Selasa, 06 Oktober 2015

Portland, Oregon

Saya rindu Portland.

Kota yang terletak di bagian barat Amerika ini punya kesan istimewa bagi saya.
Portland, Oregon, merupakan daratan Amerika pertama yang saya pijak.

Tiba di Portland pada tanggal 28 Juni 2015 setelah 33 jam perjalanan dari Jakarta (belum dihitung dari NTT), saya merasa biasa saja. Belum menemukan keistimewaan kota yang tidak terlalu megah, juga tidak begitu sederhana. 

Portland sebenarnya bukanlah tujuan saya datang ke negara (yang serba) besar ini. Dia hanya semacam tempat 'singgah' bagi saya untuk mengikuti pelatihan bahasa Inggris (dimana penggunaan bahasa Inggris saya rupanya  sangat carut marut) selama kurang lebih 6 minggu sebelum menuju ke universitas tujuan saya di Kansas. Walaupun hanya sebagai persinggahan, saya tidak bisa untuk tidak jatuh cinta pada kota cantik ini.

Portland State University, International Rose Test Garden, Multnomah Falls, Mount Hood, Herbert Tretzen, Meli, Angel, Keep Portland Weird, Voodoo Doughnut, Dog Lovers, Portland Downtown, Broadway Building, Farmer's Market, Focus Picnic, Greg Steward, Sing a Long, Classes (ACAL, GWRS, GOC, GWS, American history movie class), Ondine, Powell Book Store, Salt and Staw Lavender Ice Cream, 23rd NW Avenue, Tara, Kyle, 27 Fulbrighters around the world, Mas Romi, Mbak Dwi, Mbak Puja, PDX airport, Max Tram, Street Food, Paper Source, Street music, 24 modern computer lab, Trip to Camas; WA, Trip to Seattle; WA, PSU bookstore, Trilium Lake, Volunteering, Square dancing, Gwen, Phoebe, Linnea, Julia, Molala Buckeroo, Vista House

Enam minggu yang padat kenangan. Hah, Portland, saya rindu!


Salah satu hal yang saya rindukan di Portland adalah musisi jalanan yang unik-unik.



Slogan Informal Portland: Keep Portland Weird; dan makanan ikonik Portland: Voodoo Doughnut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar