Minggu, 29 Agustus 2021

Resep Lawar Kacang Panjang Khas Bali

Bahan:
  1. Kacang Panjang 2 ikat kecil
  2. Kelapa parut 1/4 kelapa
  3. Bawang Merah 4 siung 
  4. Bawang Putih 3 siung besar
  5. Kencur 4 cm
  6. Jahe 3 sm
  7. Kunyit 3 cm
  8. Kemiri sangrai 1 butir
  9. Daun jeruk 1 lembar
  10. Serai
  11. Bawang merah goreng
  12. Cabe rawit goreng (optional)
Cara Membuat:
  1. Sangrai kelapa parut sampai harum dan kecoklatan, sisihkan
  2. Potong kecil-kecil kacang panjang sesuai selera, rebus setengah matang supaya tetap garing lawarnya, lalu sisihkan
  3. Blender halus bahan bumbu nomor 3-9 (daun jeruk saya blender juga, kalau tidak suka dibiarkan utuh saja)
  4. Tumis bumbu halus dengan serai sampai masak betul dan wangi, kalau belum masak tapi sudah kering, tambah air sedikit saja, lalu tunggu sampai wangi, kental, dan harum
  5. Tambah garam dan kaldu bubuk dalam bumbu tumis, sambil cek rasa
  6. Masukkan rebusan kacang panjang dan kelapa sangrai dalam bumbu tumis sambil aduk-aduk
  7. Angkat, sajikan, taburi bawang merah goreng dan rawit goreng
Selamat makan! Banyak makan sayur yaa biar sehat :)

Lawar Kacang Panjang Khas Bali


Rabu, 07 Juli 2021

Dipeluk Mak

Menyenangkan sekali bersua dengan Mak

Mak yang ceplas ceplos dan jujur

Tidak menyimpan kata-kata di belakang

Nyaman sekali disuguhkan makanan Mak

Barongko halus manis untuk sarapan

Pisang di luar pisang di dalam

Apa di mulut itu jua di hati

Betapa elok perangai Mak

Saling mendorong besok pasti lebih baik

Saling membenahi jangan lupa bilang tabe’

Terima kasih sudah mengasuh kami Mak

Terasa dekat walau bukan kandung

Terasa kerabat walau beda logat

Sungguh nyaman dipeluk Makassar

Minggu, 04 Juli 2021

Menjadi 30

Menginjak usia 30 tahun ini terasa banyak sekali hal yang sudah dialami dan di saat yang bersamaan saya merasa di depan ada (mungkin) lebih banyak pengalaman yang akan saya jalani.

Dulu saat masih kecil, persepsi saya terhadap usia 30 adalah orang-orang “tua” yang sudah “berumur”. Terasa lucu karena saat ini saya sendiri yang memasuki fase orang-orang yang “berumur” itu.

Memang saya belum tahu apa yang akan terjadi di rentang 30an ini. Namun saya merasa yakin bahwa saya akan baik dan bahkan lebih baik dari sebelumnya. Semoga. Hal ini mungkin disebabkan karena saya selalu merasa lebih baik menjadi tua dari pada muda. Sejak kecil saya merasa seperti orang dewasa yang terperangkap dalam tubuh forever 13 :D. Bahkan sejak SD saya sering merasa lebih tua dari teman-teman seuisa saya. Mungkin ini hanya sindrom superioritas, mungkin juga memang saya benar-benar merasa tua di dalam.

Oleh karena itu, memasuki usia dimana saya memang akhirnya sudah di-cap “tua”, membuat saya cukup senang. Akhirnya saya berada pada kelompok usia diamana saya seharusnya berada :D.

Di usia 20an saya, saya berpikir mungkin inilah puncak vitalitas saya. Namun sepertinya saya keliru. Memasuki 30an ini, saya merasa energi saya berada pada puncak vitalitasnya, dan mungkin bahkan bisa bertambah!

Bisa jadi hal ini disebabkan karena saat usia 20an, pikiran saya banyak lari kemana-mana, energi saya terbuang untuk hal-hal yang hanya terjadi di pikiran saya saja. Lelahnya banyak terjadi karena pikiran sendiri. Kalau diingat-ingat kembali, di usia 20an awal dan pertengahan pikiran saya dipenuhi dengan hal-hal yang kurang sehat untuk kebaikan saya sendiri. Berbeda dengan pikiran saya saat memasuki usia 30 tahun, yang walaupun masih banyak sekali aspek yang harus dibenahi, tetapi pikiran saya cukup banyak perbaikan yang mendukung kesejahteraan saya.

