Seorang anak laki-laki berjalan kaki pulang ke rumahnya.
Dalam perjalanannya dia hanya menunduk.
Wajahnya jika diibaratkan cuaca, seperti awan hitam yang
menunggu satu titik jenuh, saat dimana buliran hujan siap membanjiri bumi.
Seperti saat ini, dia siap menangis.
Namun dia tahan air matanya.
Dia harus kuat. Dia kan anak laki-laki jagoan ibunya. Ibunya
tidak perlu tahu dia sedang menahan tangis.
Seperti biasa, sang ibu menyambut kedatangan putra
sulungnya.
Di kulkas sudah disediakan minuman dingin pelepas dahaga.
Namun hati sang ibu tahu, ada yang tidak beres melihat
langkah gontai putranya.
Jadi dibiarkannya putranya tersebut buru-buru masuk kamar.
Sayup-sayup terdengar isak sesunggukan anaknya itu.
Hati ibu ikut sedih. Ia tahu anaknya tidak mudah menangis. Pasti
ada yang tidak beres.
Hal apakah yang membuat anakku bersedih hati?
Ibu bergegas menelepon seorang teman akrab putranya.
Ternyata segerombolan “genk” di sekolahan mempermainkan
anaknya.
Sakit hati ibu. Dia mengetuk pintu putranya, dipeluknya,
mereka berdua menangis bersama.
Hal yang SAMA akan dilakukan BAPA kita yang di Surga begitu
tahu kita “dipermainkan” oleh siapapun.
Tidak dibiarkanNya anak-anak terkasihNya menanggung beban
sendiri.
Apa yang tersembunyi, akan dinyatakan.
Tuhan jelas-jelas tahu ada orang yang sedang berbuat jahat
kepada kita, menipu kita, mengkhianati kita.
Hati-Nya tentulah sakit dan gemas.
Tapi anak-Nya harus kuat, harus belajar melapangkan hati,
harus belajar tulus, harus bisa melepaskan pengampunan.
Kalau tidak demikian anak-anak-Nya tidak bisa belajar,
selamanya seperti bayi.
Mata Tuhan ada dimana-mana, Ia mengawasi siapa yang berbuat
curang.
Tidak perlu takut, setiap tetes air mata kita Ia hargai.
Kadang pun tidak perlu terlalu banyak kita membela diri.
TUHAN sendiri, RAJA segala raja yang bela kita!
Mari dengan tulus berdoa untuk orang-orang yang “mempermainkan”,
“mengkhianati”, “menipu” kita.
Jadi jagoan Tuhan itu paradoks sekali.
Harus bisa cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang “menjahati” kita?
Serahkan pada Tuhan, Ia Maha Pengasih sekaligus Maha Adil.
:)