Sekitar tahun 1994 – Memori
pertama
Memori pertama saya dimulai saat
saya berusia kurang lebih 3 tahunan mendekati 4 tahun. Momen saat saya belajar
menuliskan huruf E. Menurut saya (waktu itu), huruf E ditulis dengan menarik
garis lurus vertikal, kemudian menarik garis horisontal sebanyak-banyaknya
sampai memenuhi garis vertikal tersebut. Seperti ini:
Saya belum menyadari keberadaan
tempat dimana saya berada.
Sekitar tahun 1995 – Rumah baru
Saya berusia 4 tahun ketika saya
mulai menyadari kami punya rumah baru yang masih belum rampung tapi sudah bisa
ditempati.
Pertengahan 1995 – Taman
Kanak-Kanak Dharma Wanita
Kelas pertama saya dimulai di TK
Dharma Wanita. Sepertinya saya terlambat didaftarkan. Semua teman-teman memakai
baju seragam, saya memakai baju broit
misis kembang warna pink. Mama memantau di luar kelas, saya gelisah
mencari-cari mama di sekeliling orang asing.
Pertengahan 1996 – Lora dan Erni
Saya masuk sekolah dasar
GMIT Soe 1, tempat yang asing lagi buat
saya. Kelas penuh sesak, 1 meja dan 1 bangku untuk 3 siswa. Saya punya 2 teman
duduk, saya di tengah, Lora dan Erni di kiri dan kanan saya.
1996-1997 – Min
Min adalah kesayangan saya.
Pagi-pagi papa mengantar saya ke sekolah, pulangnya Min menjemput. Saya senang
pulang dengan Min, dia baik hati. Mama hanya menitipkan Rp.150 untuk uang bemo
kami berdua, tapi Min kadang merelakan
Rp.50 atau Rp.100 miliknya untuk membelikan saya kue tameang dan kue segi tiga
di Toko Sinar Put’ain. Kami berdua turun bemo di Tugu Adipura lalu jalan kaki
sampai rumah sambil saya berceloteh tentang kejadian di sekolah.
1997 – Kupang - Muntah
Kupang itu dimana? Saya terus
menerus bertanya kepada mama padahal kami sudah di Kupang sejak tadi. Menurut
saya Kupang itu hanya 1 tempat dan 1 lokasi saja. Sehingga ketika kami
berpindah tempat dan masih saja berada di Kupang, saya bingung dan terus protes
pada mama dalam berbagai pertanyaan. Masih kecil dulu kalau ke kupang pasti
muntah. Mama selalu sabar menangani kami dan mempersiapkan loyor beserta
plastik-plastik kecil sebelum ke Kupang.
1997-2002 – Saudara Perempuan
Saya punya kakak perempuan yang
senang memicu pertengkaran. Setiap mama pulang kantor mama dapat
laporan-laporan tentang kakak yang begini, atau adik yang begitu. Kami jarang
akur, lebih sering berteriak dan menghina satu sama lain. Riuh dan gaduh sekali
suasana waktu itu. Kasihan mama yang selalu menjadi ‘hakim’ atau pelerai kami.
1997-1998-Saya tak ingat jelas –
Ulat Gala-gala, Min, dan Berta.
Min dan Berta teman bermain saya
sehari-hari. Mereka cerita tentang banyak hal kepada saya, saya juga
sebaliknya. Di sebelah rumah kami sangat banyak pohon gala-gala dan pohon petes
(lamtoro). Ternyata, di dalam pohon gala-gala yang sudah lumayan besar
batangnya, berdiam ulat besar yang kami sebut dengan ulat gala-gala. Dia sangat
gendut, panjangnya seperti jari kelingking orang dewasa, berwarna pink, dan
jalannya lambat. Saya tertarik pada ulat ini. Min dan Berta saya paksa untuk
memburu ulat gala-gala setiap sore. Saya ingat ekspresi geli mereka saat mereka
memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang batang pohon gala-gala dan mendapati
liuk ulat didalam batang.
1998 – Suka
Sejak kapan kamu mulai tertarik
pada lawan jenis? Kalau saya sejak umur 7 tahun, kelas 2 SD.
1998 – Papa yang heroik
Suatu malam saat semua sudah
tidur, saya bangun karena rasa sakit yang luar biasa di bagian dalam telinga
saya. Saya berteriak sejadi-jadinya. Mama bangun dan kebingungan. Papa juga
bangun dengan tergesa-gesa, bertanya kepada saya apa yang terjadi, dan
melakukan sesuatu yang heroik : mengoleskan air ludahnya sendiri ke sekeliling
telinga saya. 1 menit kemudian, saya merasa ada yang merayap keluar dari dalam
telinga saya. Serangga berbahaya sepanjang 1,5 cm. Mungkin dia keluar karena
mencium bau air ludah papa di luar
telinga. Saya selamat. Sejak saat itu, papa menjadi sosok pahlawan yang keren
buat saya.
1999 – Auricularia auricula
Atau jamur kuping. Jamur kuping
kami temukan di belakang rumah. Kami panen dan saya penasaran seperti apa
rasanya. Setelah ditumis dengan bawang putih, lada, dan garam, ternyata lezat
rasanya.
1999-2002 – Nancy
Selain Min dan Berta, saya punya
teman akrab bernama Nancy. Dia lincah dan kuat. Dia mandiri dan sering menginap
berhari-hari bahkan berminggu-minggu di rumah kami. Kami tumbuh bersama,
bermain masak-masakan dan lompat tali. Bersama kami menelusuri padang kecil di
kiri rumah dan mencari tanah liat di kanan rumah.
