Kamis, 28 Desember 2023

Meant to Be

Exactly 3 years ago I said, "Everything Falls Into Place". Everything seemed to be aligned to where they were supposed to be. When I had that feeling, I knew that what was left for me to do was to play my part. No fear or doubt, as the things were aligning into something I knew as "my path". It didn't mean that at that point I knew what would happen the next day, month, let alone year(s). It just felt right, it felt empowering knowing we were somehow on the right track, such that all the then-existing countless confusion disappeared into the air. 

But again life is full of mystery. Three years later (now), I am standing here on the brink of changes, questioning what will happen next, waiting for the "everything falls into place" enlightenment come strike me once again. I guess I am still in the "confused" stage, and that is part of this change cycle, and I am here, patiently (or not) waiting for my path to re-aligned.

What I know for sure is that there has been so much change happening these past three years, so much so that when I compare myself to my 3 years younger self, the contrast is like night and day. It feels like the brain cells got into the re-birth cycle. Not just me, I've also been witnessing the changes that my son and my husband are going through and the dynamics of our relationship. And for all that we've been through in "just" three years' time, I'm in awe, once again, of how this life works.

So if the changes happen all the time, why is there something called Big Change or New Chapter? I don't know for sure. But those small changes have gently been pushing me into a new realm of where I should be, or where our family is heading. I couldn't ask myself whether or not we're ready for the next chapter because all the previous micro sub-chapters could or should be seen as a preparatory exercise (while completing their mini cycles) for the next step, no matter how big or small the next field would be.

What I could do to comfort my anxious breath is to imagine myself being open to possibilities and opportunities ahead. Just as three years back then life was cycling up unpredictably yet filled with so much growth and bringing me closer to where I should and need to be, so would the next couple of years be. And as life is unveiling its mystery(ies), I might need to focus on my plate today. No matter how this life might change later on, this moment is all I've got. I'm off to sleep now, and although it's a bit late of a night, tomorrow morning if I wake up, I'll try to appreciate my life and my family a little deeper. 

It is weird, we feel that change is going to happen, in fact, changes happen even when we're not aware of them, yet every day we wake up to our seemingly ever the same consciousness. Life is so mighty and full of mystery, yet made out of simple things.

Sabtu, 09 Desember 2023

Bloceh (Blog Ngoceh) #5 - Di Simpang Hidup

Kembali lagi Bun akhirnya kita nge-blog, lamanyaa, ngapain aja Bun?
Begini Bun, hidup kalau sudah memasuki Juli-November itu bukan sekedar berlari atau terbang ya, hidup kayak ber-teleportasi Bun, swinggggg, Juli-November hanya dalam kedipan mata (slow motion tapi ehehe). Mungkin karena masa Juli-November itu banyak sekali tuntutan pekerjaan dan intensitas yang sedang tinggi-tingginya mengejar target kehidupan yang dibuat sendiri untuk bisa hidup lalu mengeluh karena kecapekan (apaan Bun), jam kehidupan seperti bergerak lebih cepat. Dan, sudah akhir tahun saja, kalau di SoE, orang sudah sibuk acara natalan setiap hari sampai pertengahan bulan Januari :D.

Sebenarnya akhir tahun ini punya cerita tersendiri. Seperti berada di simpang kehidupan, mau ke mana setelah ini? Memangnya ada pilihan? Sebenarnya ada beberapa opsi di waktu yang akan datang. Kalau status quo saja, sebenarnya hidup sudah cukup terpetakan hingga akhir 2024 atau bahkan akhir 2025. Tapi seperti biasa, otak kita ini sepertinya eksis dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan pemantik (macam seminar-seminar jaman now, ada pemantik diskusi wkwk). Kayak gini: Bun, inikah hidup yang engkau inginkan? inikah panggilan hidupmu? di kota inikah kamu akan berakar? dengan orang-orang inikah kamu akan habiskan masa produktifmu? di sekolah inikah anakmu akan terus belajar? di lingkungan inikah kamu akan habiskan umurmu? kemana suamimu ingin menetap? dst dll dsb ampyun pusing ga Bun dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat otak sendiri untuk memusingkan otak yang sama juga? tsk

