Rabu, 07 Juli 2021

Dipeluk Mak

Menyenangkan sekali bersua dengan Mak

Mak yang ceplas ceplos dan jujur

Tidak menyimpan kata-kata di belakang

Nyaman sekali disuguhkan makanan Mak

Barongko halus manis untuk sarapan

Pisang di luar pisang di dalam

Apa di mulut itu jua di hati

Betapa elok perangai Mak

Saling mendorong besok pasti lebih baik

Saling membenahi jangan lupa bilang tabe’

Terima kasih sudah mengasuh kami Mak

Terasa dekat walau bukan kandung

Terasa kerabat walau beda logat

Sungguh nyaman dipeluk Makassar

Minggu, 04 Juli 2021

Menjadi 30

Menginjak usia 30 tahun ini terasa banyak sekali hal yang sudah dialami dan di saat yang bersamaan saya merasa di depan ada (mungkin) lebih banyak pengalaman yang akan saya jalani.

Dulu saat masih kecil, persepsi saya terhadap usia 30 adalah orang-orang “tua” yang sudah “berumur”. Terasa lucu karena saat ini saya sendiri yang memasuki fase orang-orang yang “berumur” itu.

Memang saya belum tahu apa yang akan terjadi di rentang 30an ini. Namun saya merasa yakin bahwa saya akan baik dan bahkan lebih baik dari sebelumnya. Semoga. Hal ini mungkin disebabkan karena saya selalu merasa lebih baik menjadi tua dari pada muda. Sejak kecil saya merasa seperti orang dewasa yang terperangkap dalam tubuh forever 13 :D. Bahkan sejak SD saya sering merasa lebih tua dari teman-teman seuisa saya. Mungkin ini hanya sindrom superioritas, mungkin juga memang saya benar-benar merasa tua di dalam.

Oleh karena itu, memasuki usia dimana saya memang akhirnya sudah di-cap “tua”, membuat saya cukup senang. Akhirnya saya berada pada kelompok usia diamana saya seharusnya berada :D.

Di usia 20an saya, saya berpikir mungkin inilah puncak vitalitas saya. Namun sepertinya saya keliru. Memasuki 30an ini, saya merasa energi saya berada pada puncak vitalitasnya, dan mungkin bahkan bisa bertambah!

Bisa jadi hal ini disebabkan karena saat usia 20an, pikiran saya banyak lari kemana-mana, energi saya terbuang untuk hal-hal yang hanya terjadi di pikiran saya saja. Lelahnya banyak terjadi karena pikiran sendiri. Kalau diingat-ingat kembali, di usia 20an awal dan pertengahan pikiran saya dipenuhi dengan hal-hal yang kurang sehat untuk kebaikan saya sendiri. Berbeda dengan pikiran saya saat memasuki usia 30 tahun, yang walaupun masih banyak sekali aspek yang harus dibenahi, tetapi pikiran saya cukup banyak perbaikan yang mendukung kesejahteraan saya.

Berbicara tentang 20an, memang tidak bisa dipungkiri bahwa I had a LOOOOT of FUN being 20. Banyak hal yang saya coba, banyak yang saya alami, banyak tempat yang saya kunjungi, banyak petualangan seru! Mulai dari bidang akademik, eksplorasi agama dan spiritualitas, hubungan pacaran, eksplorasi makanan yang cocok untuk saya, mengenali paham-paham, mencoba terjun ke dunia pekerjaan yang berganti-ganti, dunia pertemanan yang aneh dan sampai saat ini masih membingungkan, dan lain sebagainya.

Satu hal yang saya pelajari adalah, 20an awal dan 20an akhir itu bedanya cukup besar bagi saya. Pilihan-pilihan saya di awal 20 dan di akhir 20 ternyata cukup berbeda. Saya seperti menjadi orang yang berbeda di usia 27-30 dibandingkan sebelumnya. Di awal 20an saya benar-benar bebas, jarang merencanakan masa depan, dan hidup untuk 30 hari kedepan saja :D.

Di kuartal terakhir 20an, saya mulai memikirkan masa depan. Saya merindukan kestabilan hidup, meskipun di saat yang sama saya senang mengunjungi tempat-tempat baru dan bahkan sering berpindah-pindah tempat tinggal. Namun saya merasa ada keinginan untuk punya rumah sendiri, punya kehidupan sendiri, dan menjadi saya seutuhnya, bukan saya yang didefinisikan oleh lingkungan pekerjaan, agama, tempat asal, apapun itu.

Di akhir usia 20an, saya berhadapan dengan life-changing situation. Dan memang saja hidup saya kemudian berubah drastis. Saya berumah tangga, memiliki anak, mengurus keluarga, pekerjaan baru, dan tinggal di tempat yang baru. Perubahan ini mengubah banyak hal dalam hidup saya. Disamping itu, saya mulai membuat akar-akar kehidupan. Saat ini akarnya ada di Makassar. Saya jatuh cinta pada kota ini, budayanya, dan orang-orangnya. Memasuki 30 tahun, saya memulai proses rooting dan settling.

Memasuki usia 30 tahun saya juga lebih teliti dengan apa yang saya makan. Guru saya mengatakan,  usia 30 tahun keatas sebaiknya setengah makanan kita dalam bentuk mentah, entah itu buah ataupun sayuran mentah. Hal ini disebabkan karena metabolisme manusia mulai memelan memasuki usia 30an. Dulu awal 20an, makan apa saja besok atau lusanya dibuang habis. Di usia 30an, makan berlebih menimbulkan penimbunan lemak, kolesterol meroket, pencernaan tersendat, muncul berbagai gejala lainnya seperti hipertensi, asam urat tinggi, dan lain lain. Di usia dewasa (bukan dalam keadaan hamil atau menyusui), banyak masalah kesehatan datang bukan karena kekurangan makan tetapi karena kelebihan makan. Makan 3x sehari plus 2x snack seperti anjuran ilmu gizi dulu ternyata tidak begitu benar. Makan 2x sehari saja cukup, kalau masih lapar bisa diselingi jus. Saya sudah terbiasa makan besar 2x sehari dan kadang ada tambahan jus atau snack. Saat ini sudah mulai tambahkan sayuran mentahan juga sedikit demi sedikit. Saya juga masih melanjutkan plant-based, walau tidak strict sekali.

Banyak yang saya ingin lakukan di masa 30an ini. Saya ingin berkarir dengan baik. Saya bersyukur di usia 29 lebih saya dipercayakan bekerja di lembaga internasional yang dulunya hanya sebatas angan-angan saja jika bisa bergabung disini. Saya sedang berusaha melakukan yang terbaik di lembaga ini. Entah akan kemana perjalanan karir saya, namun yang pasti saya ingin melakukan yang terbaik.

Saya juga ingin kembali melihat dunia. Saya ingin membawa anak saya menjelajahi dunia ini, melihat bagaimana orang-orang di negara lain hidup, dan mengagumi keindahan alam.

Yang pasti, saya ingin energi saya tersalurkan dengan baik.

 

Akhirnya, saya siap memasuki dekade ke 4 hidup saya: usia 30an!

Terima kasih hidup dan semua yang menopang kehidupan saya, saya bersyukur.

Sumber: factorymeme.blogspot dot com