Senin, 11 Maret 2024

Facing the Dreams

I dream all the time, all night sleep, all nap, all the half-asleep I always, always dream. It is weird because it feels as if I have 2 lives (not as lucky as a cat though :D): one physical and the other one whimsical. I used to think this is common, but I guess not as much. Not so many people have such thin barrier between the two worlds that once they are unconscious (or even only halfway unconscious), their feet are already stepping into the dreamland. Maybe this is why I always feel older? I am better self-identified being 64 years old rather than 32. When someone's telling me a crazy story, I would not feel as perplexed as I should be. Guess what? I probably had seen those (and even crazier scenes) in my dreams. I meet so many people in my dream. Some are familiar faces in my physical world, some of them have passed away. But many times I don't have any clue who those people are. Are they from other dimension? Are they real people walking on their dream and don't have any idea who I am? Not a clue. But as peculiar as the dream world might be, I am fully entertained, I am eternally grateful for them. I don't need no cinema, I need sleep so I could dream: the reason to sleep more ;).

But just like the cinema, sometimes it's boring, sometimes it's lovely, other times it's dark. I want to share about the darker side of dreams. I often find not very pretty creatures in my dream. Just like my dream 2 nights ago (or last night? I could not remember. Sometimes time becomes so malleable in the dream world), I saw lovely sea creatures and I was busy capturing them with my waterproof camera (which only exist in the dream btw), before I met the giant water centipede. I was not particularly afraid in my dream, I was only feeling a bit upset: why did it appear after all the beautiful sea creatures? 

I used to ignore my dreams all the time. I felt that when I woke up in the morning, I only had enough time to catch my work targets and daily routines so I forgot almost all my dreams as soon as I awaken. But now I am trying to pay more attention to those dreams as I believe that they are telling me something. The thing is, dream messages are not so obvious, not quite frank. I remember I dreamt so vividly about me getting burned by a big fire before I woke up to a conflict. I did not dream about a single problem, I only saw fire in my dream. My dream was trying to send me signal but I was yet to understand when the conflict had already been happening.

Back to the centipede dream of mine. I think this could also be a signal. Might be a shadow that I have to face. I heard that our shadow shows themselves through the dream. Funny enough, after feeling a good energy flowed inside myself this afternoon, I walked into my bathroom only to find a big centipede (well this one was not as gigantic as the one in my dream), so without hesitation, I bow to its soul before crushing it with my bathroom sandals (the more reason to have bathroom sandals ready all the time). Is it the end of my centipede dream? I don't know. Is it only the beginning of my journey for facing my own centipede shadow? Not very sure. I don't even want to turn the dreams into the logical equation. I'm just in the beginning of learning, remembering, and facing my dreams. With the hope that they could bring me closer to my truest self, my awaken senses, and my greatest shadow which needs to be embraced.

Pic source: Stardust Print Shop @Etsy






Minggu, 03 Maret 2024

duplex sentimentalia

having no idea
where should the finger pointing
is it the size of the house
or the soiled gold 
playing with the sanity

spend time wondering
what is the culprit
could be certain types of food
or the gloomy prejudice
trigger the allergic reaction

oftentimes asking
what is to be nurtured
the toughness of biased skull
or the pineal awareness
to survive the modernity

spacing out thinking
what is the root of strength
is it the predictable enemy
or being vulnerable
to keep on going

need the answer
who decides the path
is it the cosmic alignment
or the light in each soul
to walk everyone home










Jumat, 05 Januari 2024

Dua Ribu Dua Puluh Tiga

Baru saja saya melihat-lihat kembali agenda 2023 dan resolusi awal tahun yang lalu. Senang juga melihat cukup banyak yang terpenuhi. Entah karena saya kurang ambisius, atau karena memang saya cukup berprogress di 2023 hehe. Saya lebih suka melihatnya dari sudut pandang yang terakhir. 

Halo kembali refleksi tahunan! Dua Ribu Dua Puluh Tiga bukan main melesatnya bagai Kana dan Kenji, kereta cepat di Thomas and Friends (cieh, menghafal tokoh animasi supaya relate dengan para toddlers :D). Kalau tahun-tahun sebelumnya "terasa" cepat, tahun 2023 terasa EKSTRA cepat Bun! Bahkan saya yang rajin mengisi agenda tahunan ini, keteteran tidak mengisi bulan Oktober-Desember saking cepatnya waktu berlalu. Apakah yang lain juga merasa demikian atau karena saya saja yang makin menua dan mulai gelagapan menarik waktu? 

Awal 2023 kami sekeluarga pindah rumah ke sebuah perumahan "INTI" di Makassar :D. Memberi kapital pada inti bukan karena jumawa (mungkin sedikit), tapi lebih kepada lega dan senang bisa tinggal di salah satu perumahan paling strategis di Kota Makassar. Sempat alami amukan banjir di perumahan sebelumnya, tahun ini kami membayar lebih untuk bisa tinggal di perumahan bebas banjir, lebih rendah kemacetan, dan lebih dekat kemana-mana. Bagian efisiensi waktu karena dekat ke berbagai tempat ini menurut saya hal yang paling saya syukuri, terlebih sebagai warga kota yang cukup maju. Misalnya dalam sehari kami menghemat waktu 15 menit karena jarak ke kantor, ke mall, ke bandara, ke pantai, dll lebih dekat, jika dikalikan 200 hari saja (hitungan pesimis karena dalam sehari bisa bolak balik ke beberapa tempat, dan dalam setahun lebih dari 200 hari berkendara ke berbagai tempat), maka dalam setahun minimal ada 3000 menit yang "dihemat" karena rumah lebih strategis, atau sekitar 50 jam! Maka membayar lebih untuk bisa mendapatkan "minimal" ekstra 50 jam hidup terasa cukup masuk akal. Ini berlaku untuk keluarga aktif rutin berkendara di pusat kota yang cukup macet dan rutin berkantor/bersekolah seperti kami.

Salah satu keuntungan pindah ke kontrakan baru ini juga karena lokasinya yang memungkinkan untuk jalan atau jogging. Setelah pindah kesini, dan karena motivasi dari Mba Eliza, rekan kantor yang rutin jalan/jogging, saya pun jadi suka jalan sekitaran kompleks. Badan rasanya lebih bugar. Di sekitaran rumah juga banyak orang berolahraga dengan outfit olahraga yang tidak setengah-setengah, membuat kami semakin bersemangat olah raga. Kadang olah raga di Indonesia itu seperti privilege saja: tinggal dimana, lingkungan seperti apa, dan fasilitas apa yang dimiliki yang memberi dorongan orang berolahraga, saking minimnya fasilitas umum atau bahkan sekedar trotoar, atau trotoar yang proper digunakan untuk berjalan kaki. Kembali ke kontrakan, yah, walaupun cukup besar biaya yang dikeluarkan untuk pindahan, membeli perabotan (karena rumah lama sudah fully furnished), dan untuk permak rumah kontrakan baru ini, karena toiletnya lebih mirip gua mistis dibandingkan toilet makhluk beradab. Bukan hanya itu, tenaga yang dikeluarkan juga lumayan banget Bun. Saya bahkan harus order cairan bukan sembarang cairan (apa sih :D intinya cairan keras, bukan vix*l, prost*k, dll) pengangkat kerak 1000 tahun di bak kamar mandi dan sekitarnya, dan harus saya kosek ratusan kali supaya kilap lagi. Sungguh pengorbanan yang hanya saya dan penghuni toilet tak terlihat yang tau, semoga mereka bahagia dengan kilap yang kusingkap. Apaan Bun.