Sebenarnya setahun yang lalu jawaban-jawaban ini akan sangat mudah di jawab. Tapi sejak sekitar bulan Maret dan April tahun ini, ada beberapa opsi jawaban yang berseliweran di pikiran saya, membuat saya mempertanyakan kembali dan membuat pilihan-pilihan berganda yang memusingkan kembali, padahal tidak ada jawaban yang salah. Apakah benar ada yang namanya "Garis Tangan?". Selama ini saya penganut "kita tentukan kemana garis kehidupan kita sendiri dengan pilihan-pilihan kita". Tapi kalau keadaan sedikit lebih rumit seperti ini saya maunya pergi ke "orang pintar", primbon jawa, Tim Doa, atau apalah itu mencari wangsit saja hehee. Dasar homo oportunistikans. 

Sebaiknya paragraf terakhir diakhiri dengan sedikit nada optimis, bahwa kadang kita perlu menunggu sampai waktu yang tepat mengungkap misteri-misteri hidup sampai kita bisa bilang "ohhh ya ternyata memang ini jalannya", kalau sudah ada di jalan itu. Apa yang memang untuk kita tidak akan tergantikan, selama kita jujur pada diri sendiri. Baiklah, homo si paling sapiens! Tsk. Untuk sekarang Bun, marilah kita berlatih "singing and dancing and ngopi-ngopi cantik along all the uncertainties". Let's reveal all the options and see which one really belongs to us or chosen for us, keep on catching your fish as if those fish were meant to be yours. Apaan ya Bun? makin bingung? Ngopi dulu mungkin :D

Sabtu, 03 Juni 2023

Selamat ya bun, 32 tahun!

Selamat ulang tahun yaa diriku sendiri, Nike Frans, yang ke 32 tahun! Wohooo! Selamat yaa Bun, kita masih surviving, thriving, and glowing! Bo'ong sih, glowingnya mulai pudar termakan usia wkwk, tapi gapapa, positive self talk ajah bun ga masalah.

Bun, gimana bun rasanya umur 32? Kayak tua, tapi ga juga, mau dibilang tante-tante tapi belum middle age, tapi mau dipanggil kakak kok ketuaan. Yaudah, 30an awal gitu aja, yaa kayak ibu-ibu muda lah ceritanya :D

Pertama-tama, aku appreciate banget kita ini kan udah hidup di muka bumi ini selama 32 tahun, itu ga muda dan ga mudah lho bun. Walaupun kadang masih muncul hasrat pupus untuk mati muda tapi makin tua makin merasa ga mudah menyerah ya, makin setrong, makin tangguh mentalnya. Ya gimana setelah diterpa macam-macam badai dan tsunami kehidupan, sekarang kalau cuma sekedar gertak ombak aja mah keciiil bun, tapi ya tetap waspada juga sih. Udah jarang banget nangis ya bun, kecuali pas nonton yang sedih-sedih dan kena serangan maag karena kalo lambung luka orangnya jadi pesimis ckck.

Ngomong-ngomong soal maag ya bun, lambung kita ini sebenarnya kuat lho, seharian puasa atau makan lombok katokkon yang ratusan ribu scoville aja kita gapapa suer. Ehh, sekarang stres dikit asam lambung luber kemana-mana. Padahal keliatannya ga stres, tapi kok lambungnya asyem? Yaudah sih bun, kayaknya memang tanda-tanda penuaan, lebih ringkih.

Soal waktu nih. Ini sebenarnya bikin heran sih. Makin kesini waktu terasa makin cepat kayak satu hari yang biasanya 24 jam sekarang juga 24 jam sih, tapi diskon 30%. Apaan sih bun...ya gitu lah intinya rasanya 24 jam yang sekarang itu beda banget sama 24 jam 5 tahun yang silam, apalagi 10 dan 20 tahun lalu beta masih kacileee...Jadi orang dewasa tu aneh yaa, self awareness-nya mulai menipis, time awareness-nya juga tergerus, mulai deh meracau panjang lebar hehe. Ingat ga bun waktu kita umur-umur SD, trus dengar orang dewasa ngomong hal-hal kayak birokrasi dan politik, kita mbatin: "ngemeng apa sih, ribet, nonsense". Sekarang bun, hal terboring sedunia itu kamu omongin sehari-hari. Dasar orang dewasa: ribet, boring, dan nonsense! Tapi yaudah bun nikmatin aja, ini kayaknya memang nitendo dan tamagochi dan gamebot nya orang dewasa (terutama di lingkungan kerja): membelit-belitkan yang tidak terbelit. 

