Sabtu, 14 Juni 2025

Selamat 34, Nike.

Perjalanan dari 33 menjadi 34 tahun ini cukup dipenuhi dinamika, banyak belajar, banyak bersyukur, dan semoga berproses untuk makin mendewasa. Seperti biasa saya punya catatan perjalanan yang sempat diingat dan diproses :)

Pertama, tahun ini saya banyak belajar menjadi orang tua yang lebih banyak porsinya untuk Oliver. Setahun ini hubungan ibu-anak kami menjadi sangat erat karena pengaturan rumah tangga mengharuskan saya dan Gide berjauhan dan menjadikan saya perpanjangan tangan maskulin dan faminin secara bersamaan. Saya yang sebelumnya percayakan lebih banyak pengasuhan pada Gide, harus turun tangan untuk mengasuh, mendisiplinkan, tidur bersama, memastikan vitamin dan mineral masuk tepat waktu sesuai jumlah, segala printilan sampai membelikan kado untuk teman-teman Oliver yang berulang tahun. Saya tentu dibantu asisten penjaga anak, tapi saya tetap bertanggung jawab penuh sebagai pengasuh utama. Saya memutuskan untuk tidak travel yang harus menginap, kecuali event sangat khusus yang perlu minta tolong Gide ke Makassar. Menjadi orang tua memang melelahkan dan butuh berbagai penjinakkan ego, namun bersyukur masih bisa dijalani semuanya: ketawanya, peluk-peluknya, bangganya, khawatirnya, menangisnya, dan berbagai pengalaman yang bukan hanya membesarkan anak tetapi yang juga penting adalah mentransformasi diri sendiri.

Kedua, perjalanan karir yang cukup baik sekaligus bertantangan. Cukup baik dengan berbagai kebaikan, pencapaian, kerja sama, dan flow yang lancar; bertantangan dengan kepastian pekerjaan di kemudian hari. Tapi sebagaimanapun tantangan yang ada, saya didukung dengan luar biasa oleh rekan kerja, pimpinan, dan keluarga untuk menjalankan peran saya sebagai seorang pekerja. Terutama setelah tinggal terpisah dengan suami. Saya hanya bisa menjalankan one task at a time, one day at a time, lalu tiba-tiba sudah one year saja berlalu. Bersyukur masih dipercaya banyak hal di dunia pekerjaan: one day at a time. Saya tidak ragu untuk apapun yang terjadi di bulan atau tahun depan. Apapun yang dipercayakan kepada saya semoga bisa saya emban dengan tanggung jawab, dengan tenang, dengan yakin bahwa ini yang terbaik untuk saya dan sekeliling saya.

Ketiga, perjalanan mengenal diri sendiri, energi, panggilan jiwa, waktu, dan relasi. Sering saya singkat dengan "perjalanan spiritual". Setahun ini saya berusaha belajar melihat semuanya dari kacamata spiritual, karena ini satu-satunya lensa yang bisa menenangkan kebingungan dan kecemasan eksistensial saya. Dan saya sangat-sangat bersyukur bisa kembali merawat spiritualitas saya di tengah-tengah dunia yang semakin menarik perhatian kita ke berbagai sudut video durasi pendek. Banyak yang terjadi di antara 33 ke 34 ini lebih pada pemahaman diri dan upaya saya mengalahkan berbagai ego pribadi, musuh pribadi, tantangan menuju pribadi yang lebih baik. Guru saya bilang: ego adalah berpikiran sempit, karena fokus pikiran ada pada diri sendiri, lupa bahwa energi kita saling menjalin dengan orang lain, dan ketika kita berhasil keluar dari sempitnya pikiran kita, saluran berkat juga terbuka untuk kita karena kita dipercaya juga untuk memikirkan orang lain (terjemahan pribadi, wk, kata2 aslinya bukan begini tapi ya anggaplah parafrase).

Keempat adalah sebuah perenungan berandai-andai: jika saya berhasil menaklukkan, sekali lagi, lipatan ego saya, saya ingin mengasuh perempuan yang sebelumnya mengasuh saya untuk tumbuh kembali menjadi perempuan yang percaya diri, tenang, tidak mudah panik, self-esteem yang tinggi, punya boundaries yang sehat, tidak gampang merasa tersaingi, dan lain-lain, tanpa terjebak dalam "kok dulu aku kurang dapat ini ya?". Kadang saya lupa dimensi waktu bisa diakali dan saya menyerah. Tapi jika dimampukan, saya mau belajar mencintainya, mengasuhnya, meninggalkan ego menahun dan kesombongan diri karena selalu merasa lebih tua darinya entah sejak kapan (mungkin sejak SD atau SMP, memang sejak dulu sering merasa lebih tua dari usia kalender), sambil merawat saya sendiri, yang jauh dari sempurna, tapi memiliki energi yang cukup mamae, untuk sama-sama memeluk jiwa-jiwa kami yang saling bertalian dalam dimensi yang saat ini. Saya sudah lupa caranya memeluknya sebagai anak perempuan yang butuh dimengerti untuk bisa jujur apa adanya, di saat yang bersamaan saya masih canggung untuk memeluknya sebagai orang yang mungkin punya kematangan emosi sedikit lebih banyak, yang mau mengerti dia tanpa banyak penghakiman. Tapi jika diberi kesempatan sekali lagi, saya akan coba memeluknya sekali lagi dengan utuh sebagai anak dan sebagai ibu. Semoga kami diberi kesempatan kembali, saat saya berhasil menaklukkan lebih banyak ego (lagi-lagi) dan ilusi dunia relasi ibu-anak.