Ini refleksi pindah rumah saja panjang ya Bun, tapi ya begitu, soal memilih rumah dan mendapatkan rumah itu menurut saya jodoh-jodohan dan kalau sudah jodoh harus dibuat senyaman mungkin. Saya lumayan pengalaman dengan berbagai pindahan, mulai dari Soe-Malang beberapa kali-Kupang 2 rumah-Pernah sebentar di Maumere-Portland US-Kansas US 2 kali-Kupang-Ende 2 tempat-Kupang lagi 2 rumah-Jogja-Makassar 2 rumah, membuat saya lumayan lah ada pengalaman berjodoh-jodohan dengan rumah. Habis ini kemana Bun? Ya, masih misteri ya hehe, liat saja nanti. Lalu tarik napas memikirkan mau diapakan barang sebanyak ini karena sekarang pindahan bukan versi angkut koper lagi tapi seisi rumah dan sudut-sudutnya penuh barang milik 3 orang yang sudah nyaman 3 tahun di Makassar :D.

Wow! 3 tahun di Makassar Bun? Bukan main lumayan lama yaa, sudah 10% kehidupan dihabiskan di Makassar. Nyaman memang disini, tapi seperti tulisan-tulisan sebelumnya, sudah mulai dapat bisikan-bisikan batin "habis ini apa? kemana? ngapain?". Belum ada jawabannya Bun, jadi sabar dulu sambil mempersiapkan diri.

Dari sisi keluarga, kami makin "berusaha" kompak, karena kekompakan harus diusahakan wkwk. Usia berkeluarga dan menjadi orang tua yang masih dibilang muda ini tentu harus banyak belajar. Saya melihat kami sedang mencoba menjadi orang dewasa, menjadi orang tua dan pasangan yang lebih baik. Kami melihat Oliver beranjak dari kebayi-bayian ke toddler-toddleran yang lucu, gemas, sedikit sok dewasa, makin cerdas, dan makin kuat. Dengan kondisinya yang macam-macam, Oliver tumbuh menjadi anak optimis dan ceria, senang bergaul, pandai menyanyi, dan lebih suka pakai bahasa Inggris seperti Peppa Pig. Kami bersyukur untuk perkembangan Oliver, personality-nya, dan pembentukan emosinya. Kami juga sempat liburan keluarga ke Semarang dan Bali.

Dari sisi pekerjaan, saya cukup bersyukur bisa menerjemahkan berbagai ambiguitas ke target dan output yang real. Syukurlah saya terus didukung oleh rekan-rekan kerja yang suportif. Walaupun ada sedikit gesekan dengan seseorang :D, tapi begitulah dunia kerja yang tampak boring di luar tetapi ganas dan penuh intrik di dalam. haha. Lingkungan kerja saat ini adalah lingkungan kerja paling positif dan suportif yang pernah saya temui. Tetapi namanya manusia tetap unik-unik yah, kadang menemui manusia yang super unik dan super repot di lingkungan kerja. Maka, penting sekali kita merawat mental kita, menghadapi berbagai insecurity dan trauma kita, supaya kita menjadi manusia yang tidak "menggerus" orang lain, dunia membutuhkan orang-orang yang demikian. Tapi kembali lagi, overall, baik, saya makin menjadi dewasa dalam dunia profesional. Saya banyak travel untuk urusan profesional: ke Toraja 5 kali! ke Selayar 2 kali, ke Jakarta 3 kali, Bandung 2 kali, Lombok 1 kali, dan kabupaten-kabupaten lainnya di Sulsel.

Saya juga mau memberikan selamat pada diri saya sendiri yang sudah 3 tahun lamanya mengabdi di lembaga saat ini saya bekerja. Ini pengalaman kerja full time di satu tempat terlama yang pernah saya jalani. Setiap tahun saya menjadi pekerja yang lebih mature dan setiap tahun memberikan pelajarannya tersendiri.

Tahun 2023 ini saya juga lebih berkoneksi dengan teman dan keluarga. Sepertinya saya mulai mendewasa dalam hal hubungan sosial. Saya cukup bangga, mengingat dunia sosial biasanya saya hindari sebisa mungkin, karena seringnya energi saya tersedot pada lubang hitam dan level ke-awkward-an saya menjadi maksimal, dan setelahnya perasaan cemas dan excited membuat saya tidak bisa tidur. haha berlebihan sungguh, tapi nyata. Sekarang, saya menghadapi dunia sosial dengan lebih calm, dan menyadari pentingnya tali-tali sosial yang perlu dikuatkan.