Oh ya bun, akhir-akhir ini kita merasa kayak semua hal jadi mahal yah. Kayak, wow, uang yang dulu bisa dipakai dua tiga bulan sekarang cuma bisa sebulan. Ya mungkin di satu sisi ada perubahan pola konsumsi barang dan jasa alias peningkatan gaya hidup bun, tapi di sisi lain memang semua hal pada naik ga sih? Awal bulan kalau sudah bayarin listrik, air, pulsa, bensin, popok, sabun, galon, sama yaa baju 1-2 potong langsung merasa miskin bunnn. Emang kita masih harus membanting tulang dan mengasah skill bertahan hidup supaya tetap bisa makan ikan tuna bumbu kuning. Karna bawang, sere, kunyit, dll dll dll tidak murah. Embel-embel kehidupan yang kita pilih saat ini mewajibkan kita untuk bekerja dan berjuang bun, kita harus kuat. Kalau lambung mulai asyem jangan lupa minum antasida. 

Keinginan sebelumnya sih mau pensiun muda, kalau bisa 35 pensiun tanpa mengubah gaya hidup. Emang bisa? Yaa, kadang hidup membawa mujizat jadi mungkin-mungkin saja sebenarnya. Tapi untuk sementara waktu yuk bun, kita gaspol :D. Kalau ditanya setelah pensiun mau ngapain? Jujurly maunya santai melihat titik-titik hujan menetes pelan di jendela. Kalau bosan bisa buka pesanan kue. Tapi on the serious note, kalau mujizat tidak lewat-lewat, saya masih harus kerja untuk waktu yang cukup membuat maag kambuh sesekali :D. Canda bun, kamu kan lumayan menikmati bekerja. Di situlah tempat kamu mengamati dan mempelajari sifat-sifat hayati seorang manusia. Canda lagi. Kadang-kadang kan kamu suka memikirkan bahwa kamu bermanfaat. Canda lagi. Canda terus Bun, udah ah.

Eniwei bun, aku harap sih kamu masih punya mimpi dan hasrat kehidupan yang ideal :D. Syukurlah masih punya yaa. Masih ingin tinggal disana, masih ingin kerja begitu, masih ingin menjadi sesuatu. Syukurlah tidak semua hal di hidup kita mengarah pada nihil dan absurd :p. Mungkin karena sudah punya anak dan keluarga ya bun, jadi ada hasrat untuk menyelamatkan orang lain yang kadang lebih signifikan dari pada menyelamatkan diri sendiri yang sering disabotase oleh diri itu sendiri. Apasih.

Eh sudah mau ending, mari kita tutup dengan dessert kehidupan. Bahwa ya hidup itu beginilah kalau tidak terlalu diromantisasi. Tapi kalau mau pakai sedikit madu; tiap hari kita belajar bun. Kadang kita lupa yang kita pelajari kemarin, tapi nanti kita ingat-ingat lagi dan rangkaikan dalam bentuk pola-pola hidup. Makin dewasa kita makin menikmati kestabilan hidup dan mental yang makin tangguh. Walau fisik mulai menua dan wajah mulai berkerut kesah, tapi ya mungkin disitu seninya aging. Kayak waktu abang salon potong rambut ketemu serumpun uban pas lagi asik mangkas, dia bilang "wah bagus highlightnya!". Ehehehe, kamu tau itu triple sugarcoat tapi kamu tetep seneng kan, dasar! 
Gapapa sih kalau masih bisa meromantisasi hidup ya lanjut bun, apalah kita ini tanpa gula, asal jangan kebanyakan, sesuai batas toleransi kita aja. 

Nike Frans, bun, aku doakan kamu sehat-sehat yaa, makan bergizi dan sesuai kebutuhan, cobalah jangan terlalu sering tidur diatas jam 12 malam kayak makluk nokturnal, dan olahraga yang cukup supaya bisa tetap fit dan energik. Pe er juga untuk cari cara supaya stresnya dikelola bun. Mau bilang I love you tapi ga mau gombal jadi I'm proud of you aja yah bun kamu lumayan keren sih. Semoga hidup kita dipenuhi rejeki dan kebaikan :)

Sabtu, 01 April 2023

Bloceh (Blog Ngoceh) #4 - Memikirkan Ideal

Sudah April lho sobat, apakah tahun 2023 ini juga akan terasa cepat berlari seperti tahun lalu? Satu kuartal sudah berlalu, dan terasa begitu cepat, lagi-lagi.

Saya merasa cukup bangga pada diri sendiri dengan bulan Maret yang sudah berlalu. Pertama, saya lumayan rajin memasak, untuk makan pagi dan makan siang. Malamnya kalau makanan sudah loyo kami akan pesan layanan online saja. Kedua, saya punya asisten di rumah yang membantu cukup banyak hal sejak pagi sampai sore. Ketiga, karena hampir tidak ada travel di bulan Maret (selain jalan-jalan ke Semarang), saya jadi punya banyak waktu mengurus diri dan keluarga. Keempat, saya merasa cukup stabil.

Apa itu stabil? Stabil maksud saya disini adalah hidup yang nyaman, punya rutinitas terencana, hidup cukup, dan walaupun ada hal-hal unik yang datang silih berganti, saya merasa punya keseimbangan yang aman. Hal ini cukup indah tentu saja. Namun di saat yang bersamaan, energi awal tiga puluhan saya mulai berbisik penuh intrik: inikah hidup ideal yang kamu mau?

Nah lhoh nah lhoh. Benarkah ini adalah hidup versi ideal saya? Saya pun setiap hari mulai lagi bertanya-tanya: apa standar hidup ideal saya?
Saat ini, kalau mau dilihat dari berbagai sisi, hidup saya cukup ideal. Tapi mau sampai kapan ideal seperti ini berlanjut? Menurut saya, standar hidup yang ideal terus bertransformasi. Kalau saya mematok hidup saat ini sudah ideal, dan terus menjalankan status quo ini, tentu hidup akan terus berjalan, seperti ini, baik, nyaman, dan pasti. Namun, saya belum sampai di masa dimana saya harus settle seperti itu. Jika ingin jujur pada diri sendiri, saya masih ingin challenge, saya masih ingin mengetes apakah saya bisa ini dan bisa itu. Saya haus akan THRILL. Busetttt bunda kamu kok semangat sekali, apakah karena efek baru saja minum es kopi? Kafein kayaknya.

Sejak awal tahun 2020, dimana saya banyak berpindah: Kupang ke Soe, Soe ke Jogja, Jogja ke Makassar, serta menjalankan 3 pekerjaan yang berbeda, lalu punya anak dengan suka-duka hidup berkeluarga baru di rantauan, saya banyak mengaktifkan hidup di survival mode. Dan jangan ditanya, walaupun mengerikan dan penuh ketidak pastian, saya cukup menikmati (atau begitu pikir saya saat ini, kalau diulang juga ogah :D). Saya pikir saat memasuki 30an saya sudah mulai mengakar di Makassar. Terlebih lagi saya cinta kota ini, budaya, orang-orangnya, terlebih makanannya. Setelah perjalanan 2 tahun lebih di sini, saya mulai bertanya pada diri sendiri: setelah ini apa? Pertanyaan ini bukan datang dari rasa kurang bersyukur. Bukan sama sekali. Saya bersyukur setiap hari untuk semua kesempatan dan kejutan-kejutannya. Ini semata-mata muncul dari insting bulu/rambut kaki saya yang ingin mengepak sayap mencari hal-hal baru, kota-kota baru, kebudayaan baru, pemandangan baru, dan berbagai kemungkinan-kemungkinan tak terhingga yang hidup tawarkan.

Biasanya kalau kontemplasi-kontemplasi seperti ini mulai muncul, mungkin saya akan memasuki sebuah petualangan baru lagi. Mungkin, mungkin saja. Pertanyaannya, apakah saya akan terus berkontemplasi seperti ini? Saya tidak tahu. Yang jelas, sampai saat ini energi saya masih ada untuk bertualang, berkeliling, membangun kembali, packing and unpacking. Saya merasa potensi saya masih bisa di-eksplore dengan cara yang berbeda. Saya merasa masih banyak bidang yang perlu saya tekuni. Dan oh, saya masih ingin hidup sehidup-hidupnya.

