Jumat, 16 November 2012

ANAKKU DIPERMAINKAN


Seorang anak laki-laki berjalan kaki pulang ke rumahnya.
Dalam perjalanannya dia hanya menunduk.
Wajahnya jika diibaratkan cuaca, seperti awan hitam yang menunggu satu titik jenuh, saat dimana buliran hujan siap membanjiri bumi.
Seperti saat ini, dia siap menangis.
Namun dia tahan air matanya.
Dia harus kuat. Dia kan anak laki-laki jagoan ibunya. Ibunya tidak perlu tahu dia sedang menahan tangis.
Seperti biasa, sang ibu menyambut kedatangan putra sulungnya.
Di kulkas sudah disediakan minuman dingin pelepas dahaga.
Namun hati sang ibu tahu, ada yang tidak beres melihat langkah gontai putranya.
Jadi dibiarkannya putranya tersebut buru-buru masuk kamar.
Sayup-sayup terdengar isak sesunggukan anaknya itu.
Hati ibu ikut sedih. Ia tahu anaknya tidak mudah menangis. Pasti ada yang tidak beres.
Hal apakah yang membuat anakku bersedih hati?
Ibu bergegas menelepon seorang teman akrab putranya.
Ternyata segerombolan “genk” di sekolahan mempermainkan anaknya.
Sakit hati ibu. Dia mengetuk pintu putranya, dipeluknya, mereka berdua menangis bersama.
Hal yang SAMA akan dilakukan BAPA kita yang di Surga begitu tahu kita “dipermainkan” oleh siapapun.
Tidak dibiarkanNya anak-anak terkasihNya menanggung beban sendiri.
Apa yang tersembunyi, akan dinyatakan.
Tuhan jelas-jelas tahu ada orang yang sedang berbuat jahat kepada kita, menipu kita, mengkhianati kita.
Hati-Nya tentulah sakit dan gemas.
Tapi anak-Nya harus kuat, harus belajar melapangkan hati, harus belajar tulus, harus bisa melepaskan pengampunan.
Kalau tidak demikian anak-anak-Nya tidak bisa belajar, selamanya seperti bayi.
Mata Tuhan ada dimana-mana, Ia mengawasi siapa yang berbuat curang.
Tidak perlu takut, setiap tetes air mata kita Ia hargai.
Kadang pun tidak perlu terlalu banyak kita membela diri.
TUHAN sendiri, RAJA segala raja yang bela kita!
Mari dengan tulus berdoa untuk orang-orang yang “mempermainkan”, “mengkhianati”, “menipu” kita.
Jadi jagoan Tuhan itu paradoks sekali.
Harus bisa cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang “menjahati” kita?
Serahkan pada Tuhan, Ia Maha Pengasih sekaligus Maha Adil.
:)

Selasa, 13 November 2012

CICAK

Saya benci cicak...
Soriii cicak,,entah kenapa aku benci kamu,,,dan jijik...
Cicak dan sebangsanya...yang bisa melepaskan ekor...
Itulah mungkin salah satu alasan kenapa saya membenci cicak.. Dia bisa melepaskan ekornya!!!
Arrrgggghhh... Melepaskan bagian tubuhnya sendiri...
Mungkin dia mau menipu predator??
Kalau cicak sepanjang 10cm, maka ekornya ada sekitar 4cm bahkan lebih panjangnya..separuh tubuhnya dilepaskan. Mungkin sakit. Dan pasti sakit. Karena saya pernah melihat ekor yang dilepaskan dari tubuh itu bukan seperti bongkar pasang yang bisa dilepaskan dan ditancapkan lagi dengan mudah. Ekor tersebut berdarah...
Bagian yang menjijikkan dan membuat saya benci lagi adalah ekor yang dijatuhkan itu masih menggelepar dengan lincah dalam waktu lama.
Kalau cicak itu dilengkapi perasaan komplit, mungkin dia menangis melihat ekor yang berdarah itu menggelepar dengan tak berdaya. Bagian tubuhnya dia tinggalkan. Lebih sedih lagi kalau dia melihat ekor itu kemudian dimakan oleh hewan lainnya..T.T
Tapi Tuhan maha adil,,,kemungkinan cicak tidak seberperasaan itu...ffiiuhhhh....
Dan ampun Tuhan, kalau perenungan cicak ini suatu kali membawa saya pada perenungan tentang Bunda Maria.
Entah kenapa, saya tidak terlalu tertarik memikirkan Bunda Maria.
Tapi memikirkan cicak itu saya jadi ingat Maria. Mungkin perasaannya tercabik melihat Tuhan Yesus, buah kandungannya sendiri, bagian tubuhnya sendiri disiksa, direndahkan serendah-rendahnya, diinjak dan diludahi, dipaku dan disalibkan.
Mungkin perasaannya pedih dan terluka. Mungkin cambuk bergigi di tubuh Yesus itu turut dirasakannya di dalam hati. Hati ibu, hati bunda.
Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, terPUJIlah engkau diantara WANITA, dan terpujilah BUAH TUBUHMU YESUS.