1999 – Gerak jalan
Kaki-kaki kecil kami kuat
berjalan. Menempuh berkilo-kilo meter dalam lomba gerak jalan menjelang
peringatan kemerdekaan RI. Saya termasuk yang berpostur paling kecil tapi
beberapa kali dipercayakan memimpin gerak jalan. Kiri! Kiri! Kiri, kanan, kiri!
2001 – Adik Laki-laki
Saya mengira saya anak bungsu hingga
saya berusia hampir 10 tahun dan saya punya adik laki-laki! Adik saya sangat
lucu dan montok. Saya bahagia punya adik bayi karena dulu sering bermain dengan
bantal dan loyor berpura-pura punya adik bayi. Favorit saya adalah adik bayi ketika
baru bangun tidur, terlihat pasrah dan mengantuk, sangat menggemaskan.
2002 – Putih Biru
6 tahun adalah waktu yang cukup
lama untuk membuat putih merah menjadi sangat nyaman dan putih biru terasa
canggung. SLTP Negeri 1 Soe, tempat yang asing lagi, dengan orang-orang yang
lebih beragam.
2002-2005 – Jajanan
Mie tiga, tameang satu! Saya
berteriak memesan snack di Ibu Jemi. Istirahat di sekolah hanya 15 menit,
sedangkan kantin penuh sesak dengan siswa kelaparan yang berlomba-lomba mengisi
perut. Ibu Jemi menjadi tujuan saya karena makanannya bersih dan enak. Beliau
hanya menjual bungkusan kecil bihun (mie) dan kue tameang (weci). Masing-masing
seharga Rp.250. Jadi dengan seribu rupiah, perut kecil kami puas dengan Mie 3
Tameang 1, plus sambal gorengnya yang berminyak.
Satu lagi yang merogoh kocek
diatas seribu rupiah, yaitu bakso SMP 1. Mungkin dia punya nama sendiri, tapi
kami menyebutnya begitu.
2002-2005 – Kuat Jalan Kaki
Anak-anak Soe waktu dulu rupanya
kuat berjalan kaki. Ketika saya ingat perjalanan saya dulu, jalan kaki pergi-pulang
sekolah berturut-turut dalam sehari karena ada les tambahan, jalan kaki ke
pasar, jalan kaki ke bank, rasanya lumayan jauh juga, tapi saya tidak pernah
mengeluh. Ini mungkin yang menjadi dasar saya kuat berjalan kaki, hingga selesai
kuliah pun sehari-hari jalan kaki.
2005 – Kaki Ramping
Pertama kalinya hidup berpisah
dengan orang tua. Saya melanjutkan SMA di pulau Jawa, di kota Malang. Saya
senang memperhatikan orang dari bentuk kaki dan betisnya. Di sini betis-betis
mereka gemuk-gemuk. Saya ingat kaki-betis kami di Soe, kaki kami kurus dan
ramping. Apakah betis besar itu dapat kuat berjalan seperti betis-betis kami?
2010an – Nilai, sapi, dan anak
perempuan
Ada kalimat yang saya dengar dari
seorang teman : ‘Di Soe, lebih baik (atau gampang?) piara sapi dari pada piara
anak perempuan.’ Lucu sekali kedengarannya. Kalimat ini saya kaitkan dengan
pergaulan anak yang semakin tidak mudah dikontrol oleh orang tua. Mungkin saja
minimnya kegiatan-kegiatan positif menjadikan sebagian anak remaja melampiaskan
energinya pada hal-hal yang mungkin nilainya negatif. Sedangkan piara sapi
tentu saja bisa lebih mudah. Sapi sepertinya tidak mengemban nilai-nilai
tertentu.
2012 – Swalayan dan Se’i babi
Tak banyak perubahan di kota Soe
sejak saya tinggalkan tahun 2005. Hanya saja sekarang bermunculan
swalayan-swalayan baru, dan beberapa rumah makan Se’i babi. Orang-orang
menikmati berbelanja dengan mencomot-comot sendiri dan menggotong
barang-barangnya ke kasir, seperti juga menikmati daging asap berlemak
dipadukan sambal Lu’at.
28 Maret 2014 – Saat Ini
Saat saya ingin menuliskan
tentang kota Soe, yang muncul dalam ingatan saya adalah patahan-patahan memori
pohon petes, ulat gala-gala, Nancy, dan patahan lainnya. Saya belum kenal Soe, TTS,
dengan baik. Mungkin ada saatnya untuk saya lebih memahami Soe, karena saya
sendiri adalah orang Soe meski darah yang mengalir tak murni darah Timor.
Soe bagi saya adalah orang tua,
saudara, teman, masa kecil, jajanan, dingin, jalan kaki, pohon gala-gala,
kabut, tanah liat, bermain, dan banyak lagi. Soe adalah rumah.
Tulisan ini dibuat menjelang
ulang tahun Forum Soe Peduli yang pertama. Berharap FSP terus berkembang menyebarkan semangat positif kaum muda kota Soe. Bersama berkarya untuk Soe, TTS.
Selamat ulang tahun FSP!
Nike di antara semua kenangan manis tentang kita, yang lu ingat hanya yang bakalai-bakalai sa.huhhh
BalasHapus:p
tapi b baca ini tulisan b jadi sedih e
Banyak ju kenangan manis seperti lu yang sering sekali ajak beta pi bermain di lu pung kawan pung rumah.hehe
HapusSedih ingat masa kecil ko?
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus