Rabu, 01 Januari 2025

Dua Ribu Dua Puluh Empat

Selamat tahun baru 2025 semua, apa kabar?
Bagaimana tahun 2024nya? Selamat untuk kita semua yang sudah lewati 2024 dengan…selamat? Hehe
Semoga kita bisa mengambil waktu sejenak untuk mensyukuri semua perjalanan hidup setahun lalu dan siap menjalani 2025 ini.

Di 2024 awal saya lewati dengan banyak pertanyaan dan kebimbangan, mengingat Gide diberitakan lolos CPNS sebagai pengajar di Universitas Nusa Cendana, Kupang. Saya bimbang lebih karena kuatir apakah bisa tetap bekerja di Makassar sambil mengasuh Oliver sendiri (dibantu asisten). Saya kuatir saya tidak mampu memenuhi kebutuhan mengasuh dan menyayangi Oliver, saya kuatir tidak maksimal bekerja karena prioritas keluarga saya utamakan, saya kuatir tidak punya cukup waktu tidur, dan berbagai kekuatiran lainnya. Saya bahkan sudah menghitung kekuatan finansial saat itu untuk jika sewaktu-waktu harus resign, saya bisa berhenti bekerja dengan cukup bekal hidup. Saya bahkan sudah sounding kemungkinan resign ke atasan-atasan saya. Di benak saya setiap hari terlintas skenario-skenario. Salah satu contoh skenario paling sering diputar di kepala: Sekeluarga pindah ke Kupang, Nike resign dan jadi ibu rumah tangga di Kupang, hidup sederhana, Oliver bersekolah di sekolah x, sambil kalau ada waktu berjualan apa saja. Ada juga skenario kami sekeluarga pindah di Kupang, sambil saya bekerja di lembaga dengan jenis pekerjaan fleksibel dan bisa bekerja dari rumah. Apapun itu, saya berkali-kali membatin: kita harus siap ya bun, apapun yang terjadi harus siap.

Bersyukur sekali saya hingga saat ini masih terdaftar sebagai staf, masih bekerja di Makassar, sambil menjaga Oliver (dengan bantuan asisten rumah tangga), sambil sesekali bertemu keluarga. Memang ada penyesuaian-penyesuaian, tapi sejauh ini masih mampu. Harus diakui kalau dilihat sepintas sepertinya kurang ideal pengaturan keluarga saat ini yang hidup berjauh-jauhan. Tapi hidup selalu membawa kebaikan-kebaikan di setiap opsi yang kita pilih (atau memang harus dijalani). Ada keuntungannya juga hidup berpisah sementara waktu ini.

Sejak tahun 2023 hingga pertengahan 2024 ini, saya menemui banyak sekali pintu yang tertutup untuk saya. Ada banyak aplikasi dan lamaran (courses, fellowship, dll dsb) yang saya kirimkan hanya untuk kemudian mendengar penolakan halus, atau pengabaian yang kejam πŸ˜…. Untuk menghibur hati saya, saya mencoba bijak melihat semua ini, bahwa pintu yang tertutup sebenarnya adalah petunjuk bahwa itu bukan jalan untuk saya, dan hanya akan menjauhkan dari tujuan hidup saya. Di sisi lain, saya juga melihat semua pintu yang coba saya ketuk itu dilakukan dengan ambisi yang keliru, banyak yang saya lakukan untuk “kabur” dari kondisi saat itu. Kalau mau dihitung-hitung, sepertinya jumlah penolakan dan pengabaian hampir sejumlah jari tangan saya, membuat saya menjadi pribadi yang semakin—kalau bukan bijak berarti tebal kulit πŸ˜„.

Lalu di akhir Oktober saya menerima berita bahagia untuk berpartisipasi di ajang cukup penting dalam pekerjaan saya: tanpa saya harus mengetuk-ngetuk pintu ataupun jendela. Yaa memang kalau sesuatu memang sudah ditakdirkan untuk kita, tidak akan tertukar dan terlambat datangnya. Sebaliknya, se-kepingin dan se-ngebet apapun kita terhadap sesuatu, kalau memang bukan untuk kita maka ya dia hanya lewat begitu saja.

Tahun 2024 ini saya lebih banyak berdoa, bermanifestasi, berserah, dan mencoba berpikiran positif. Kalau tidak demikian mungkin saya sudah kering dan getir. Saya menggali kembali sisi-sisi haus spiritual saya untuk memahami tujuan hidup, energi, kekuatan pikiran, dan semacamnya. Semua ini membuat saya menjadi lebih kuat menjalani hari-hari penuh kebimbangan dan kekuatiran.

Saya pun lebih menghargai waktu yang saya harus pintar-pintar atur untuk Oliver, untuk keluarga, untuk diri sendiri, untuk liburan dan pause sejenak, dan untuk bersosialisasi. Saya melihat kemampuan mengatur waktu saya lebih baik, syukurlah, karena bagi saya waktu terus berjalan cepat. Hari-hari berlalu dengan tidak sungkan-sungkannya. Pergi secepat itu lalu saya kaget karena belum selesai bekerja, belum siapkan makanan, belum olahraga, belum belum belum, lalu jatuh dalam perangkap: besok saja πŸ˜…. Semoga mau terus berlatih mengatur waktu lebih baik ya bun.

Akhirnya tahun ini bisa travel ke luar negeri, Singapore dan Thailand, syukurlah banyak pengalaman dan pembelajaran. Sempat liburan awal tahun dan akhir tahun di Bali dan tengah tahun di Jakarta dan Singapore. Dengan semakin berjauhan fisik ini semakin merasa pentingnya liburan/quality time keluarga. Demikian juga dengan keluarga besar, semakin kesini semakin melihat betapa berharganya punya keluarga besar yang selalu mendoakan hal-hal baik dalam hidup kami. Untuk bagian ini saya bersyukur sekali.

Tahun 2024 ini juga membawa perubahan personality dan preferensi saya. Di postingan sebelumnya saya menulis tentang perubahan menjadi la madame tres feminine la vie en rose πŸ˜„. Saya senang memeluk kembali sisi feminin penuh potensi ini, sambil mendandani diri dengan hal-hal yang cantik (dan mengguncang dompet πŸ˜…). Saya suka image ini. Sepertinya bukan sepenuhnya baru karena seingat saya sejak kecil saya suka bersolek dan saat kuliah S1 juga saya suka beli baju-baju dan tas-tas cantik. Hanya saja setelah kuliah S1, terlebih S2, saya berubah bagaikan metamorfosis terbalik dari kupu-kupu kenjadi ulat πŸ˜„. Tapi begitulah fase-fase hidup, menurut saya itu juga bukan regresi, hanya ganti case dan sedikit software saja. Semoga fase cantik mahal ini bisa bertahan lama karena saya bermimpi jadi ibu-ibu (dan kemudian nenek-nenek) dengan mobil keren, fashion terbaik, dan embel-embel duniawi lainnya yang indah-indah πŸ˜…. Dengan kaca mata sekarang saya sama sekali tidak melihat aspirasi ini sebagai cetek atau petty. Saya melihat ini sebagai penghargaan terhadap hidup, terhadap casing jiwa yang sementara ini. Semoga diberkati dengan berlimpah, amiiin.

Tahun 2024 ini keadaan memaksa saya untuk menyetir mobil sendiri. Memang kadang harus terpaksa baru go πŸ˜„. Saya sudah mengikuti bahkan 2 jenis kursus menyetir, bahkan sudah memiliki SIM A. Tapi selalu enggan menyetir mobil sendiri karena ada Gide. Semenjak Gide ke Kupang, mau tak mau saya harus berani turun ke jalan, berani parkir tidak sempurna, dan berani menjadi amatir plus diklakson kiri kanan. Setelah beberapa bulan menyetir saya cukup percaya diri, gantian saya yang klakson kendaraan di sekitar kalau asal-asalan menyetir tsk.

Demikian sedikit cerita tahun 2024. Saya bersyukur bisa menulis ini di kampung halaman yang dingin dan berhujan, sambil angkat kaki di sofa dikelilingi keluarga yang hangat.
Selamat menjalani 2025 ini, semoga penuh berkat, miracles, kesempatan, petualangan, dan pemenuhan jiwa ❤️.







Minggu, 22 Desember 2024

Selamat 33, Bun!

(Ditulis di bulan Juni 2024)
Tiga puluh tiga, angka cantik ya Bun.
Memasuki usia ini hidup sedang menggelisah. Banyak pertanyaan yang (kembali) muncul dengan berbagai perubahan hidup yang sedang terjadi. Duh Bun, hidup penuh kegelisahan :D. Salah siapa? Memang otaknya suka bertanya-tanya berandai-andai bergeli-gelisah seperti ini. Saya sudah biasa sih, justru kalau terlalu flat semakin gelisah hidupku, tsk. Lucunya, menjelang usia 33 ini pertanyaan yang paling sering muncul adalah: "apa sudah waktunya jadi ibu rumah tangga atau terus berkarir?". Pertanyaan ini tidak pernah terbersit sebelumnya karena saya suka berkarir. Saya, meskipun terlihat syantai, juga suka mengalahkan target-target dan mengejar deadline yang dibuat sendiri untuk menantang (memusingkan) diri sendiri: karir/pekerjaan/gawean.

