Minggu, 22 Desember 2024

Selamat 33, Bun!

(Ditulis di bulan Juni 2024)
Tiga puluh tiga, angka cantik ya Bun.
Memasuki usia ini hidup sedang menggelisah. Banyak pertanyaan yang (kembali) muncul dengan berbagai perubahan hidup yang sedang terjadi. Duh Bun, hidup penuh kegelisahan :D. Salah siapa? Memang otaknya suka bertanya-tanya berandai-andai bergeli-gelisah seperti ini. Saya sudah biasa sih, justru kalau terlalu flat semakin gelisah hidupku, tsk. Lucunya, menjelang usia 33 ini pertanyaan yang paling sering muncul adalah: "apa sudah waktunya jadi ibu rumah tangga atau terus berkarir?". Pertanyaan ini tidak pernah terbersit sebelumnya karena saya suka berkarir. Saya, meskipun terlihat syantai, juga suka mengalahkan target-target dan mengejar deadline yang dibuat sendiri untuk menantang (memusingkan) diri sendiri: karir/pekerjaan/gawean.

Tapi jiwa perempuan domestik feminin saya tiba-tiba bosan jadi bongkahan es bawah laut, dia maunya dipromosi ke surface level bahkan xx meters above sea level. Apaan sih Buun? Iya, intinya jiwa ibu-ibu berdaster bikin cake pisang mendidik anak dengan suara lemah lembut dan kalau playdate dengan anak pakai dress sendal selop cantik parfum mawar dan tas cantik itu mulai keluar mengalahkan si wanita karir terlihat kuat berkulit tebal kerja weekend dan tengah malam juga gapapa pakai pantovel dan parfum maskulin dan tote bag apapun yang penting semua masuk. Kok bisa gitu Bun, gemini ya? Kok tau? halah...astro-cocok-logi :D

Saya tentu menyambut karakter la madame très féminine la vie en rose ini dengan berlutut satu kaki tentu saja karena dia cukup demanding haha. Dia maunya pakai lavender essence sebagai toner: harus lavender asli. Maunya beli tas-tas cantik mengguncang tabungan. Dia maunya panjangin rambut karena rambut pixie nya terlalu low maintenance? ckck. 

Sebenarnya new character resurfacing ini bukan baru ya Bun, semenjak masuk usia dewasa, kisaran kuliah sampai sekarang, saya melihat banyak sekali fase-karakter hidup yang berganti-ganti. Dan kalau sudah berganti, saya seperti orang yang lahir baru Bun, seperti dibaptis kembali meninggalkan karakter lama yang sudah usang. 

Masa Kuliah 
Masa kuliah saya habiskan menjadi "pelayan gereja" dan organisasi rohani kampus. Ini masa-masa pendalaman religiusitas saya yang terlalu.....berlebihan hehe. Kalau dipikir-pikir waktu itu saya benar-benar habiskan waktu saya dengan organisasi rohani dan pulang pergi kost-gereja berkali-kali dalam seminggu, hampir-hampir saya bisa berbahasa roh :D canda sih, keberatan dosa. Di sisi lain, lumayan berganti-ganti pacar lah aku saat kuliah: masa eksperimentasi hubungan romantis hehe. Kata itu memang sudah cukup tepat karena saya anaknya cukup senang bereksperimen ckck. Saya belajar berorganisasi, menjadi panitia-panitia, berbaur dengan orang dewasa dan yang lebih muda, aktif di vocal group dan tim persiapan ibadah, masa kuliah S1 saya cukup berwarna. 

Lulus S1
Saya lalu pulang kampung dan belajar bermanfaat dengan bekerja sebagai sukarelawan dan staf pemula selama 2 tahun setengah, sambil mencari dan menunggu beasiswa S2. Dari mahasiswa kemayu setiap hari pakai rok dan blouse cantik di Malang serta pelayan gereja ber-high-heels, saya lantas belajar meneliti sambil jadi "semi aktivis?" hahaa. Kulit saya yang putih mulus kena air Jawa pun ganti warna beberapa shade lebih gelap karena kemana-mana naik motor, sering tanpa pelindung yang tepat. Saya tidak punya sepatu cantik karena ke kantor hanya pakai sendal tali. Saya bahkan kalau beli sendal memilih sendal laki-laki (om-om) dengan ukuran kecil. Pakaian saya dominan berwarna hitam dan gelap. Kalau dipikir-pikir: aneh banget kostum yang kamu pakai Bunnn, kok bisa sih bertahan hidup begitu :D. Tapi dari semua yang saya pakai saya paling suka sneaker merah menyala yang bertahan kemana-mana saya bawa. Di masa-masa itu saya mengeksplorasi beberapa jenis pekerjaan, seperti staf peneliti, konsultan program, dosen tidak tetap, dan outsource segala rupa alias serabutan hehe.

Lanjut S2 di U.S pertengahan 2015
Setelah perjuangan mencari beasiswa, aplikasi saya nyantol untuk lanjut sekolah di Manhattan, KS, USA. Saat itu usia saya 24 tahun dan di usia ini dimulailah eksplorasi spiritual habis-habisan. Setiap hari saya bertanya, meragu, mengetes pikiran sendiri, bahkan mengubah makanan saya. Saya menjadi seorang truth seeker vegan hipster aspiring yogi tree hugger yang kemana-mana pakai legging. Setiap hari saya bertanya: apakah kebenaran itu? dan saya sangat bersyukur fase ini terjadi saat saya jauh dari keluarga dan relasi saya, membuat saya bisa leluasa mencari jalan pencarian spiritual saya. Selain perjalanan spiritual, semua uang tabungan dan waktu kosong saya habiskan dengan keliling US sendirian, nonton konser sendirian, dan foto-foto bunga dan alam. Di akhir kuliah saya di tahun 2017 saya berhasil menjalani metamorfosis sempurna menjadi manusia yang tidak makan daging dan produk-produknya sama sekali, menggunakan produk-produk alami bahkan sikat gigi dari bubuk tumbukan dedaunan. Lebih dari itu, saya punya pemahaman religi dan spiritual yang sangat bertolak belakang dari seorang anggota vocal group gereja.