Selain itu, saya juga "berhasil" merekrut 3 orang asisten di 2023. Masing-masing dengan karakter berbeda dan menjadi pembicaraan panjang saya dan suami :D. Saat ini kami masih di-support oleh asisten ketiga, dan sampai saat ini kami bersyukur ada support system di dalam keluarga yang sering kesana-kemari.

Namun dari semua yang saya syukuri, ada beberapa target yang harus saya geret ke tahun 2024 ini karena belum tercapai di 2023. Dan tidak apa-apa juga. Saya masih manusia dengan tingkat distraksi level swipe reels instagram dan youtube tak berkesudahan. Masih perlu berbenah.

Akhir kata, saya bersyukur untuk waktu, kesempatan, harapan-harapan, keinginan baik, pengalaman, pembelajaran, dan semua yang terjadi di 2023. 
Semoga tahun 2024 ini tetap dijalani dengan penuh semangat untuk menjadi Nike Frans yang lebih baik lagi, menjadi lebih saya lagi, sehat fisik, pikiran, finansial, sosial, dll, dan semoga tahun 2024 membawa kesempatan-kesempatan baik, keberuntungan, dan pemenuhan potensi. 

Selamat menjalani 2024!



Kamis, 28 Desember 2023

Meant to Be

Exactly 3 years ago I said, "Everything Falls Into Place". Everything seemed to be aligned to where they were supposed to be. When I had that feeling, I knew that what was left for me to do was to play my part. No fear or doubt, as the things were aligning into something I knew as "my path". It didn't mean that at that point I knew what would happen the next day, month, let alone year(s). It just felt right, it felt empowering knowing we were somehow on the right track, such that all the then-existing countless confusion disappeared into the air. 

But again life is full of mystery. Three years later (now), I am standing here on the brink of changes, questioning what will happen next, waiting for the "everything falls into place" enlightenment come strike me once again. I guess I am still in the "confused" stage, and that is part of this change cycle, and I am here, patiently (or not) waiting for my path to re-aligned.

What I know for sure is that there has been so much change happening these past three years, so much so that when I compare myself to my 3 years younger self, the contrast is like night and day. It feels like the brain cells got into the re-birth cycle. Not just me, I've also been witnessing the changes that my son and my husband are going through and the dynamics of our relationship. And for all that we've been through in "just" three years' time, I'm in awe, once again, of how this life works.

So if the changes happen all the time, why is there something called Big Change or New Chapter? I don't know for sure. But those small changes have gently been pushing me into a new realm of where I should be, or where our family is heading. I couldn't ask myself whether or not we're ready for the next chapter because all the previous micro sub-chapters could or should be seen as a preparatory exercise (while completing their mini cycles) for the next step, no matter how big or small the next field would be.

What I could do to comfort my anxious breath is to imagine myself being open to possibilities and opportunities ahead. Just as three years back then life was cycling up unpredictably yet filled with so much growth and bringing me closer to where I should and need to be, so would the next couple of years be. And as life is unveiling its mystery(ies), I might need to focus on my plate today. No matter how this life might change later on, this moment is all I've got. I'm off to sleep now, and although it's a bit late of a night, tomorrow morning if I wake up, I'll try to appreciate my life and my family a little deeper. 

It is weird, we feel that change is going to happen, in fact, changes happen even when we're not aware of them, yet every day we wake up to our seemingly ever the same consciousness. Life is so mighty and full of mystery, yet made out of simple things.

Sabtu, 09 Desember 2023

Bloceh (Blog Ngoceh) #5 - Di Simpang Hidup

Kembali lagi Bun akhirnya kita nge-blog, lamanyaa, ngapain aja Bun?
Begini Bun, hidup kalau sudah memasuki Juli-November itu bukan sekedar berlari atau terbang ya, hidup kayak ber-teleportasi Bun, swinggggg, Juli-November hanya dalam kedipan mata (slow motion tapi ehehe). Mungkin karena masa Juli-November itu banyak sekali tuntutan pekerjaan dan intensitas yang sedang tinggi-tingginya mengejar target kehidupan yang dibuat sendiri untuk bisa hidup lalu mengeluh karena kecapekan (apaan Bun), jam kehidupan seperti bergerak lebih cepat. Dan, sudah akhir tahun saja, kalau di SoE, orang sudah sibuk acara natalan setiap hari sampai pertengahan bulan Januari :D.

