Rabu, 13 Juni 2018

Dua Ribu Tujuh Belas

Kembali lagi saya ingin menuliskan catatan perjalanan tahunan sambil mengingat-ingat tentang yang terjadi di tahun 2017 (sebelum masuk 2019 :p). Tentu saja tulisan ini tidak bisa menggambarkan detail kejadian. Dalam prinsip mindfulness, tidak ada kebenaran selain dari yang terjadi saat ini. Saat kita hendak menceritakan kembali kejadian yang sudah berlalu, cerita tersebut bukanlah kebenaran yang hakiki karena penceritaan itu sudah berbaur dengan persepsi, asumsi, dan analisis. Walau demikian, saya tetap ingin bercerita demi memelihara ingatan yang penuh dengan ilusi ini.

Memang sepertinya benar, kita memilih hal-hal yang ingin kita ingat: cenderung hal yang menyenangkan hati kita. Mungkin demikianlah mekanisme survival bekerja. Oleh karena itulah, saya pun hanya memilih beberapa hal yang menurut saya baik untuk diingat-ingat dan dibaca kembali.

Awal Sampai Pertengahan 2018
Dimulai dari awal tahun lalu. Tahun 2017 saya habiskan bersama teman-teman di Manhattan, Kansas. Waktu itu saya tidak memiliki impian muluk untuk menjalani tahun 2017 karena fokus utama saya saat itu hanyalah ingin lulus dan terbebas dari belenggu tugas-tugas :D. Sebenarnya di awal masa kuliah saya sudah mendesain agar semester akhir saya akan cenderung santai. Apa dikata: tugas akhir, internship, dan beberapa mata kuliah berdesakan ingin diselesaikan di semester akhir. Saya tidak bisa apa-apa selain menjalani semuanya. Walaupun tugas-tugas dengan buasnya melahap energi saya, saya berhasil menyelesaikan semua kewajiban tersebut dengan nilai yang sangat memuaskan. Pada bulan Mei 2017, saya memperoleh gelar Master of Public Health dari Kansas State University. Sangat bersyukur untuk itu.

Commencement day, Bramlage Coliseum K-State, May 12 2017


Ditengah timbunan tugas yang membuas, saya masih bisa menikmati US. Justru saat banyak tugas itulah motivasi untuk bersenang-senang semakin memuncak :D. Saya sempat ke beberapa states seperti Virginia, San Fransisco, Las Vegas, Arizona. Menikmati pusat-pusat pariwisata, alam yang sangat indah, national parks, dan tentu saja musim semi yang penuh bunga. Dan lagi-lagi saya berkelana sendiri sambil juga membuat "hubungan pertemanan kilat" ditengah jalan :D. Berikut saya bagikan beberapa foto kelana.

@Golden Gate Bridge, San Fransisco

Yosemite National Park, California

The Great Grand Canyon, Arizona

Grand Canyon

Horseshoe Bend, Arizona, May 2017


Lalu tibalah jua waktunya untuk saya pulang ke kampung halaman, Indonesia, terkhusus Timor. Sempat pula transit di Jakarta sebentar dan bertemu teman seperkumpulan di SMA, Julliet, Ryan, dan Tina. Julliet, Ryan, dan saya bahkan sempat bobok seranjang demi melepas kangen bertumpuk-tumpuk, dan saya meminjamkan mereka perlengkapan natural saya berupa bubuk hijau daun-daunan sebagai pengganti pasta gigi dan deodoran alami buatan sendiri :p :p :p. Kemudian kami berpisah dan saya kembali bersua dengan keluarga di Timor.


Ke Pernikahan Ice dan Rumah Bonita
Teman karib saya semasa SMA, Ice, menikah di Pati. Saya sudah bertekad untuk menghadiri pernikahannya. Saya senang sekali bisa ke Pati dan menemani sahabat saya Ice ala-ala bridesmaid dari persiapan sampai pernikahannya. Senang juga bisa melihat langsung bagaimana proses persiapan pernikahan ala pedesaan di Jawa.
Saya tentu menikmati limpahnya makanan dan kue-kue enak disana. Juga suasana kekeluargaan yang kental. Saya juga suka bagaimana mereka mengorganisir acara pernikahan. Saya sempat ikut rapat keluarga dan ternyata mereka membagi tugas kepanitiaan dengan sangat profesional :)
*btw kusempat menyanyi di pemberkatan pernihakan Iche :')



Semoga hidup bahagia yaaa Iceeee :*


Dari Pati saya lanjut ke Solo mengunjungi teman karib saya semasa kuliah, Bonita. Bonita rela cuti untuk "liburan" bersama saya. Bersama kami nikmati kemah dipinggir pantai, jajanan pasar Gede, es buah yang super banyak, angkringan kota Solo, candi Cetho yang berkabut, kebun teh kemuning, dan sedikit drama bersama adek-adek ganteng :p


Tim kemping di tepi pantai


Yu-Bo-Nik <3


Kami pura-pura model :D

Di depan Keraton Surakarta Hadiningrat

Es buah sebanyak itu harganya dbawah Rp.10.000!!!