Lulus S2 2018-awal 2020
Setelah lulus saya berupaya mencari pekerjaan dan belajar menjadi pekerja yang lebih teratur. Sebelumnya pekerjaan saya berganti-ganti dan berjangka pendek. Pekerjaan kali ini selain punya kontrak yang lebih panjang, cukup demanding dengan perjalanan ke luar kota yang menguras tenaga. Saya belajar banyak program-program gizi grassroot disini. Namun sebanyak apapun saya belajar, ada lubang besar dalam hati saya yang mendorong saya untuk pergi. Sampai suatu saat saya memang harus pamit, meskipun dengan berderai air mata, hehe.

Suvival mode: pertengahan-akhir 2020
Periode penuh tekanan, ujian, dan kegelapan dalam hidup saya. Bisa dibilang ini periode paling "humbling" dalam hidup saya. Jika dilihat dalam perspektif "grand design", justru dalam periode paling bertantangan inilah jalur hidup dan saluran berkat saya sedang dipersiapkan, sedang dilebarkan dan dilapangkan. Meskipun saat itu saya bagaikan berjalan di kegelapan sambil sesekali meringis karena pedihnya hidup. Sakit melahirkan bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan semua kekelaman bathin saat itu.

2021-2023
Belajar bekerja di lembaga PBB di Makassar, sambil menjadi mama baru, sambil belajar berperan sebagai istri. Saya termasuk orang yang tidak terlalu suka bicara, tapi setelah menjadi istri, saya rajin berpidato dan berorasi. Sepertinya itu hadiah cuma-cuma saat menjadi seorang istri: piawai berkata-kata. hahaha. Saya juga belajar menjadi pekerja yang baik. Saya bersyukur bisa belajar di organisasi ini. Saya merawat skill bekerja saya, membangun jejaring, percaya pada hal-hal baik yang bisa dilakukan dan bisa berdampak bagi banyak orang. Semakin dewasa, karakter saya semakin dibentuk, sifat keragu-raguan saya semakin ditinggalkan. Saya mulai melihat dunia dari kacamata yang lebih positif, thanks to being a mom. Saya juga makin kesini makin berusaha mengurangi naskah pidato dan orasi :D, mencoba menjadi pendamping suami yang lebih baik (dan lebih lembut, semoga).
 
Setelah 3-4 tahun menjadi mama
Setelah kurang lebih 4 tahun menjadi mama barulah saya merasakan the next-level bonding dan parenting dengan anak saya Oliver. Selama ini tugas parenting diemban berdua, bahkan mungkin lebih besar porsi papanya dibanding saya. Tapi sekarang saya mengawasi anak saya dengan mata elang, burung hantu, singa, bunglon, dan teman-temannya hampir 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan silahkan lanjutkan sendiri. Dan meskipun ini hal paling menyiksa (re: kurang tidur, butuh kesabaran seluas samudera, khawatir anak sakit, kebutuhan sekolah, etc), ini jugalah peran paling mulia dan paling selfless. Saat menjadi ibu, keselamatan dan kesenangan pribadi ditikung oleh kesejahteraan anak. Yang saya pelajari adalah menjadi ibu itu nomor satu sebelum menjadi pekerja, menjadi istri, dan menjadi diri sendiri :D. Saya suka menjadi mama, mamanya Oliver, saya juga (lumayan) suka menjadi Nike Frans, suka menjadi staf kantoran, tapi menjadi mama akan saya utamakan sebelum menjadi Nike atau peran apapun itu. 

Saat ini
Tahun 2024 ini menginjak usia 33 tahun, saya cukup menikmati menjadi wanita dewasa dengan pikiran yang lebih matang, punya kekuatan mental yang lebih mantap, punya femininitas yang tangguh, punya cukup adult money untuk beli adult candy (re: tas bagus dan parfum oke), punya keluarga kecil yang masih muda dan terus belajar di tengah berbagai kondisi, punya karir yang di dalamnya saya masih terus bertumbuh, belajar setiap hari menjadi mama yang baik dan tepat untuk semua kebutuhan Oliver, dan anehnya belajar spiritualitas selangkah lagi, belajar memahami panggilan jiwa, dengan sedikit inklinasi pada letak planet dan rasi bintang 😄.

Pertanyaannya: apakah terus jadi mama berkarir atau IRT? Saat saya menuntaskan tulisan ini di Desember 2024, saya masih memilih terus berkarir. Di malam hari, Sabtu, Minggu, dan hari libur, saya berusaha memenuhi kebutuhan pengasuhan Oliver. Di hari-hari kerja saya berusaha jadi staf yang baik dan tidak overwork. Semoga kuat, semoga bisa seimbangkan semua kebutuhan: keluarga, karir, termasuk kebutuhan pribadi 🙏

Untuk semua perempuan unik eksentrik yang harus hidup dan mati sebelum versi terbaru ini muncul, terima kasih untuk kalian (kita) semua ya, perjalanan hidup ini cukup berwarna sampai saat ini. Terima kasih hidup, untuk 33 tahun penuh berkat dan miracles ❤️


Tidak ada komentar:

Posting Komentar