Sebenarnya akhir tahun ini punya cerita tersendiri. Seperti berada di simpang kehidupan, mau ke mana setelah ini? Memangnya ada pilihan? Sebenarnya ada beberapa opsi di waktu yang akan datang. Kalau status quo saja, sebenarnya hidup sudah cukup terpetakan hingga akhir 2024 atau bahkan akhir 2025. Tapi seperti biasa, otak kita ini sepertinya eksis dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan pemantik (macam seminar-seminar jaman now, ada pemantik diskusi wkwk). Kayak gini: Bun, inikah hidup yang engkau inginkan? inikah panggilan hidupmu? di kota inikah kamu akan berakar? dengan orang-orang inikah kamu akan habiskan masa produktifmu? di sekolah inikah anakmu akan terus belajar? di lingkungan inikah kamu akan habiskan umurmu? kemana suamimu ingin menetap? dst dll dsb ampyun pusing ga Bun dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat otak sendiri untuk memusingkan otak yang sama juga? tsk

Sebenarnya setahun yang lalu jawaban-jawaban ini akan sangat mudah di jawab. Tapi sejak sekitar bulan Maret dan April tahun ini, ada beberapa opsi jawaban yang berseliweran di pikiran saya, membuat saya mempertanyakan kembali dan membuat pilihan-pilihan berganda yang memusingkan kembali, padahal tidak ada jawaban yang salah. Apakah benar ada yang namanya "Garis Tangan?". Selama ini saya penganut "kita tentukan kemana garis kehidupan kita sendiri dengan pilihan-pilihan kita". Tapi kalau keadaan sedikit lebih rumit seperti ini saya maunya pergi ke "orang pintar", primbon jawa, Tim Doa, atau apalah itu mencari wangsit saja hehee. Dasar homo oportunistikans. 

Sebaiknya paragraf terakhir diakhiri dengan sedikit nada optimis, bahwa kadang kita perlu menunggu sampai waktu yang tepat mengungkap misteri-misteri hidup sampai kita bisa bilang "ohhh ya ternyata memang ini jalannya", kalau sudah ada di jalan itu. Apa yang memang untuk kita tidak akan tergantikan, selama kita jujur pada diri sendiri. Baiklah, homo si paling sapiens! Tsk. Untuk sekarang Bun, marilah kita berlatih "singing and dancing and ngopi-ngopi cantik along all the uncertainties". Let's reveal all the options and see which one really belongs to us or chosen for us, keep on catching your fish as if those fish were meant to be yours. Apaan ya Bun? makin bingung? Ngopi dulu mungkin :D

Sabtu, 03 Juni 2023

Selamat ya bun, 32 tahun!

Selamat ulang tahun yaa diriku sendiri, Nike Frans, yang ke 32 tahun! Wohooo! Selamat yaa Bun, kita masih surviving, thriving, and glowing! Bo'ong sih, glowingnya mulai pudar termakan usia wkwk, tapi gapapa, positive self talk ajah bun ga masalah.

Bun, gimana bun rasanya umur 32? Kayak tua, tapi ga juga, mau dibilang tante-tante tapi belum middle age, tapi mau dipanggil kakak kok ketuaan. Yaudah, 30an awal gitu aja, yaa kayak ibu-ibu muda lah ceritanya :D

Pertama-tama, aku appreciate banget kita ini kan udah hidup di muka bumi ini selama 32 tahun, itu ga muda dan ga mudah lho bun. Walaupun kadang masih muncul hasrat pupus untuk mati muda tapi makin tua makin merasa ga mudah menyerah ya, makin setrong, makin tangguh mentalnya. Ya gimana setelah diterpa macam-macam badai dan tsunami kehidupan, sekarang kalau cuma sekedar gertak ombak aja mah keciiil bun, tapi ya tetap waspada juga sih. Udah jarang banget nangis ya bun, kecuali pas nonton yang sedih-sedih dan kena serangan maag karena kalo lambung luka orangnya jadi pesimis ckck.