Saya tidak bermaksud mengecilkan hidup yang "nyaman". Saya bahkan sangat menikmatinya saat ini. Dan saya sangat mengagumi orang-orang yang menjalani "nyaman"nya dengan khusyuk, contohnya seperti kedua orang tua saya. TAPI, lama kelamaan saya bisa jadi tidak mengagumi diri saya sendiri yang terlalu nyaman berada dalam kenyamanan. Saya merasa saya masih bisa lebih dari sekedar nyaman. Untuk saat ini tentu saja. Mungkin saja nanti di usia 40an atau 50an (kalau umur panjang), saya akan nyaman dengan nyaman versi saya saat itu. Coba saja hitung berapa kata nyaman yang dengan nyamannya saya tulis di paragraf yang kurang nyaman ini wkwk. 

Eniwey, tentu saja besok saya masih akan bangun di rumah yang sama dengan kenyamanan minggu pagi yang sama, bersiap untuk rutinitas yang sama di hari senin yang penuh tuntutan seperti sebelum-sebelumnya. Dan saya masih akan menjalani semuanya dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan. Namun mungkin setidaknya di 10 menit waktu senggang akan saya gunakan untuk berpikir tentang hidup ideal kedepan seperti apa. Saat ini, saya akan coba menikmati kenyamanan yang ada sebelum petualangan-petualangan yang mungkin akan membuat rambut kaki saya terpuaskan.

Begitu dulu sobat. Kalau kamu bagaimana? Apa definisi hidup idealmu?
Salam ngoceh,
Nike


NB: Saya baru saja membeli tanaman hias yang ukurannya cukup besar, sekitar 1 meter tingginya dengan daun yang rimbun, membuat saya bahagia bukan main :D. Begini ya, bahagianya orang dewasa. Seperti juga waktu membeli gorden baru yang bagus, setiap kali lihat ke gorden itu saya merasa premium :p. Memang cuma gorden dan tanaman baru bun, tapi alangkah senangnya :D. Apakah ini termasuk jebakan kenyamanan orang dewasa? 


Kamis, 16 Maret 2023

Bloceh (Blog Ngoceh) #3 - Minta Tolong Akhirnya

Sebelumnya di blog ngoceh #2 saya bilang semua pekerjaan rumah tangga mau dikerjakan sendiri. Ternyata goncang juga sobat, tiga bulan kemudian, tepatnya bulan Maret saya teriak minta tolong. hehe. Akhirnya saya punya asisten di rumah dari pagi sampai sore. Alasannya sederhana saja, sudah waktunya saya dibantu. Dan meskipun baru beberapa hari dibantu, rasanya menyenangkan :). Senang rasanya merasa di-support. Selama ini kami bertiga sendiri di Makassar, semua hal dikerjakan sendiri. Saat ada yang support itu oh sedikit beban terangkat. Ada lebihan waktu luang untuk nonton netflix dan youtube. wkwk. Minta tolong itu susah, tapi saya senang akhirnya bisa mengaku butuh bantuan, dan mendapatkan bantuan itu di waktu yang tepat, bersyukur sekali.

Kami sekeluarga juga habis liburan dari Semarang dengan konsep liburan keluarga plus menghadiri pernikahan sepupu kami. Senang rasanya bertemu semua keluarga, dari Soe, Jogja, dan Salatiga yang hangat dan penuh cinta. Oliver juga walaupun terlihat sedikit tegang tapi senang bertemu banyak orang terlebih mendapat perhatian penuh dan aneka mainan baru. haha. Dia berpura-pura menjadi dinosaurus, kupu-kupu, pesawat terbang, kepiting, dan favorit saya: cacing, karna cuma tengkurap diam wkwk, selebihnya jumpalitan terbakar energi tak berkesudahan khas usia 2 tahunan. 

Semarang sangatttt nyamannn dan antikkkk, dan masih di bawah radar turis instagramer. Kota tua yang kental pengaruh tionghoa dan toleran yang dipenuhi dengan gedung dan toko-toko tua seputaran kota. Semarang tidak macet karena jalannya lebar-lebar dan mungkin karakter orang yang lumayan selow. Makanannya cukup beragam dan banyak unsur chinese origin nya. walaupun cuma 6 hari-5 malam di Semarang, kami bertiga bahagia sekali. Waktu yang kami habiskan berkualitas bersama keluarga, makanan-makanan yang enak, arsitektur yang cantik di kota lama, serta kota Semarang nya sendiri yang ramah. Sudah dua orang teman yang punya ide menghabiskan masa tua di Semarang, mungkin itu ide yang bagus. 