Kebun Teh Kemuning :)

Ada yang lucu pokoknya :D

Bo dan Nike di Candi Cetho yang berkabut :) :)



Summer School "Nusantara School of Difference"
Saya ikut kegiatan unik yang diadakan oleh IRGSC (irgsc.org) dan CEDAR (cedarnetwork.org) yaitu summer school "Nusantara School of Difference. Banyak pembelajaran mengenai kepercayaan, sejarah, komunitas LGBT, dan hidup diantara keberagaman. Peserta yang datang dari US, Uganda, Jepang, dan Indonesia tentu membuat pembelajaran tentang keberagaman menjadi semakin kaya.


Pekerjaan
Sebelum kembali ke Indonesia, saya tidak punya persiapan apa-apa untuk melamar pekerjaan. Yang ada dalam pikiran saya hanya kembali ke kampung halaman, makan masakan kampung, dan terbebas dari tanggung jawab orang dewasa :p. Namun ternyata, nganggur berlebih sungguh tak nyaman. Ada dorongan dalam diri untuk segera bekerja dan menjadi berfaedah. Saya mulai melamar di sekian instansi dengan posisi yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi. Lalu melewati rangkaian wawancara dan tes. Barulah di akhir 2017 saya mendapat jawaban karir :)

Reverse Culture Shock?
Awalnya saya berpikir reverse culture shock hanyalah imajinasi belaka. Tapi ternyata ada hal-hal yang memang membuat shock saat kembali ke Indonesia. Pertama, saya jadi gampang flu. Di US saya hampir tidak pernah sakit. Setiba kembali ke kampung halaman, saya mengalami radang tenggorokan dan flu bertubi-tubi. Saya tidak tahu mengapa, apakah kualitas udara atau iklim atau kebersihan secara umum. Intinya sampai saat ini saya sedang berusaha menguatkan kembali sistem imun saya. Semoga tegar kak...

Saya juga agak shock dengan kekerabatan yang intim :p. Selama di US saya begitu menikmati kesendirian dan privasi. Hal yang langka di kehidupan berkomunitas Indonesia ini, teristimewa di kota kecil. Saya jadi gampang teriritasi, bahkan dengan teman-teman saya sendiri yang saya anggap terlalu agresif :D. Kembali lagi, saya beradaptasi untuk hal ini.

Hal yang paling menyebalkan adalah betapa tidak nyamannya berjalan kaki. Teristimewa sebagai perempuan. Kita dilirik dari ujung rambut sampai ujung kaki seperti hendak diterkam. Lalu dipanggil-panggil layaknya anak ayam yang tersesat. Tidak hanya itu, ditawari ojek dengan genit seperti hidup kita tidak lengkap tanpa mereka. Jijik sekali saya dengan perilaku laki-laki yang proses evolusinya sangat terbelakang itu. Saya sangat rindu jalan kaki di US. Saya bahkan berkali-kali jalan kaki lewat jam 12 malam dan pulang rumah dengan aman.

Kemudian tentu saja budaya antri. Sudahlah yang ini cukup disini, kita sudah tau sakitnya seperti apa :p.


Yoga
Saya tinggal di rumah kontrakan ka Yosua dan ka Sandra di Kupang mulai Juli sampai Desember, sambil sesekali pulang ke Soe. Karena punya banyak waktu kosong saat kembali ke kampung, saya banyak latihan yoga dengan video-video tutorial. Saya menikmati perjalanan Yoga saya. Bisa dibilang, Yoga membantu saya "kembali" ke diri saya.


Berpisah dengan beberapa relasi
Di tahun 2017 saya memutuskan beberapa relasi yang menurut saya sudah waktunya berhenti. Terkadang kita dihadapkan pada 2 hal ini: terus berkompromi dan hidup bersisian atau berjalan sendiri dan merayakan kecenderungan kita. Kebetulan saat itu saya pilih yang kedua. Satu mantra saya: "May all beings be happy and free".


Demikian tahun 2017 bagi saya. Sekali lagi, hanya ini yang terekam dalam memori saya saat ini.
Saya bersyukur untuk semua yang sudah terjadi.
Namaste :*






2 komentar:

  1. Waaa Kak Nikk, rambut pendeknya bagus! Cantikkk <3 🌻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi
      Makasih Ayuk, sekarang rambut su panjang :D

      Hapus