Ngomong-ngomong soal maag ya bun, lambung kita ini sebenarnya kuat lho, seharian puasa atau makan lombok katokkon yang ratusan ribu scoville aja kita gapapa suer. Ehh, sekarang stres dikit asam lambung luber kemana-mana. Padahal keliatannya ga stres, tapi kok lambungnya asyem? Yaudah sih bun, kayaknya memang tanda-tanda penuaan, lebih ringkih.

Soal waktu nih. Ini sebenarnya bikin heran sih. Makin kesini waktu terasa makin cepat kayak satu hari yang biasanya 24 jam sekarang juga 24 jam sih, tapi diskon 30%. Apaan sih bun...ya gitu lah intinya rasanya 24 jam yang sekarang itu beda banget sama 24 jam 5 tahun yang silam, apalagi 10 dan 20 tahun lalu beta masih kacileee...Jadi orang dewasa tu aneh yaa, self awareness-nya mulai menipis, time awareness-nya juga tergerus, mulai deh meracau panjang lebar hehe. Ingat ga bun waktu kita umur-umur SD, trus dengar orang dewasa ngomong hal-hal kayak birokrasi dan politik, kita mbatin: "ngemeng apa sih, ribet, nonsense". Sekarang bun, hal terboring sedunia itu kamu omongin sehari-hari. Dasar orang dewasa: ribet, boring, dan nonsense! Tapi yaudah bun nikmatin aja, ini kayaknya memang nitendo dan tamagochi dan gamebot nya orang dewasa (terutama di lingkungan kerja): membelit-belitkan yang tidak terbelit. 

Oh ya bun, akhir-akhir ini kita merasa kayak semua hal jadi mahal yah. Kayak, wow, uang yang dulu bisa dipakai dua tiga bulan sekarang cuma bisa sebulan. Ya mungkin di satu sisi ada perubahan pola konsumsi barang dan jasa alias peningkatan gaya hidup bun, tapi di sisi lain memang semua hal pada naik ga sih? Awal bulan kalau sudah bayarin listrik, air, pulsa, bensin, popok, sabun, galon, sama yaa baju 1-2 potong langsung merasa miskin bunnn. Emang kita masih harus membanting tulang dan mengasah skill bertahan hidup supaya tetap bisa makan ikan tuna bumbu kuning. Karna bawang, sere, kunyit, dll dll dll tidak murah. Embel-embel kehidupan yang kita pilih saat ini mewajibkan kita untuk bekerja dan berjuang bun, kita harus kuat. Kalau lambung mulai asyem jangan lupa minum antasida. 

Keinginan sebelumnya sih mau pensiun muda, kalau bisa 35 pensiun tanpa mengubah gaya hidup. Emang bisa? Yaa, kadang hidup membawa mujizat jadi mungkin-mungkin saja sebenarnya. Tapi untuk sementara waktu yuk bun, kita gaspol :D. Kalau ditanya setelah pensiun mau ngapain? Jujurly maunya santai melihat titik-titik hujan menetes pelan di jendela. Kalau bosan bisa buka pesanan kue. Tapi on the serious note, kalau mujizat tidak lewat-lewat, saya masih harus kerja untuk waktu yang cukup membuat maag kambuh sesekali :D. Canda bun, kamu kan lumayan menikmati bekerja. Di situlah tempat kamu mengamati dan mempelajari sifat-sifat hayati seorang manusia. Canda lagi. Kadang-kadang kan kamu suka memikirkan bahwa kamu bermanfaat. Canda lagi. Canda terus Bun, udah ah.

Eniwei bun, aku harap sih kamu masih punya mimpi dan hasrat kehidupan yang ideal :D. Syukurlah masih punya yaa. Masih ingin tinggal disana, masih ingin kerja begitu, masih ingin menjadi sesuatu. Syukurlah tidak semua hal di hidup kita mengarah pada nihil dan absurd :p. Mungkin karena sudah punya anak dan keluarga ya bun, jadi ada hasrat untuk menyelamatkan orang lain yang kadang lebih signifikan dari pada menyelamatkan diri sendiri yang sering disabotase oleh diri itu sendiri. Apasih.