Tapi jiwa perempuan domestik feminin saya tiba-tiba bosan jadi bongkahan es bawah laut, dia maunya dipromosi ke surface level bahkan xx meters above sea level. Apaan sih Buun? Iya, intinya jiwa ibu-ibu berdaster bikin cake pisang mendidik anak dengan suara lemah lembut dan kalau playdate dengan anak pakai dress sendal selop cantik parfum mawar dan tas cantik itu mulai keluar mengalahkan si wanita karir terlihat kuat berkulit tebal kerja weekend dan tengah malam juga gapapa pakai pantovel dan parfum maskulin dan tote bag apapun yang penting semua masuk. Kok bisa gitu Bun, gemini ya? Kok tau? halah...astro-cocok-logi :D

Saya tentu menyambut karakter la madame trΓ¨s fΓ©minine la vie en rose ini dengan berlutut satu kaki tentu saja karena dia cukup demanding haha. Dia maunya pakai lavender essence sebagai toner: harus lavender asli. Maunya beli tas-tas cantik mengguncang tabungan. Dia maunya panjangin rambut karena rambut pixie nya terlalu low maintenance? ckck. 

Sebenarnya new character resurfacing ini bukan baru ya Bun, semenjak masuk usia dewasa, kisaran kuliah sampai sekarang, saya melihat banyak sekali fase-karakter hidup yang berganti-ganti. Dan kalau sudah berganti, saya seperti orang yang lahir baru Bun, seperti dibaptis kembali meninggalkan karakter lama yang sudah usang. 

Masa Kuliah 
Masa kuliah saya habiskan menjadi "pelayan gereja" dan organisasi rohani kampus. Ini masa-masa pendalaman religiusitas saya yang terlalu.....berlebihan hehe. Kalau dipikir-pikir waktu itu saya benar-benar habiskan waktu saya dengan organisasi rohani dan pulang pergi kost-gereja berkali-kali dalam seminggu, hampir-hampir saya bisa berbahasa roh :D canda sih, keberatan dosa. Di sisi lain, lumayan berganti-ganti pacar lah aku saat kuliah: masa eksperimentasi hubungan romantis hehe. Kata itu memang sudah cukup tepat karena saya anaknya cukup senang bereksperimen ckck. Saya belajar berorganisasi, menjadi panitia-panitia, berbaur dengan orang dewasa dan yang lebih muda, aktif di vocal group dan tim persiapan ibadah, masa kuliah S1 saya cukup berwarna. 

Lulus S1
Saya lalu pulang kampung dan belajar bermanfaat dengan bekerja sebagai sukarelawan dan staf pemula selama 2 tahun setengah, sambil mencari dan menunggu beasiswa S2. Dari mahasiswa kemayu setiap hari pakai rok dan blouse cantik di Malang serta pelayan gereja ber-high-heels, saya lantas belajar meneliti sambil jadi "semi aktivis?" hahaa. Kulit saya yang putih mulus kena air Jawa pun ganti warna beberapa shade lebih gelap karena kemana-mana naik motor, sering tanpa pelindung yang tepat. Saya tidak punya sepatu cantik karena ke kantor hanya pakai sendal tali. Saya bahkan kalau beli sendal memilih sendal laki-laki (om-om) dengan ukuran kecil. Pakaian saya dominan berwarna hitam dan gelap. Kalau dipikir-pikir: aneh banget kostum yang kamu pakai Bunnn, kok bisa sih bertahan hidup begitu :D. Tapi dari semua yang saya pakai saya paling suka sneaker merah menyala yang bertahan kemana-mana saya bawa. Di masa-masa itu saya mengeksplorasi beberapa jenis pekerjaan, seperti staf peneliti, konsultan program, dosen tidak tetap, dan outsource segala rupa alias serabutan hehe.

Lanjut S2 di U.S pertengahan 2015
Setelah perjuangan mencari beasiswa, aplikasi saya nyantol untuk lanjut sekolah di Manhattan, KS, USA. Saat itu usia saya 24 tahun dan di usia ini dimulailah eksplorasi spiritual habis-habisan. Setiap hari saya bertanya, meragu, mengetes pikiran sendiri, bahkan mengubah makanan saya. Saya menjadi seorang truth seeker vegan hipster aspiring yogi tree hugger yang kemana-mana pakai legging. Setiap hari saya bertanya: apakah kebenaran itu? dan saya sangat bersyukur fase ini terjadi saat saya jauh dari keluarga dan relasi saya, membuat saya bisa leluasa mencari jalan pencarian spiritual saya. Selain perjalanan spiritual, semua uang tabungan dan waktu kosong saya habiskan dengan keliling US sendirian, nonton konser sendirian, dan foto-foto bunga dan alam. Di akhir kuliah saya di tahun 2017 saya berhasil menjalani metamorfosis sempurna menjadi manusia yang tidak makan daging dan produk-produknya sama sekali, menggunakan produk-produk alami bahkan sikat gigi dari bubuk tumbukan dedaunan. Lebih dari itu, saya punya pemahaman religi dan spiritual yang sangat bertolak belakang dari seorang anggota vocal group gereja.

Lulus S2 2018-awal 2020
Setelah lulus saya berupaya mencari pekerjaan dan belajar menjadi pekerja yang lebih teratur. Sebelumnya pekerjaan saya berganti-ganti dan berjangka pendek. Pekerjaan kali ini selain punya kontrak yang lebih panjang, cukup demanding dengan perjalanan ke luar kota yang menguras tenaga. Saya belajar banyak program-program gizi grassroot disini. Namun sebanyak apapun saya belajar, ada lubang besar dalam hati saya yang mendorong saya untuk pergi. Sampai suatu saat saya memang harus pamit, meskipun dengan berderai air mata, hehe.

Suvival mode: pertengahan-akhir 2020
Periode penuh tekanan, ujian, dan kegelapan dalam hidup saya. Bisa dibilang ini periode paling "humbling" dalam hidup saya. Jika dilihat dalam perspektif "grand design", justru dalam periode paling bertantangan inilah jalur hidup dan saluran berkat saya sedang dipersiapkan, sedang dilebarkan dan dilapangkan. Meskipun saat itu saya bagaikan berjalan di kegelapan sambil sesekali meringis karena pedihnya hidup. Sakit melahirkan bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan semua kekelaman bathin saat itu.

2021-2023
Belajar bekerja di lembaga PBB di Makassar, sambil menjadi mama baru, sambil belajar berperan sebagai istri. Saya termasuk orang yang tidak terlalu suka bicara, tapi setelah menjadi istri, saya rajin berpidato dan berorasi. Sepertinya itu hadiah cuma-cuma saat menjadi seorang istri: piawai berkata-kata. hahaha. Saya juga belajar menjadi pekerja yang baik. Saya bersyukur bisa belajar di organisasi ini. Saya merawat skill bekerja saya, membangun jejaring, percaya pada hal-hal baik yang bisa dilakukan dan bisa berdampak bagi banyak orang. Semakin dewasa, karakter saya semakin dibentuk, sifat keragu-raguan saya semakin ditinggalkan. Saya mulai melihat dunia dari kacamata yang lebih positif, thanks to being a mom. Saya juga makin kesini makin berusaha mengurangi naskah pidato dan orasi :D, mencoba menjadi pendamping suami yang lebih baik (dan lebih lembut, semoga).
 
Setelah 3-4 tahun menjadi mama
Setelah kurang lebih 4 tahun menjadi mama barulah saya merasakan the next-level bonding dan parenting dengan anak saya Oliver. Selama ini tugas parenting diemban berdua, bahkan mungkin lebih besar porsi papanya dibanding saya. Tapi sekarang saya mengawasi anak saya dengan mata elang, burung hantu, singa, bunglon, dan teman-temannya hampir 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan silahkan lanjutkan sendiri. Dan meskipun ini hal paling menyiksa (re: kurang tidur, butuh kesabaran seluas samudera, khawatir anak sakit, kebutuhan sekolah, etc), ini jugalah peran paling mulia dan paling selfless. Saat menjadi ibu, keselamatan dan kesenangan pribadi ditikung oleh kesejahteraan anak. Yang saya pelajari adalah menjadi ibu itu nomor satu sebelum menjadi pekerja, menjadi istri, dan menjadi diri sendiri :D. Saya suka menjadi mama, mamanya Oliver, saya juga (lumayan) suka menjadi Nike Frans, suka menjadi staf kantoran, tapi menjadi mama akan saya utamakan sebelum menjadi Nike atau peran apapun itu. 

Saat ini
Tahun 2024 ini menginjak usia 33 tahun, saya cukup menikmati menjadi wanita dewasa dengan pikiran yang lebih matang, punya kekuatan mental yang lebih mantap, punya femininitas yang tangguh, punya cukup adult money untuk beli adult candy (re: tas bagus dan parfum oke), punya keluarga kecil yang masih muda dan terus belajar di tengah berbagai kondisi, punya karir yang di dalamnya saya masih terus bertumbuh, belajar setiap hari menjadi mama yang baik dan tepat untuk semua kebutuhan Oliver, dan anehnya belajar spiritualitas selangkah lagi, belajar memahami panggilan jiwa, dengan sedikit inklinasi pada letak planet dan rasi bintang πŸ˜„.

