Selasa, 31 Mei 2016

Spring Menuju Summer yang Aneh

Sebelumnya saya ingin ingatkan, dibawah ini adalah curhatan pribadi tentang hidup seorang mahasiswa rantau yang sedang dilanda berbagai keanehan hidup. Kalau tidak ingin ikut terbeban, sebaiknya tidak perlu dibaca.

Musim dingin sudah lewat. Saya yang senang hidup dengan suhu hangat-hangat pantai pun ternyata bisa selamat menghadapi pengalaman winter pertama. Suhu yang menghangat, bunga-bunga yang bermekaran, dan matahari yang mulai terik seharusnya membuat saya bahagia.

Dan sesungguhnya saya bahagia setiap kali jalan-jalan santai menikmati musim semi. Disamping tornado dan thunderstorm yang bertubi-tubi terjadi di Kansas akhir-akhir ini (dikarenakan posisi Kansas berada tepat di tengah Amerika Serikat dan topografinya yang "flat"), saya sangat suka musim semi! Setelah menilai keempatnya, diantara summer-fall-winter-spring, musim semi lah yang paling saya senangi (sekali lagi, disamping tornado, thunderstorm, dan hujan es-nya yang bertubi-tubi). Semua pohon berbunga (benar-benar berbunga secara harfiah) dan banyak yang berbau wangi. Di sekeliling kampus tersebar bunga-bunga cantik yang ditata dengan rapi dan banyak pula yang menebar bau harum. Bahkan, rumput-rumput hijau pun diselingi dandelion cantik dengan bunga kuning cerah dan yang terkenal dengan kepala seed berbentuk lolipop putih berbulu yang bisa ditiup itu lho. Ditunjang dengan udara yang tidak ekstrim, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin.

Namun disamping berbagai keindahan diatas, saya melewati masa-masa yang cukup menyebalkan juga. Sebut saja lamaran internship yang tak kunjung berbalas. Padahal ini lamaran magang lho, dimana pelamar seperti saya ini rela bekerja gratis. Lalu salah satu kuliah summer saya prosesnya lama sekali, dan ini mendorong saya untuk drop saja kelas itu (mungkin itu maksud mereka menunda-nunda proses enrollment). Lalu saya (yang memang pada dasarnya senang meragukan banyak hal) mulai meragukan ketulusan dosen pembimbing akademik saya yang selalu saya kagumi itu. hahahah. Apalah. Seperti hubungan yang serius saja. Tapi setelah saya lihat bagaimana beliau mendorong saya untuk mengambil coursework dan bukan research, ini membuat mahasiswa internasional yang sensitif seperti saya terusik juga :D.

Lalu yang terakhir, hal yang saya anggap paling menjengkelkan di tengah cuaca yang sangat menggembirakan ini adalah.........................(background musik: ala-ala pengumuman Indonesian Idol yang nggletek karena setelah musik beberapa menit malah diselingi iklan) teman apartemen saya membawa temannya untuk menginap berminggu-minggu di apartemen kami! Sungguh perilaku yang tidak beradab, tidak sensitif, tidak peka (eh, peka sama saja dengan sensitif ya), tidak ber-peri-ketemanserumahan, tidak menjaga privasi, tidak tahu malu, dan tidak berbudaya (budaya Indonesia maksudnya. Hahaha), dan tidak menghormati ke-introvert-an. Apalagi teman yang dibawa menginap berabad-abad itu adalah pemilik apartemen ini sebelumnya, sehingga saya melihat tingkah-lakunya seperti masih "memiliki" rumah ini. Ini membuat saya geram setengah mati sebelum protes dan membuat amandemen mendadak: tidak membolehkan membawa teman menginap lebih dari seminggu. Hahahah. Di kehidupan yang mendatang, saya memang harus cukup mapan untuk bisa punya rumah sendiri karena sepertinya saya gampang sekali terganggu dengan manusia-manusia gila disekitar saya (saya sendiri punya kegilaan tertentu, karena setiap manusia punya kegilaan-kegilaan yang unik dan menjengkelkan :D). Sekadar informasi, teman serumah saya orang Amerika, dan temannya yang menginap itu orang India. Keduanya bersahabat seperti Spongebob dan Patrick, sedangkan saya sungguh terganggu dengan kehadiran mereka layaknya Squidward. Tidak ada yang lebih tepat menggambarkan kondisi ini setepat tiga makhluk Bikini Bottom itu.

Ini memang risiko hidup serumah dengan orang lain. Di US, banyak apartemen yang didesain untuk dikontrak lebih dari satu pemilik. Kamar tidurnya terpisah, sedangkan living room, dapur, dan kamar mandi+toilet dipakai bersama-sama. Apartemen saya tipe apartemen dengan dua kamar tidur. Mahasiswa dengan biaya pas-pasan seperti saya sering berburu apartemen semacam ini, walaupun kata seorang kenalan saya, ini seperti memilih kucing dalam karung. Kita tidak tahu segila apa kucing (maksud saya teman apartemen kita) sampai kita tinggal bersama dengan dia.