Kelima, sepanjang setahun lalu banyak melihat berkat-berkat terbuka bagi saya. Saya diberi kesempatan berkunjung ke 3 negara tetangga, berlibur bersama keluarga (yang semakin terasa penting lagi genting), makan makanan-makanan enak, berkarir dengan baik, mengembangkan diri, menyetir kemana-mana dan menemukan ternyata saya driver yang cukup baik, menemukan energi-energi baik, menikmati sandang yang berkualitas dan parfum yang enak-enak, merawat diri, merawat pikiran dan perspektif kesadaran, menulis agenda, menabung, dan lain-lain. Meskipun masih melihat pintu-pintu yang tertutup, saya tetap punya keyakinan bahwa pintu yang tertutup sebenarnya sebuah berkat yang menunjukkan itu bukan jalan bagi saya dan tidak perlu menyia-nyiakan energi saya pada arah tersebut. 

Pada akhirnya, saya bersyukur melihat diri sendiri semakin matang saja setelah melewati 4 tahun usia 30an, merasakan bagaimana harus potek hati berkali-kali untuk meluruhkan ego yang ternyata berlapis-lapis tumpukannya. Sesungguhnya pembenahan diri itu efeknya bukan hanya pada diri sendiri tapi juga kepada orang-orang sekeliling, melihat saya sebagai pribadi yang unik dan punya kecenderungan tertentu, di saat bersamaan saling terpaut dengan energi, waktu, leluhur, karma, dan lainnya dengan sekeliling.

Semoga bisa menjadi orang yang semakin baik bagi diri sendiri, suami, anak, keluarga besar, rekan kerja, relasi, dan siapapun yang sempat berpapasan di dunia ini maupun di multiverse heheee. Amin.


Senin, 02 Juni 2025

Mei yang Magnetis

Entah bagaimana mekanismenya, bulan Mei seperti memberikan hadiah magnet berkekuatan super pada medan kehidupan saya. Karena sifat magnetisnya, bulan Mei menarik berbagai jenis peristiwa, pertemuan, kejadian hidup, kesibukan kantor yang serempak berdesakan mau menempel pada saya bulan ini. 

Saat menulis ini di akhir Mei dimana medan magnetiknya mulai mereda, saya sudah lebih bijak untuk berkata "terima kasih untuk kepercayaannya, hidup". Padahal pada puncak magnet-magnetnya pertengahan Mei saya hanya bisa mencak-mencak pingin di hus semua hal yang menyerang minta diurusi, bagaimana ceritanya sih semua urusan hidup dan kerjaan menempel mesra begini? Walau saat sedang bijak-bijaknya, saya melihat ini sebagai bentuk "kepercayaan". Begitulah kita manusia senang mencari makna supaya tetap bijak tentram waras.

Bulan ini saya sering membawa pekerjaan kantor ke rumah, menunggu Oliver tidur pulas dan saya gantian menjadi kelelawar kerja untuk bisa makan di malam hari :D, bedanya kelelawar leyeh-leyeh di siang hari, sedangkan saya tetap macul pura-pura cukup tidur. Banyak meeting sampai gelap malam, banyak telepon masuk minta diladeni. 

Dinamika personal juga datang dengan tidak segan-segan di rumah. Ada yang being tricky. Ada yang sakit sampai muntah-muntah. Ada yang mau cepat pulang kampung. Ada yang panik ngambek. Ada yang lambungnya luka. Ada yang bergumam "pergi semua jauh-jauh dari medan hidup saya" (ini saya sendiri mengumpat pada hidup wk, hanya bisa bergumam karena tentu tidak benar, saya kalau sendiri bisa hipoglikemi, makanya tidak disounding, hanya di pikiran saja). Semua ini terjadi saat saya harus begadang kerja di malam-malam hari. Padahal sebelumnya sudah latihan: kalau masalah datang, berdoa saja: "terima kasih hidup, sebuah keberuntungan bisa dipercayai berbagai hal untuk kebaikan saya". Nyatanya jiwa egois dan sok kuat ini meronta-ronta kalau dihadang dari utara timur selatan barat haha. Sepertinya masih butuh proses pemurnian :D

Pada akhirnya hanya bisa bersyukur karena semua bisa dilewati (padahal selalu begini tapi tetap lupa kalau lagi pening). Kalau dilihat dari sudut pandang orang ketiga, keempat, dan kelima, sepertinya saya bisa melalui semuanya dengan slay. Tapi pertempuran di dalam batin hanya sendiri yang tau. Memang betul, kita tidak bisa menilai hidup seseorang dari apa yang terlihat saja, karena bisa jadi yang dihadapi adalah muntah-muntah kurang tidur lambung luka, atau mungkin pertempuran melawan diri sendiri seperti pertempuran mortal kombat jadul pemain biru dan merah yang saling tinju tendang padahal lawan sebenarnya adalah ego pribadi dan self-impurity wk.

Terima kasih Mei, yang menunjukkan pada saya a glimpse of hidup orang dengan magnet hidup yang kuat, saat "semuanya" datang sekaligus, nah lhoh nah lhoh. hehehe. Memang masih harus banyak belajar, kali ini saya harus belajar kembali untuk bisa bilang: Terima kasih hidup untuk kepercayaannya, what a pleasure to experience life.

Kamis, 01 Mei 2025

April yang Jujur

April datang dengan berbagai warna. Kekelaman bertubi di bulan Februari dan Maret pelan-pelan (agak terlalu pelan) terurai. Syukurlah. Bulan ini banyak menghela napas karena kabut-kabut kegundahan dan kelelahan pun tersingkap. 

Bulan April pertengahan ada 2 orang perempuan yang berarti 4 tangan yang datang membawa pertolongan dari tempat kelahiran. Sungguh, rumah tangga dengan total 3 perempuan usia dewasa itu rasanya cukup "ringan". Memang saya seperti kebagian banyak "ringan" nya, karena saya "hanya" bertugas sebagai full pekerja (dan sebagai mama juga). Formasi tiga orang perempuan juga sepertinya cukup bisa menangani seorang anak laki-laki kecil berkeinginan kuat. Circle of life seolah-olah begitu jujur menunjukkan lingkaran yang harus ditutup dengan genap. Kebetulan saat ini saya yang diminta oleh para leluhur untuk melengkapi missing piecesnya.

Bidang pekerjaan masih sama seperti yang pernah saya sebutkan sebelumnya: pekerjaan itu dunia yang terlihat membosankan di luar namun penuh intrik di dalamnya. Banyak percakapan berat dan berita-berita "jujur". Saya sebagai seorang staf biasa hanya bisa menonton maraknya geliat percaturan duniawi ini, orang-orang berpion dan orang-orang seperti saya yang merasa berpion :D. Dan kalau berhasil keluar dari "keakuan" saya, sungguh ini tontonan yang menarik. Hanya saja yang kita anggap menarik dan menghibur itu adalah piring makan orang, keluarganya, dan masa depan mereka. Termasuk piring, keluarga, dan masa depan saya juga heheheee. Sebagai orang yang cukup selow (kadang kala wk), saya selalu yakin bahwa berkat seseorang tidak pernah tergantikan. Kata orang bijak kenalan saya: "bagian (yang bisa) kita (tentukan) hanya di usaha saja". Kata salah satu lagi orang bijak yang saya dengar podcast nya: "yang bisa kita usahakan (selain usaha fisik) adalah berusaha memurnikan kesadaran kita". Terima kasih saya ucapkan untuk orang-orang wise yang ada di muka bumi sehingga half-wise seperti saya bisa mengutip kata-kata mereka.

Kejujuran, seperti apa pun bentuknya, perlu diapresiasi. Oleh karena itu saya sangat mengapresiasi bulan April yang cukup blak-blakan membawa puzzle kebenaran yang perlu digenapkan, baik di rumah tangga maupun pekerjaan. Semoga kesadaran kita semakin dimurnikan, dan semoga usaha-usaha kita membawa banyak kebaikan.

Jumat, 18 April 2025

Impulsive March

Do you agree that allowing yourself to indulge in the short-term impulsivities can bring out the spark, the zest for life?

March is such an unpredictable month for me and my family, and perhaps for others too. Do you reckon? Some people say it's because of the multiple planetary retrogrades; some argued about karmic cycle; or might be due to some unexplainable chaotic orders. While writing this in mid-April, I feel that this year so far has aged me far more than the actual calendar year. Is this part of the shedding the old self (again)? Or the inevitable push to get closer to one's truth? THIS, this is why I was so upset when I failed to book a consultation with a palm reader in a crowded tourist spot. Lolz.

So many variables; from the office new planned structures (of which my current position may no longer exist; who knew right?), our house surprising yet not entirely unpredictable event: resignation of the trusted assistant who handled most of the housework and Oliver's 7.30 to 5.00 school day, global and national crisis including the crash of stock market and so does my long term investment, simply too much.