Eh sudah mau ending, mari kita tutup dengan dessert kehidupan. Bahwa ya hidup itu beginilah kalau tidak terlalu diromantisasi. Tapi kalau mau pakai sedikit madu; tiap hari kita belajar bun. Kadang kita lupa yang kita pelajari kemarin, tapi nanti kita ingat-ingat lagi dan rangkaikan dalam bentuk pola-pola hidup. Makin dewasa kita makin menikmati kestabilan hidup dan mental yang makin tangguh. Walau fisik mulai menua dan wajah mulai berkerut kesah, tapi ya mungkin disitu seninya aging. Kayak waktu abang salon potong rambut ketemu serumpun uban pas lagi asik mangkas, dia bilang "wah bagus highlightnya!". Ehehehe, kamu tau itu triple sugarcoat tapi kamu tetep seneng kan, dasar! 
Gapapa sih kalau masih bisa meromantisasi hidup ya lanjut bun, apalah kita ini tanpa gula, asal jangan kebanyakan, sesuai batas toleransi kita aja. 

Nike Frans, bun, aku doakan kamu sehat-sehat yaa, makan bergizi dan sesuai kebutuhan, cobalah jangan terlalu sering tidur diatas jam 12 malam kayak makluk nokturnal, dan olahraga yang cukup supaya bisa tetap fit dan energik. Pe er juga untuk cari cara supaya stresnya dikelola bun. Mau bilang I love you tapi ga mau gombal jadi I'm proud of you aja yah bun kamu lumayan keren sih. Semoga hidup kita dipenuhi rejeki dan kebaikan :)

Sabtu, 01 April 2023

Bloceh (Blog Ngoceh) #4 - Memikirkan Ideal

Sudah April lho sobat, apakah tahun 2023 ini juga akan terasa cepat berlari seperti tahun lalu? Satu kuartal sudah berlalu, dan terasa begitu cepat, lagi-lagi.

Saya merasa cukup bangga pada diri sendiri dengan bulan Maret yang sudah berlalu. Pertama, saya lumayan rajin memasak, untuk makan pagi dan makan siang. Malamnya kalau makanan sudah loyo kami akan pesan layanan online saja. Kedua, saya punya asisten di rumah yang membantu cukup banyak hal sejak pagi sampai sore. Ketiga, karena hampir tidak ada travel di bulan Maret (selain jalan-jalan ke Semarang), saya jadi punya banyak waktu mengurus diri dan keluarga. Keempat, saya merasa cukup stabil.

Apa itu stabil? Stabil maksud saya disini adalah hidup yang nyaman, punya rutinitas terencana, hidup cukup, dan walaupun ada hal-hal unik yang datang silih berganti, saya merasa punya keseimbangan yang aman. Hal ini cukup indah tentu saja. Namun di saat yang bersamaan, energi awal tiga puluhan saya mulai berbisik penuh intrik: inikah hidup ideal yang kamu mau?

Nah lhoh nah lhoh. Benarkah ini adalah hidup versi ideal saya? Saya pun setiap hari mulai lagi bertanya-tanya: apa standar hidup ideal saya?
Saat ini, kalau mau dilihat dari berbagai sisi, hidup saya cukup ideal. Tapi mau sampai kapan ideal seperti ini berlanjut? Menurut saya, standar hidup yang ideal terus bertransformasi. Kalau saya mematok hidup saat ini sudah ideal, dan terus menjalankan status quo ini, tentu hidup akan terus berjalan, seperti ini, baik, nyaman, dan pasti. Namun, saya belum sampai di masa dimana saya harus settle seperti itu. Jika ingin jujur pada diri sendiri, saya masih ingin challenge, saya masih ingin mengetes apakah saya bisa ini dan bisa itu. Saya haus akan THRILL. Busetttt bunda kamu kok semangat sekali, apakah karena efek baru saja minum es kopi? Kafein kayaknya.