Pertanyaannya: apakah terus jadi mama berkarir atau IRT? Saat saya menuntaskan tulisan ini di Desember 2024, saya masih memilih terus berkarir. Di malam hari, Sabtu, Minggu, dan hari libur, saya berusaha memenuhi kebutuhan pengasuhan Oliver. Di hari-hari kerja saya berusaha jadi staf yang baik dan tidak overwork. Semoga kuat, semoga bisa seimbangkan semua kebutuhan: keluarga, karir, termasuk kebutuhan pribadi πŸ™

Untuk semua perempuan unik eksentrik yang harus hidup dan mati sebelum versi terbaru ini muncul, terima kasih untuk kalian (kita) semua ya, perjalanan hidup ini cukup berwarna sampai saat ini. Terima kasih hidup, untuk 33 tahun penuh berkat dan miracles ❤️


Senin, 11 Maret 2024

Facing the Dreams

I dream all the time, all night sleep, all nap, all the half-asleep I always, always dream. It is weird because it feels as if I have 2 lives (not as lucky as a cat though :D): one physical and the other one whimsical. I used to think this is common, but I guess not as much. Not so many people have such thin barrier between the two worlds that once they are unconscious (or even only halfway unconscious), their feet are already stepping into the dreamland. Maybe this is why I always feel older? I am better self-identified being 64 years old rather than 32. When someone's telling me a crazy story, I would not feel as perplexed as I should be. Guess what? I probably had seen those (and even crazier scenes) in my dreams. I meet so many people in my dream. Some are familiar faces in my physical world, some of them have passed away. But many times I don't have any clue who those people are. Are they from other dimension? Are they real people walking on their dream and don't have any idea who I am? Not a clue. But as peculiar as the dream world might be, I am fully entertained, I am eternally grateful for them. I don't need no cinema, I need sleep so I could dream: the reason to sleep more ;).

But just like the cinema, sometimes it's boring, sometimes it's lovely, other times it's dark. I want to share about the darker side of dreams. I often find not very pretty creatures in my dream. Just like my dream 2 nights ago (or last night? I could not remember. Sometimes time becomes so malleable in the dream world), I saw lovely sea creatures and I was busy capturing them with my waterproof camera (which only exist in the dream btw), before I met the giant water centipede. I was not particularly afraid in my dream, I was only feeling a bit upset: why did it appear after all the beautiful sea creatures? 

I used to ignore my dreams all the time. I felt that when I woke up in the morning, I only had enough time to catch my work targets and daily routines so I forgot almost all my dreams as soon as I awaken. But now I am trying to pay more attention to those dreams as I believe that they are telling me something. The thing is, dream messages are not so obvious, not quite frank. I remember I dreamt so vividly about me getting burned by a big fire before I woke up to a conflict. I did not dream about a single problem, I only saw fire in my dream. My dream was trying to send me signal but I was yet to understand when the conflict had already been happening.

Back to the centipede dream of mine. I think this could also be a signal. Might be a shadow that I have to face. I heard that our shadow shows themselves through the dream. Funny enough, after feeling a good energy flowed inside myself this afternoon, I walked into my bathroom only to find a big centipede (well this one was not as gigantic as the one in my dream), so without hesitation, I bow to its soul before crushing it with my bathroom sandals (the more reason to have bathroom sandals ready all the time). Is it the end of my centipede dream? I don't know. Is it only the beginning of my journey for facing my own centipede shadow? Not very sure. I don't even want to turn the dreams into the logical equation. I'm just in the beginning of learning, remembering, and facing my dreams. With the hope that they could bring me closer to my truest self, my awaken senses, and my greatest shadow which needs to be embraced.

Pic source: Stardust Print Shop @Etsy






Minggu, 03 Maret 2024

duplex sentimentalia

having no idea
where should the finger pointing
is it the size of the house
or the soiled gold 
playing with the sanity

spend time wondering
what is the culprit
could be certain types of food
or the gloomy prejudice
trigger the allergic reaction

oftentimes asking
what is to be nurtured
the toughness of biased skull
or the pineal awareness
to survive the modernity

spacing out thinking
what is the root of strength
is it the predictable enemy
or being vulnerable
to keep on going

need the answer
who decides the path
is it the cosmic alignment
or the light in each soul
to walk everyone home










Jumat, 05 Januari 2024

Dua Ribu Dua Puluh Tiga

Baru saja saya melihat-lihat kembali agenda 2023 dan resolusi awal tahun yang lalu. Senang juga melihat cukup banyak yang terpenuhi. Entah karena saya kurang ambisius, atau karena memang saya cukup berprogress di 2023 hehe. Saya lebih suka melihatnya dari sudut pandang yang terakhir. 

Halo kembali refleksi tahunan! Dua Ribu Dua Puluh Tiga bukan main melesatnya bagai Kana dan Kenji, kereta cepat di Thomas and Friends (cieh, menghafal tokoh animasi supaya relate dengan para toddlers :D). Kalau tahun-tahun sebelumnya "terasa" cepat, tahun 2023 terasa EKSTRA cepat Bun! Bahkan saya yang rajin mengisi agenda tahunan ini, keteteran tidak mengisi bulan Oktober-Desember saking cepatnya waktu berlalu. Apakah yang lain juga merasa demikian atau karena saya saja yang makin menua dan mulai gelagapan menarik waktu? 