Anyway begitu dulu sedikitr ocehan tentang minta tolong dan liburan. 
Semoga semuanya sehat-sehat supaya bisa menikmati hidup yang sementara ini.
Berikut beberapa foto kenangan di Semarang :)

Byeee
















When Life

When life is hard on me, I learn to be gentler person
When life offers tears and confusion, I sing a melodious laugh
When future seems uncertain, I open my heart for fortune
When the path is rough, I know being brave is the only way


Thank you 2022,
and of course, life <3

Senin, 02 Januari 2023

Dua Ribu Dua Puluh Dua

Hingga di usia saya yang 31 tahun setengah ini saya masih sering dikejutkan dengan bagaimana kehidupan bekerja. Hidup penuh kejutan, begitu kata orang-orang. Mungkin ada benarnya juga, saya sepertinya hampir setiap saat terkejut: menemukan ini, menjadi itu, mendapatkan apa, berubah begitu. Tapi disitulah uniknya hidup: life's never flat. Life, in my personal opinion, is far away from being flat. Kadang ketika kita menhadapi rutinitas, setiap hari terlihat mirip. Namun dengan berbagai kejadian hidup, di setiap masa hidup, kita bisa menjadi orang yang benar-benar berbeda. Persepsi kita tentang hidup, visi dan ambisi, nilai-nilai, semuanya seolah-olah selalu diuji setiap waktu.


Mendewasa
Menjadi dewasa cukup menyenangkan buat saya. Saya bahkan lebih menikmati menjadi orang dewasa dibandingkan menjadi remaja dan awal 20an. Selain karena saya yang selalu merasa "old inside", being an adult has so many perks. Saya merasa semakin hari saya menjadi orang yang lebih stabil dalam berbagai hal. Sampai membatin: "Oh begini yaa rasanya menjadi matang?" (kayak masakan ya Bun). Banyak keuntungan menjadi orang dewasa, salah satu yang cukup penting adalah bagaimana saya perlahan-lahan menjadi diri sendiri, dan meng-klaim apa yang memang milik saya, seperti waktu, perhatian, pemikiran, dan kecenderungan, demikian sebaliknya, meninggalkan atau menolak hal-hal yang bukan untuk saya. Ini adalah freedom terbaik saat menjadi dewasa versi saya. Saya juga mulai mengerti kode sosial dan kode komunitas, hal-hal yang saya anggap tak berfaedah saat muda dulu wkwk (sok tua kakak). Tapi entah sok tua atau benar-benar berjiwa tua, yang jelas saya suka menjadi 30an dan tidak sabar untuk menjadi lebih matang lagi di usia 40an. Yuk banyak belajar Bun (self-talk). Satu hal yang tidak terlalu menyenangkan (yang mungkin juga akibat dari menjadi lebih tua): waktu berjalan sangat cepat! Waktu seperti sedang koprol lari-larian di depan saya dan saya merasa banyak yang harus saya lakukan tapi ohh sudah jam 11 malam, waktunya bobo. Besoknya saat bangun lalu tersadar sudah 1 bulan berlalu. Semoga saya bisa lebih bijak dengan waktu-waktu saya.


Bersyukur
Banyak yang perlu disyukuri di tahun 2022. 
- Saya bersyukur untuk pekerjaan saya saat ini. Sudah 2 tahun bekerja di organisasi ini dan saya melihat diri saya bertumbuh dan berkembang (kayak bayi balita yaa, tumbuh kembang). Saya merasa cukup puas dengan energi dan pemikiran yang saya berikan melalui pekerjaan ini, dan sebaliknya keadilan yang diberikan organisasi untuk stafnya. 
- Bersyukur untuk keluarga kecil yang selalu ada dalam segala musim dan membuat saya menjadi orang yang tidak terlalu egois dan tidak membenci manusia lain :D. Keluarga dan rumah kontrakan kami di Makassar bagaikan tempat pulang paling nyaman setelah hari-hari panjang di kantor dan di jalan.
- Bisa belajar skill baru. 
- Bisa menabung sesuai target.
- Menjalankan peran dengan lebih baik di rumah: lebih sayang Oli, lebih rajin masak, lebih rajin strika baju wkwk
- Bisa mengobati dan merawat diri yang ternyata mahal yaa biayanya. Salah satu pengeluaran terbesar di 2022 adalah biaya2 rumah sakit dan klinik. Syukurlah sekitar 75% nya bisa di-reimburse.
- Menemukan bahwa saya suka pakai daster/dress dan kaos kaki. Sungguh random yah bunda :D. Mungkin seiring dengan insting ibuk2 yang makin berkembang, keinginan berdaster tidak terbendung lagi hahaha. 