Agar adil dan tidak hanya menyalahkan keadaan atau satu pihak saja, saya juga ingin berintrospeksi. Saya pun bukan teman serumah yang sempurna. Saya lebih senang menutup pintu kamar saya dan menghindar dari percakapan bersama seorang konservatif. Ide-ide kelompok konservatif di Amerika (termasuk teman rumah saya) banyak yang bertentangan dengan nilai-nilai saya. Tapi saya tidak sedang ingin mengubah dunia, sehingga saya malas sekali berdebat dengan mereka yang selalu berbekal ayat-ayat alkitab yang sepertinya sudah dihafal sejak masih dalam kandungan (lha, ini introspeksi atau kembali menyalahkan? :D). Padahal, teman saya ini sungguh tulus orangnya, hanya mungkin butuh sedikit sentuhan "duniawi" untuk tidak hanya melihat keatas tapi juga kesamping dan kebawah (nasihat apa-apaan ini :p). Beliau adalah teman yang murah hati, senang membuatkan kue dan masakan yang sering dibagikan kepada saya. Sedangkan saya, saya sering menolak berbagai ajakan tulus beliau ke aneka "bible study" dan "women's gathering", acara-acara yang sangat relijius itu. Penolakan saya terkadang membuat beliau merasa "dimarahi". Padahal saya memang sedang ingin tidur-tiduran saja (atau tidak suka bergabung dengan mereka yang memandang jijik orang-orang "berdosa" seperti saya dan teman-teman LGBT). Saya, seperti juga teman saya, bukanlah sosok teman yang sempurna (tapi mbok ya jangan bawa-bawa orang lain menginap ke rumah berminggu-minggu, please! :D :D).

Ah, kalau ada yang membaca tulisan ini selain saya (:p) mungkin akan berpikir bahwa saya penuh dengan "kepahitan". Hahahah. Bisa iya, tapi tidak demikian juga cinta, saya, selain mengomel, banyak juga bersyukur untuk hidup ini. Teman-teman saya dari Indonesia dan Malaysia disini sangat suportif dan menganggap saya seperti keluarga dekat. Masakan-masakan mereka sungguh nikmat dan pedas menggoda. Saya juga sempat jalan-jalan ke beberapa tempat menarik meskipun tidak selalu saya kabarkan kepada isi dunia. Saya juga bersyukur karena dukungan sosial saya (yang saya batasi sumbernya, jumlahnya tidak banyak namun berkualitas) masih kuat menopang kewarasan saya. Menemukan berbagai untung ditengah kondisi sulit itu perlu dipelajari ilmunya. Tarik napas dalam-dalam, lalu mengomel-lah dengan penuh syukur :p.

Saya mau menutup curhatan ini dengan beberapa foto musim semi disini, semoga bisa mengimbangi keanehan-keanehan yang saya alami diwaktu spring menuju summer ;).

Salah satu varietas mawar di K-State Garden

Tupai yang imut ini banyak sekali berseliweran di kampus.

Mengagumi bunga bisa jadi terapi dikala masalah datang bertubi-tubi ;)
Omong-omong foto-foto diatas saya ambil sendiri. Boleh kan' pamer setelah curhat :D?!
Omong-omong lagi, apakah setiap icon :D atau :p atau ;) yang saya pakai perlu menggunakan huruf miring juga karena masuk dalam kategori bahasa tidak formal? :D atau :D? :p :p :) :), hahahah atau hahahah? :D :D :D :D





Jumat, 20 Mei 2016

Langit Biru

Langit biru dan motor yang berderu
Menemani seorang gadis berbaju garis-garis

Ada arak yang baunya menyeruak
Khas pulau Solor tempatnya bapatua Klodor

Ramalan cuaca kadang salah baca
Perhitungan Tanah Lein pun diartikan lain

Jalan suram bisa membuat muram
Semangat hidup pantang redup

Di danau teduh terbaring letih tubuh
Demi mengantarkan bunga ke desa Bahinga

Jambu mente tumbuh berante-rante
Walau kemarau berusaha menghalau

Meski bus malam mencoba menembus kelam
Ada langit biru menunggu di hari yang baru



Manhattan, Kansas, 19 Mei 2016
Keterangan gambar: Serba biru, pemandangan pulau Solor dilihat dari Larantuka, September 2014.

Kamis, 19 Mei 2016


Ajari aku


Pahami riakmu






Manhattan-Kansas, 19 Mei 2016
Foto: Herbaceous peony at K-State Garden

Rabu, 11 Mei 2016

Dear Nature, Please Don't

White Flowers in Front of Burt Hall, Kansas State University, May 2016


Pinky in Oh Aem II Village, March 2014


Multmonah Falls, Portland, Oregon, July 2015


Roses at International Rose Test Garden, Portland OR, July 2015


Cotton in Oh Aem II Village, Kupang District, March 2014


Roses in Fatunausus Village, TTS, June 2014


Bonsai at Nunumeu Cemetery, Soe, December 2013


Spring Blossom at Jardine Apartment, Manhattan, Kansas, April 2016

Dear Nature, please don't. Please don't stop being beautiful...

Minggu, 01 Mei 2016

Konflik

Benua tidak punya cukup jarak
Untuk mengelabui benci yang menahun.

Negara tidak punya variasi bahasa
Untuk menyembunyikan kesal dan gemas.

Kota tidak punya cukup sudut
Untuk menghindar dari silaturahmi terpaksa.

Juga hati yang tidak cukup lapang
Untuk saling menyayangi tanpa syarat.


Manhattan, KS - 1 Mei 2016

Where were the birds?

Where were the birds
When a tornado came last night?
When they started to sing this morning
Was that a merry or mourning song?


Manhattan, Kansas, after 2 strokes of tornado at the end of April 2016.

Picture source: tornadotitans(dot)tumblr(dot)com