Awal 2023 kami sekeluarga pindah rumah ke sebuah perumahan "INTI" di Makassar :D. Memberi kapital pada inti bukan karena jumawa (mungkin sedikit), tapi lebih kepada lega dan senang bisa tinggal di salah satu perumahan paling strategis di Kota Makassar. Sempat alami amukan banjir di perumahan sebelumnya, tahun ini kami membayar lebih untuk bisa tinggal di perumahan bebas banjir, lebih rendah kemacetan, dan lebih dekat kemana-mana. Bagian efisiensi waktu karena dekat ke berbagai tempat ini menurut saya hal yang paling saya syukuri, terlebih sebagai warga kota yang cukup maju. Misalnya dalam sehari kami menghemat waktu 15 menit karena jarak ke kantor, ke mall, ke bandara, ke pantai, dll lebih dekat, jika dikalikan 200 hari saja (hitungan pesimis karena dalam sehari bisa bolak balik ke beberapa tempat, dan dalam setahun lebih dari 200 hari berkendara ke berbagai tempat), maka dalam setahun minimal ada 3000 menit yang "dihemat" karena rumah lebih strategis, atau sekitar 50 jam! Maka membayar lebih untuk bisa mendapatkan "minimal" ekstra 50 jam hidup terasa cukup masuk akal. Ini berlaku untuk keluarga aktif rutin berkendara di pusat kota yang cukup macet dan rutin berkantor/bersekolah seperti kami.

Salah satu keuntungan pindah ke kontrakan baru ini juga karena lokasinya yang memungkinkan untuk jalan atau jogging. Setelah pindah kesini, dan karena motivasi dari Mba Eliza, rekan kantor yang rutin jalan/jogging, saya pun jadi suka jalan sekitaran kompleks. Badan rasanya lebih bugar. Di sekitaran rumah juga banyak orang berolahraga dengan outfit olahraga yang tidak setengah-setengah, membuat kami semakin bersemangat olah raga. Kadang olah raga di Indonesia itu seperti privilege saja: tinggal dimana, lingkungan seperti apa, dan fasilitas apa yang dimiliki yang memberi dorongan orang berolahraga, saking minimnya fasilitas umum atau bahkan sekedar trotoar, atau trotoar yang proper digunakan untuk berjalan kaki. Kembali ke kontrakan, yah, walaupun cukup besar biaya yang dikeluarkan untuk pindahan, membeli perabotan (karena rumah lama sudah fully furnished), dan untuk permak rumah kontrakan baru ini, karena toiletnya lebih mirip gua mistis dibandingkan toilet makhluk beradab. Bukan hanya itu, tenaga yang dikeluarkan juga lumayan banget Bun. Saya bahkan harus order cairan bukan sembarang cairan (apa sih :D intinya cairan keras, bukan vix*l, prost*k, dll) pengangkat kerak 1000 tahun di bak kamar mandi dan sekitarnya, dan harus saya kosek ratusan kali supaya kilap lagi. Sungguh pengorbanan yang hanya saya dan penghuni toilet tak terlihat yang tau, semoga mereka bahagia dengan kilap yang kusingkap. Apaan Bun.

Ini refleksi pindah rumah saja panjang ya Bun, tapi ya begitu, soal memilih rumah dan mendapatkan rumah itu menurut saya jodoh-jodohan dan kalau sudah jodoh harus dibuat senyaman mungkin. Saya lumayan pengalaman dengan berbagai pindahan, mulai dari Soe-Malang beberapa kali-Kupang 2 rumah-Pernah sebentar di Maumere-Portland US-Kansas US 2 kali-Kupang-Ende 2 tempat-Kupang lagi 2 rumah-Jogja-Makassar 2 rumah, membuat saya lumayan lah ada pengalaman berjodoh-jodohan dengan rumah. Habis ini kemana Bun? Ya, masih misteri ya hehe, liat saja nanti. Lalu tarik napas memikirkan mau diapakan barang sebanyak ini karena sekarang pindahan bukan versi angkut koper lagi tapi seisi rumah dan sudut-sudutnya penuh barang milik 3 orang yang sudah nyaman 3 tahun di Makassar :D.

Wow! 3 tahun di Makassar Bun? Bukan main lumayan lama yaa, sudah 10% kehidupan dihabiskan di Makassar. Nyaman memang disini, tapi seperti tulisan-tulisan sebelumnya, sudah mulai dapat bisikan-bisikan batin "habis ini apa? kemana? ngapain?". Belum ada jawabannya Bun, jadi sabar dulu sambil mempersiapkan diri.

