Kamis, 12 Maret 2015

DOA

Di lengan kanannya terpatri Bapa Kami.
Tanpa ritual tutup mata, tanda salib, dan katup tangan, Ia berkomunikasi dengan Tuhannya.
Umumnya, syairnya tidak umum.
Merapalkan doa syukur setelah memeluk kekasihnya adalah keputusannya.
Rasa syukur bertubi dihatinya sejak pertemuan itu.
Doa penyesalannya saat makan malamnya tidak dihabiskan.
Baginya, doa tidak serupa mimpi.
Seandainya iya, doanya akan panjang. Padahal, katanya, Tuhan-nya bisa lelah.
Hidup dibencinya. Anehnya, cinta amat disyukurinya.
Di malam itu, entah sudah atau belum berdoa,
Ia tidur lelap dengan posisi berdoa.
 



Sumber gambar: ou(dot)com


H20MS9040315

Senin, 09 Maret 2015

SURGA



Surga adalah ketika hati kehilangan segala obsesinya.

Saya yakin setiap orang memiliki definisi pribadi tentang surga. Bagi saya, kata ‘surga’ sulit diganti dengan kata lainnya. Sebenarnya, kata ini hendak saya setarakan dengan ‘kebahagiaan tertinggi’. Namun setelah saya pikirkan kembali, surga yang saya beri arti bukanlah tentang kebahagiaan tertinggi. Maka dari itu, saya tidak bisa menjelaskan banyak, karena sekali lagi, saya yakin setiap orang punya definisinya masing-masing.

Sepanjang sejarah hidup manusia, berbagai gambaran tentang surga dikemukakan. Ajaran agama berkontribusi besar dalam penggambaran antonim dari neraka ini. Yang saya tangkap dari penggambaran tentang surga yang diajarkan agama yang saya anut adalah sesuatu yang baik, mulia, tinggi, dan abadi. Penggambaran surga adalah tentang sesuatu yang ‘di atas’, bertolak belakang dari neraka yang ‘di bawah’. Saya tidak hendak membahas apalagi berdebat mengenai eksistensi kedua perwujudan tersebut. Itu masalah keyakinan (dan imajinasi) yang juga pribadi sifatnya. Yang jelas bahwa konsep surga atau nirwana atau paradise atau heaven atau apapun penyebutannya, merupakan sesuatu yang kurang lebih menyenangkan.

Tanpa berdebat mengenai surga, saya ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepada siapa saja: bagi Anda, seperti apa surga itu?

Selama 23 tahun hidup saya, saya selalu berhasil menemukan surga-surga kecil saya; saat berada di antara makanan-makanan lezat, saat kembali ke kamar kost setelah seharian beraktivitas dan bersosialisasi, saat menikmati keindahan alam, atau saat menggendong bayi-bayi pasrah. Surga bagi saya adalah suatu ‘kondisi tertentu’. Namun demikian, pengalaman-pengalaman surgawi itu tidak pernah berhasil membuat saya melahirkan suatu definisi tentang surga sedemikian akurat sampai saya mengalami suatu kejadian. Kejadian yang membuat saya mampu membahasakan ‘kondisi tertentu’ itu.

Saat itu, di dalam pelukan kekasih saya, saya merasa hati dan fisik saya bersekongkol untuk menjadi tidak manusiawi lagi. Hati ini tidak memiliki keinginan apa-apa lagi, karena dalam rentang waktu tertentu, ia merasa ‘tergenapi’. Semua keinginan dan obsesinya kandas, yang ada hanyalah damai, penuh, pas, ideal, tidak lebih dan tidak kurang, tidak ingin apa-apa lagi. Sejak saat itulah, di usia 23 tahun, saya mendefinisikan surga. Tentu saja ini berlaku bagi saya pribadi. Bagi saya, SURGA adalah ketika hati kehilangan segala obsesinya.

Kehidupan manusia di dunia ini terikat oleh waktu. Merasakan surga saat masih hidup di dunia seperti merasa terbebas dari aturan waktu, meskipun sensasi itu tetap berdurasi. Surga ternyata bisa eksis di dunia dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Jika benar ada surga seperti yang digambarkan atau dicitrakan banyak orang, suatu dunia terpisah tempat semua kebaikan bermuara, menurut saya surga seperti itu tidak akan jauh berbeda dengan kondisi surga yang saya gambarkan diatas. Yang membedakannya mungkin disana tidak ada batasan waktu. Kebaikan yang abadi. Entahlah, saya hanya bisa mengira-ngira. Yang jelas, bagi saya, menikmati kepingan surga selagi berziarah di dunia adalah sebuah berkah yang perlu disyukuri.

Dua puluh tiga tahun, saya belajar sangat banyak. Dua puluh tiga tahun, merupakan sejarah besar dalam hidup saya, ketika saya mampu mendefinisikan Surga. 

Tulisan ini saya persembahkan kepada partner saya, HYF, yang melaluinya saya belajar banyak hal, tentu termasuk didalamnya belajar menghayati surga. Hari ini (090315), beliau juga menerbitkan tulisannya tentang surga di http://hyferdy.blogspot.com/2015/03/seperti-apa-surga-itu.html

Kost Ijo Ade Irma II Walikota - Kupang, 7 Maret 2015