Berbicara tentang 20an, memang tidak bisa dipungkiri bahwa I had a LOOOOT of FUN being 20. Banyak hal yang saya coba, banyak yang saya alami, banyak tempat yang saya kunjungi, banyak petualangan seru! Mulai dari bidang akademik, eksplorasi agama dan spiritualitas, hubungan pacaran, eksplorasi makanan yang cocok untuk saya, mengenali paham-paham, mencoba terjun ke dunia pekerjaan yang berganti-ganti, dunia pertemanan yang aneh dan sampai saat ini masih membingungkan, dan lain sebagainya.

Satu hal yang saya pelajari adalah, 20an awal dan 20an akhir itu bedanya cukup besar bagi saya. Pilihan-pilihan saya di awal 20 dan di akhir 20 ternyata cukup berbeda. Saya seperti menjadi orang yang berbeda di usia 27-30 dibandingkan sebelumnya. Di awal 20an saya benar-benar bebas, jarang merencanakan masa depan, dan hidup untuk 30 hari kedepan saja :D.

Di kuartal terakhir 20an, saya mulai memikirkan masa depan. Saya merindukan kestabilan hidup, meskipun di saat yang sama saya senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bahkan sering berpindah-pindah tempat tinggal. Namun saya merasa ada keinginan untuk punya rumah sendiri, punya kehidupan sendiri, dan menjadi saya seutuhnya, bukan saya yang didefinisikan oleh lingkungan pekerjaan, agama, tempat asal, apapun itu.

Di akhir usia 20an, saya berhadapan dengan life-changing situation. Dan memang saja hidup saya kemudian berubah drastis. Saya berumah tangga, memiliki anak, mengurus keluarga, pekerjaan baru, dan tinggal di tempat yang baru. Perubahan ini mengubah banyak hal dalam hidup saya. Disamping itu, saya mulai membuat akar-akar kehidupan. Saat ini akarnya ada di Makassar. Saya jatuh cinta pada kota ini, budayanya, dan orang-orangnya. Memasuki 30 tahun, saya memulai proses rooting dan settling.

Memasuki usia 30 tahun saya juga lebih teliti dengan apa yang saya makan. Guru saya mengatakan,  usia 30 tahun keatas sebaiknya setengah makanan kita dalam bentuk mentah, entah itu buah ataupun sayuran mentah. Hal ini disebabkan karena metabolisme manusia mulai memelan memasuki usia 30an. Dulu awal 20an, makan apa saja besok atau lusanya dibuang habis. Di usia 30an, makan berlebih menimbulkan penimbunan lemak, kolesterol meroket, pencernaan tersendat, muncul berbagai gejala lainnya seperti hipertensi, asam urat tinggi, dan lain lain. Di usia dewasa (bukan dalam keadaan hamil atau menyusui), banyak masalah kesehatan datang bukan karena kekurangan makan tetapi karena kelebihan makan. Makan 3x sehari plus 2x snack seperti anjuran ilmu gizi dulu ternyata tidak begitu benar. Makan 2x sehari saja cukup, kalau masih lapar bisa diselingi jus. Saya sudah terbiasa makan besar 2x sehari dan kadang ada tambahan jus atau snack. Saat ini sudah mulai tambahkan sayuran mentahan juga sedikit demi sedikit. Saya juga masih melanjutkan plant-based, walau tidak strict sekali.

Banyak yang saya ingin lakukan di masa 30an ini. Saya ingin berkarir dengan baik. Saya bersyukur di usia 29 lebih saya dipercayakan bekerja di lembaga internasional yang dulunya hanya sebatas angan-angan saja jika bisa bergabung disini. Saya sedang berusaha melakukan yang terbaik di lembaga ini. Entah akan kemana perjalanan karir saya, namun yang pasti saya ingin melakukan yang terbaik.

Saya juga ingin kembali melihat dunia. Saya ingin membawa anak saya menjelajahi dunia ini, melihat bagaimana orang-orang di negara lain hidup, dan mengagumi keindahan alam.

Yang pasti, saya ingin energi saya tersalurkan dengan baik.

 

Akhirnya, saya siap memasuki dekade ke 4 hidup saya: usia 30an!

Terima kasih hidup dan semua yang menopang kehidupan saya, saya bersyukur.

Sumber: factorymeme.blogspot dot com


Minggu, 18 April 2021

Dua Ribu Dua Puluh

Dua ribu dua puluh adalah tahun yang aneh buat saya dan juga kebanyakan manusia lainnya. 
Bagi saya, selain pandemi Covid-19, tahun 2020 dipenuhi dengan berbagai kejadian hidup yang membingungkan dan serba tidak pasti. Menjalani 2020 ibaratnya seperti sedang berada di sebuah terowongan gelap yang panjang dan menakutkan, dan saya bahkan tidak bisa berlari ke ujung terowongan itu. Saya hanya bisa jalan perlahan sambil bersabar. Sebenarnya pengibaratan "terowongan" juga kurang tepat. Melewati terowongan cenderung membosankan karena tidak ada yang bisa dilihat. Sedangkan hidup saya di tahun 2020 penuh kejutan yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya.

Berhenti bekerja di instansi setelah hampir 2,5 tahun, lalu mendapat pekerjaan baru di Jogja (yang sangat unik karena meja kerja bersebelahan dengan kakak kandung satu-satunya :D), dan bahkan mendapatkan pekerjaan baru lagi di Makassar! Lalu kehadiran Oliver yang mengubah status saya menjadi seorang ibu. Tentu serba-serbi bayi baru lahir dan harus berpindah-pindah tempat saat bayi masih sangat kecil, ditambah dengan perjalanan kesana kemari ditengah pandemi membuat sup hidup saya terasa gurih ekstra pedas manis pahit asam sungguh campur aduk. Semuanya penuh risiko, penuh ketidakpastian, penuh tantangan. Mental saya diuji hingga batas kewarasan. Hidup kembali mengajarkan saya untuk berani. Saya mengambil risiko dan menghadapi apa yang harus saya hadapi. 

Sebenarnya perjalanan 2020 jika diuraikan maka isinya sangat panjang. Saat saya mau menuliskan semua kembali, saya merasa pusing dan mual :D. Saya banyak menangis. Saya banyak marah. Saya banyak memaki-maki. Saya banyak makan gorengan saat hamil (lhoh koq kurang nyambung kaq).
Otak saya bahkan saat ini menolak untuk menulis semuanya dengan detil karena takut dilanda kesedihan karena katanya, dia (otak saya) sudah bosan sedih. 

Saya mengalami masa dimana "nothing to lose". Semuanya runtuh begitu saja. Respon awal saya tentu menangis kaq, mau apa lagi. Di satu sisi saya merasakan the power of being in the stage of nothing to lose. Saya belajar bersabar dan rendah hati bersama reruntuhan hidup dan identitas. Saya belajar bahwa hidup sesekali membawa tragedi, dan kita hanya bisa menghadapinya. Saya belajar push the limit lagi. Saya belajar kuat lagi. Saya membuat pilihan-pilihan besar lagi. Hingga pilihan-pilihan tersebut mengarah pada kepindahan saya ke Makassar di awal 2021. 

Saya berharap, saya semakin dekat dan semakin sejalur dengan jalan yang memang milik saya, yang benar-benar saya.

Terima kasih hidup, saya masih hidup, dan semoga saya bisa hidup sehidup hidupnya.

Makan Pisang Goreng adalah Bagian dari Hidup :p


Sabtu, 03 April 2021

How to Unbelieve - 2

Ask questions
Ask many-many questions
Do not be intimidated by them
Stick to those questions, and when the answer comes, 
Ask the answer back with more questions.
Try asking with a neutral point of view, leave that fixed mindset behind.
Do not be afraid of the new 'truth';
What is true yesterday might no longer be true today,
Let alone the 'truth' from thousands of years ago.
We will be fine,
Asking questions is a noble act,
Even if we ended up with no 'right' answer.

Senin, 29 Maret 2021

Oh Hi Monday

Monday morning and I have to wake up early 
Food for adults, food for baby, and of course cleaning, feeding the baby, all should be ready by 8:30
But hey, maybe a bit more sleep is fine
Let me start to be professional by 10
Ten is fine too, but the emails hit me, I have to work on 'that' task
Why is it so hard to go back to 'that' thing
Monday noon and I feel so behind
I should be excited for the routine
But now I am not
Distracted by chats and meetings
Monday afternoon, I am definitely behind the game
Let's work on 'that' particular one tonight
No sleep before 'that' is done, right?
Why is this Monday so challenging?