Dari sisi keluarga, kami makin "berusaha" kompak, karena kekompakan harus diusahakan wkwk. Usia berkeluarga dan menjadi orang tua yang masih dibilang muda ini tentu harus banyak belajar. Saya melihat kami sedang mencoba menjadi orang dewasa, menjadi orang tua dan pasangan yang lebih baik. Kami melihat Oliver beranjak dari kebayi-bayian ke toddler-toddleran yang lucu, gemas, sedikit sok dewasa, makin cerdas, dan makin kuat. Dengan kondisinya yang macam-macam, Oliver tumbuh menjadi anak optimis dan ceria, senang bergaul, pandai menyanyi, dan lebih suka pakai bahasa Inggris seperti Peppa Pig. Kami bersyukur untuk perkembangan Oliver, personality-nya, dan pembentukan emosinya. Kami juga sempat liburan keluarga ke Semarang dan Bali.

Dari sisi pekerjaan, saya cukup bersyukur bisa menerjemahkan berbagai ambiguitas ke target dan output yang real. Syukurlah saya terus didukung oleh rekan-rekan kerja yang suportif. Walaupun ada sedikit gesekan dengan seseorang :D, tapi begitulah dunia kerja yang tampak boring di luar tetapi ganas dan penuh intrik di dalam. haha. Lingkungan kerja saat ini adalah lingkungan kerja paling positif dan suportif yang pernah saya temui. Tetapi namanya manusia tetap unik-unik yah, kadang menemui manusia yang super unik dan super repot di lingkungan kerja. Maka, penting sekali kita merawat mental kita, menghadapi berbagai insecurity dan trauma kita, supaya kita menjadi manusia yang tidak "menggerus" orang lain, dunia membutuhkan orang-orang yang demikian. Tapi kembali lagi, overall, baik, saya makin menjadi dewasa dalam dunia profesional. Saya banyak travel untuk urusan profesional: ke Toraja 5 kali! ke Selayar 2 kali, ke Jakarta 3 kali, Bandung 2 kali, Lombok 1 kali, dan kabupaten-kabupaten lainnya di Sulsel.

Saya juga mau memberikan selamat pada diri saya sendiri yang sudah 3 tahun lamanya mengabdi di lembaga saat ini saya bekerja. Ini pengalaman kerja full time di satu tempat terlama yang pernah saya jalani. Setiap tahun saya menjadi pekerja yang lebih mature dan setiap tahun memberikan pelajarannya tersendiri.

Tahun 2023 ini saya juga lebih berkoneksi dengan teman dan keluarga. Sepertinya saya mulai mendewasa dalam hal hubungan sosial. Saya cukup bangga, mengingat dunia sosial biasanya saya hindari sebisa mungkin, karena seringnya energi saya tersedot pada lubang hitam dan level ke-awkward-an saya menjadi maksimal, dan setelahnya perasaan cemas dan excited membuat saya tidak bisa tidur. haha berlebihan sungguh, tapi nyata. Sekarang, saya menghadapi dunia sosial dengan lebih calm, dan menyadari pentingnya tali-tali sosial yang perlu dikuatkan.

Selain itu, saya juga "berhasil" merekrut 3 orang asisten di 2023. Masing-masing dengan karakter berbeda dan menjadi pembicaraan panjang saya dan suami :D. Saat ini kami masih di-support oleh asisten ketiga, dan sampai saat ini kami bersyukur ada support system di dalam keluarga yang sering kesana-kemari.

Namun dari semua yang saya syukuri, ada beberapa target yang harus saya geret ke tahun 2024 ini karena belum tercapai di 2023. Dan tidak apa-apa juga. Saya masih manusia dengan tingkat distraksi level swipe reels instagram dan youtube tak berkesudahan. Masih perlu berbenah.

Akhir kata, saya bersyukur untuk waktu, kesempatan, harapan-harapan, keinginan baik, pengalaman, pembelajaran, dan semua yang terjadi di 2023. 
Semoga tahun 2024 ini tetap dijalani dengan penuh semangat untuk menjadi Nike Frans yang lebih baik lagi, menjadi lebih saya lagi, sehat fisik, pikiran, finansial, sosial, dll, dan semoga tahun 2024 membawa kesempatan-kesempatan baik, keberuntungan, dan pemenuhan potensi. 

Selamat menjalani 2024!



Kamis, 28 Desember 2023

Meant to Be

Exactly 3 years ago I said, "Everything Falls Into Place". Everything seemed to be aligned to where they were supposed to be. When I had that feeling, I knew that what was left for me to do was to play my part. No fear or doubt, as the things were aligning into something I knew as "my path". It didn't mean that at that point I knew what would happen the next day, month, let alone year(s). It just felt right, it felt empowering knowing we were somehow on the right track, such that all the then-existing countless confusion disappeared into the air. 

But again life is full of mystery. Three years later (now), I am standing here on the brink of changes, questioning what will happen next, waiting for the "everything falls into place" enlightenment come strike me once again. I guess I am still in the "confused" stage, and that is part of this change cycle, and I am here, patiently (or not) waiting for my path to re-aligned.

