. Kasta Ata : merupakan hamba yang mengabdi untuk Kasta Maramba. Tapi sepertinya kasta-kasta ini sedang dalam masa peralihan, terutama di kota. Karena tentu Ata juga ingin serta berhak bersekolah. Kalau Ata bersekolah tinggi, bukankah ia juga bisa jadi orang merdeka bahkan menjadi tuan suatu hari kelak? Oh ya di dalam rumah sendiri kalau ada perbedaan kasta, ada juga perbedaan perlakuan, misanya piring gelas yang kasta atas dibedakan dengan kasta bawah. Kalau laki-laki kasta tinggi menikah dengan perempuan kasta bawah, perempuannya naik kasta. Tapi kalau perempuan kasta tinggi menikah dengan laki-laki kasta bawah, perempuannya turun kasta. Begitulah.

9.       Asal muasal leluhur Sumba itu menurut cerita bermula dari desa Wunga, kecamatan Haharu, Sumba Timur. Beruntung sekali saya bisa sampai ke tempat itu, meskipun dengan tujuan wawancara pertanian, bukan untuk melihat-lihat peninggalan leluhur yang katanya masih disimpan di ‘Wunga Lama’. Oh ya, di Sumba Timur sendiri, desa Wunga inilah yang jadi peringkat pertama lahan sangat kritis alias kering karena jauh dari mata air dan tanahnya mengandung batuan kapur yang berporositas tinggi. Saya heran mereka masih bertahan di sana, meskipun di Sumba Timur ada terlalu banyak tempat subur lainnya. Tapi kemungkinan karena mereka menjaga lahan peninggalan nenek moyang mereka yang pertama. Ya, mungkin.

10.   Sajian khas kalau bertamu di rumah penduduk (desa) adalah pinang kering. Sama dengan di Timor juga sih.

11.   Tenunan asli Sumba Timur itu sangat keren. Motifnya besar-besar dan biasanya motif kuda. Selendang harganya ratusan ribu, kalau selimut harganya diatas 2 juta rupiah. tapi itu harga pantas untuk proses pembuatan yang lama ( bisa capai 1 tahun) dan keindahan motifnya. Saya juga tertarik dengan perhiasan dari batu-batuan di Sumba. Katanya sekarang sudah dicampur muti. Tapi ada juga yang benar-benar dari batu-batuan lokal, dari ujung buah pisang hutan, dari tanduk ruda, dan ada juga pernik dari tulang paus.

12.   Orang Sumba giginya bagus-bagus. Err, ini murni pendapat pribadi karena perhatikan gigi-gigi orang yang diwawancarai dan ditemui rata-rata bagus. Hahaha. Ama Sumba juga tampan-tampan. Struktur tulangnya tinggi dan kokoh, bentuk wajah bagus dan hidung mancung. Sedangkan Ina Sumba juga memang badannya besar dan kokoh. 

13.   Sumba Timur ini daerah pantai. Sekitar 1 jam dari Waingapu bisa ketemu pantai Puru Kambera, lalu masih berdekatan situ ada pantai Londa Lima. Biasanya turis asing berkunjung ke Tarembang, berburu ombak buat surfing. Tapi saya tidak sempat kesana, padahal kan pemandangan pasti bag
us :p

Sudah sih, kira-kira ini yang saya temukan selama beberapa hari menyenangkan di Sumba Timur. Dan yang paling membekas dalam ingatan saya itu bukit-bukit coklat eksotisnya, yang kalau kena matahari sore warnanya jadi keemasan. Keren!




Keterangan foto :
Ini foto-foto hasil dari menjelajah beberapa desa. Keren dan eksotis, tidak pernah bosan selama perjalanan :)