 
Sabar dan Rendah Hati terhadap Hidup
Ada satu kejadian yang saya alami di kuartal keempat tahun 2022 yang membuat saya cukup terkejut (lagi-lagi) dan sedikit terguncang. Nanti kalau saya sudah menemukan sudut cerita yang tepat, saya akan jelaskan. Sungguh hal yang satu ini kembali mengubah kehidupan saya, termasuk ekspektasi, cara berpikir, tujuan jangka pendek, dan lain sebagainya. Ini bukan hal yang terlalu buruk, bukan juga sebuah rejeki. Tapi bisa dibilang life-changing dan humbling. Membuat saya tetap melihat hidup sebagai sebuah petualangan besar penuh dengan berbagai treasure yang akan kita temui seiring perjalanan. Hidup kembali mengajarkan saya untuk berani, sabar, dan rendah hati. It's okay, it's okay, it's okay. Oh, la vie! :)
 

Involvement
Kata guru saya, keterlibatan/involvement dalam hidup itu hal yang esensial. Hidup bisa dilihat sebagai "jalan yang sudah ditentukan", atau "jalan yang kita tentukan sendiri", atau "gabungan antara apa yang sudah ditentukan dan apa yang kita bisa tentukan sendiri". Setelah kita lepas dari orang tua atau pengasuh kita, banyak aspek hidup kita yang bisa kita tentukan dan modify sesuai yang kita butuhkan/inginkan. Involvement bisa berarti kita secara aktif terlibat dalam menentukan hidup, dan memegang lebih banyak kontrol terhadap "nasib" dan kejadian hidup. Kembali ke refleksi yang sebelumnya, memang hidup kadang membawa hal-hal unexpected yang kita lihat di luar kendali kita. Tapi banyak hal pula (atau lebih banyak?) yang bisa kita kontrol atau kita sesuaikan dalam hidup kita. Sikap, intensi, usaha, perhatian, kata-kata, emosi, semuanya sebenarnya bisa kita olah. Hanya terkadang kita (saya) hidup bagaikan robot yang remote control nya diserahkan secara sadar maupun tidak sadar pada ide abstrak bernama "nasib" dan "garis tangan". My life is my making, begitu seharusnya saya mengambil sikap.


Melihat Kalender Hidup
Saya suka membuka-buka kalender tahunan saya. Pertama, kalender-kalender itu mengingatkan saya bahwa semakin hari saya makin menua, dan makin dekat pada kematian. Oleh karena itu, hidup perlu dijalani dengan se-hidup mungkin. Kedua, kalender-kalender itu mengingatkan seberapa jauh saya sudah melangkah, sudah sedekat apa saya dengan tujuan-tujuan saya, dan apakah ada yang berubah dari tujuan-tujuan itu. Di awal tahun 2020, ada banyak tujuan-tujuan yang saya tetapkan. Ketika dilihat kembali di akhir 2022 (hampir 3 tahunan), beberapa tujuan sudah saya lampaui, banyak juga tujuan yang sudah tidak relevan dan perlu diganti, dan ada tujuan-tujuan yang masih ingin saya capai kedepan.


Akhir Kata
Demikian sedikit refleksi perjalanan tahun 2022. Tahun ini memberikan banyak kesempatan kepada saya untuk berkembang, berefleksi, mendewasa, menjadi lebih kuat dan rendah hati, menurunkan ego dan mengubah ekspektasi. Syukurlah saya masih ingin hidup, ingin berusaha menjadikan hidup ini lebih baik, dan masih menemukan banyak keindahan hidup. Tahun 2023 ini semoga bisa dijalani dengan semangat untuk menjadi lebih baik, lebih berkualitas, lebih bermanfaat, dan lebih saya lagi dari sebelumnya. 

Terima kasih hidup <3