What I know for sure is that there has been so much change happening these past three years, so much so that when I compare myself to my 3 years younger self, the contrast is like night and day. It feels like the brain cells got into the re-birth cycle. Not just me, I've also been witnessing the changes that my son and my husband are going through and the dynamics of our relationship. And for all that we've been through in "just" three years' time, I'm in awe, once again, of how this life works.

So if the changes happen all the time, why is there something called Big Change or New Chapter? I don't know for sure. But those small changes have gently been pushing me into a new realm of where I should be, or where our family is heading. I couldn't ask myself whether or not we're ready for the next chapter because all the previous micro sub-chapters could or should be seen as a preparatory exercise (while completing their mini cycles) for the next step, no matter how big or small the next field would be.

What I could do to comfort my anxious breath is to imagine myself being open to possibilities and opportunities ahead. Just as three years back then life was cycling up unpredictably yet filled with so much growth and bringing me closer to where I should and need to be, so would the next couple of years be. And as life is unveiling its mystery(ies), I might need to focus on my plate today. No matter how this life might change later on, this moment is all I've got. I'm off to sleep now, and although it's a bit late of a night, tomorrow morning if I wake up, I'll try to appreciate my life and my family a little deeper. 

It is weird, we feel that change is going to happen, in fact, changes happen even when we're not aware of them, yet every day we wake up to our seemingly ever the same consciousness. Life is so mighty and full of mystery, yet made out of simple things.

Sabtu, 09 Desember 2023

Bloceh (Blog Ngoceh) #5 - Di Simpang Hidup

Kembali lagi Bun akhirnya kita nge-blog, lamanyaa, ngapain aja Bun?
Begini Bun, hidup kalau sudah memasuki Juli-November itu bukan sekedar berlari atau terbang ya, hidup kayak ber-teleportasi Bun, swinggggg, Juli-November hanya dalam kedipan mata (slow motion tapi ehehe). Mungkin karena masa Juli-November itu banyak sekali tuntutan pekerjaan dan intensitas yang sedang tinggi-tingginya mengejar target kehidupan yang dibuat sendiri untuk bisa hidup lalu mengeluh karena kecapekan (apaan Bun), jam kehidupan seperti bergerak lebih cepat. Dan, sudah akhir tahun saja, kalau di SoE, orang sudah sibuk acara natalan setiap hari sampai pertengahan bulan Januari :D.

Sebenarnya akhir tahun ini punya cerita tersendiri. Seperti berada di simpang kehidupan, mau ke mana setelah ini? Memangnya ada pilihan? Sebenarnya ada beberapa opsi di waktu yang akan datang. Kalau status quo saja, sebenarnya hidup sudah cukup terpetakan hingga akhir 2024 atau bahkan akhir 2025. Tapi seperti biasa, otak kita ini sepertinya eksis dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan pemantik (macam seminar-seminar jaman now, ada pemantik diskusi wkwk). Kayak gini: Bun, inikah hidup yang engkau inginkan? inikah panggilan hidupmu? di kota inikah kamu akan berakar? dengan orang-orang inikah kamu akan habiskan masa produktifmu? di sekolah inikah anakmu akan terus belajar? di lingkungan inikah kamu akan habiskan umurmu? kemana suamimu ingin menetap? dst dll dsb ampyun pusing ga Bun dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat otak sendiri untuk memusingkan otak yang sama juga? tsk

Sebenarnya setahun yang lalu jawaban-jawaban ini akan sangat mudah di jawab. Tapi sejak sekitar bulan Maret dan April tahun ini, ada beberapa opsi jawaban yang berseliweran di pikiran saya, membuat saya mempertanyakan kembali dan membuat pilihan-pilihan berganda yang memusingkan kembali, padahal tidak ada jawaban yang salah. Apakah benar ada yang namanya "Garis Tangan?". Selama ini saya penganut "kita tentukan kemana garis kehidupan kita sendiri dengan pilihan-pilihan kita". Tapi kalau keadaan sedikit lebih rumit seperti ini saya maunya pergi ke "orang pintar", primbon jawa, Tim Doa, atau apalah itu mencari wangsit saja hehee. Dasar homo oportunistikans. 

Sebaiknya paragraf terakhir diakhiri dengan sedikit nada optimis, bahwa kadang kita perlu menunggu sampai waktu yang tepat mengungkap misteri-misteri hidup sampai kita bisa bilang "ohhh ya ternyata memang ini jalannya", kalau sudah ada di jalan itu. Apa yang memang untuk kita tidak akan tergantikan, selama kita jujur pada diri sendiri. Baiklah, homo si paling sapiens! Tsk. Untuk sekarang Bun, marilah kita berlatih "singing and dancing and ngopi-ngopi cantik along all the uncertainties". Let's reveal all the options and see which one really belongs to us or chosen for us, keep on catching your fish as if those fish were meant to be yours. Apaan ya Bun? makin bingung? Ngopi dulu mungkin :D