Sejak awal tahun 2020, dimana saya banyak berpindah: Kupang ke Soe, Soe ke Jogja, Jogja ke Makassar, serta menjalankan 3 pekerjaan yang berbeda, lalu punya anak dengan suka-duka hidup berkeluarga baru di rantauan, saya banyak mengaktifkan hidup di survival mode. Dan jangan ditanya, walaupun mengerikan dan penuh ketidak pastian, saya cukup menikmati (atau begitu pikir saya saat ini, kalau diulang juga ogah :D). Saya pikir saat memasuki 30an saya sudah mulai mengakar di Makassar. Terlebih lagi saya cinta kota ini, budaya, orang-orangnya, terlebih makanannya. Setelah perjalanan 2 tahun lebih di sini, saya mulai bertanya pada diri sendiri: setelah ini apa? Pertanyaan ini bukan datang dari rasa kurang bersyukur. Bukan sama sekali. Saya bersyukur setiap hari untuk semua kesempatan dan kejutan-kejutannya. Ini semata-mata muncul dari insting bulu/rambut kaki saya yang ingin mengepak sayap mencari hal-hal baru, kota-kota baru, kebudayaan baru, pemandangan baru, dan berbagai kemungkinan-kemungkinan tak terhingga yang hidup tawarkan.

Biasanya kalau kontemplasi-kontemplasi seperti ini mulai muncul, mungkin saya akan memasuki sebuah petualangan baru lagi. Mungkin, mungkin saja. Pertanyaannya, apakah saya akan terus berkontemplasi seperti ini? Saya tidak tahu. Yang jelas, sampai saat ini energi saya masih ada untuk bertualang, berkeliling, membangun kembali, packing and unpacking. Saya merasa potensi saya masih bisa di-eksplore dengan cara yang berbeda. Saya merasa masih banyak bidang yang perlu saya tekuni. Dan oh, saya masih ingin hidup sehidup-hidupnya.

Saya tidak bermaksud mengecilkan hidup yang "nyaman". Saya bahkan sangat menikmatinya saat ini. Dan saya sangat mengagumi orang-orang yang menjalani "nyaman"nya dengan khusyuk, contohnya seperti kedua orang tua saya. TAPI, lama kelamaan saya bisa jadi tidak mengagumi diri saya sendiri yang terlalu nyaman berada dalam kenyamanan. Saya merasa saya masih bisa lebih dari sekedar nyaman. Untuk saat ini tentu saja. Mungkin saja nanti di usia 40an atau 50an (kalau umur panjang), saya akan nyaman dengan nyaman versi saya saat itu. Coba saja hitung berapa kata nyaman yang dengan nyamannya saya tulis di paragraf yang kurang nyaman ini wkwk. 

Eniwey, tentu saja besok saya masih akan bangun di rumah yang sama dengan kenyamanan minggu pagi yang sama, bersiap untuk rutinitas yang sama di hari senin yang penuh tuntutan seperti sebelum-sebelumnya. Dan saya masih akan menjalani semuanya dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan. Namun mungkin setidaknya di 10 menit waktu senggang akan saya gunakan untuk berpikir tentang hidup ideal kedepan seperti apa. Saat ini, saya akan coba menikmati kenyamanan yang ada sebelum petualangan-petualangan yang mungkin akan membuat rambut kaki saya terpuaskan.

Begitu dulu sobat. Kalau kamu bagaimana? Apa definisi hidup idealmu?
Salam ngoceh,
Nike


NB: Saya baru saja membeli tanaman hias yang ukurannya cukup besar, sekitar 1 meter tingginya dengan daun yang rimbun, membuat saya bahagia bukan main :D. Begini ya, bahagianya orang dewasa. Seperti juga waktu membeli gorden baru yang bagus, setiap kali lihat ke gorden itu saya merasa premium :p. Memang cuma gorden dan tanaman baru bun, tapi alangkah senangnya :D. Apakah ini termasuk jebakan kenyamanan orang dewasa?