So naturally I would lose my appetite for life. All the cells and willingness of my being seemed to be contracted, except, of course, the fat cells who loooove the cortisol ride.

But thank goodness, luckily, fortunately, I can still be timely...(which I'm really good at)...IMPULSIVE; and to be fair -not just the impulsivity- I am eternally grateful for the family: My husband, son, and parents, who are endlessly supporting me. 

On being impulsive, when it hit my core, immediately in that split second, I, as if possessed, ordered roundtrip tickets and hotel room for our family's 5-night impulsive trip. See, even in the most uncertain time, my impulsive mind told me to forget about what looks like a mess and just follow the urge of break the dull cycle. So contradictory to the situation, which logically should have made me seal the jar, so impulsive, but heaven knows: so needed. During and after the trip, I found back my zest for life. The spark, the spice, the vivacity, the "joie de vivre". And somehow the "we're in this together" conspiration theory :p.

The Zest is Zesting

I can now confirm the vital need of spiritual work as a human being. The challenges happen for a reason, and should be seen as a good reason to refine oneself. To purify, to align, and to elevate. You see the evidence of me working -hard- on spirituality through my collection of wording ;). 

When life gives you lemon, at least you got the zest, right? Not to mention the juice, the health benefits, the sourness, the many ways you use it for your own goodness (btw this is me still trying to convince myself to keep on zesting). My life is re-aligning and I am truly grateful for the source of energy who keeps on pushing me towards my truth, my path of miracles, becoming the witch I'm here to reveal. I am ready and willing :). Thank you for the lemons. And honey. And flowers. And all the blessings, which I most often too ignorant too count, pouring all over my whole existence. 


Sabtu, 22 Maret 2025

Februari Kusut

*Disclaimer: semua tulisan hanya pendapat pribadi yang bias; tidak perlu percaya apapun; tidak mencerminkan organisasi apapun; hanya saya yang sedang pesimis saja.
Peringatan: tidak usah dibaca kalau tidak ingin ikut pesimis.

Jumlah hari yang sedikit tidak menjanjikan masalah yang lebih sedikit. Seperti Februari yang saya pikir akan menjadi bulan yang short and sweet ternyata dipenuhi dengan kekusutan yang beruntun :D.

Ditabrak dan menabrak
Sabtu pagi yang cerah saya sedang menyetir mobil bersama Oliver. Seperti biasa kami melewati jalan lebar yang kadang padat karena banyak lokasi berbalik arah. Jalanan seperti biasa saja, kami menyetir pelan-pelan karena kiri kanan depan penuh mobil yang juga berjalan pelan. Tiba-tiba tanpa ada tanda apapun mobil kami terguncang hebat. Bruk!!! Kami ditabrak cukup keras dari belakang. Sedan BMW yang menabrak kami dari belakang lumayan hancur bagian depannya. Syukurlah Toyota Calya kami tidak begitu parah, walaupun ada bagian yang pecah bagian belakang. Saya cukup terguncang, bukan karena kerusakan mobil, tetapi karena tanpa hujan-angin ditabrak keras, apalagi sedang menyetir bersama Oliver. Kaget bukan main. Penabrak sepertinya mengantuk/tertidur dan tiba-tiba kaget dan menginjak gas dengan kencang. Beliau memberi kompensasi uang, walaupun ternyata setelah masuk bengkel biayanya 2x lipat dari yang diberikan. Saya terlalu malas untuk meminta kelebihan biaya bengkel.

Selain ditabrak, saya juga menabrak pagar sendiri. Syukurlah hanya merepotkan diri sendiri hehe. Ada mobil yang diparkir di sisi jalan dan saya salah mengambil haluan, jadilah sebelah kanan mobil tergerus. 

Dua kejadian ini terjadi di hari yang sama membuat saya terbengong-bengong sendiri. Besoknya saya temui ketok magic Mas Blitar kenalan saya. Beliau memoles semuanya seperti tidak terjadi apa-apa. Lumayan juga uang yang dikeluarkan untuk ini. Tapi syukurlah mobil kembali dalam keadaan baik. Sara ikhlaskan bencana mobil ini sambil merenungkan karma macam apa yang sedang saya bayarkan :D. 

Bolak-balik rumah sakit dan klinik
Tubuh ternyata butuh maintenance; seperti mobil, kadang ada saatnya kita perlu masuk bengkel sebentar.

Dikhianati dan ditipu negara berkali-kali
Sejak dulu sudah bermimpi ingin hidup di tempat yang lebih memanusiakan manusia. Di sini rakyat hanya dilihat sebagai sumber rejeki oleh koruptor dan penguasa. Susah sekali jadi manusia baik-baik. Mereka selalu berpikir: apa ya yang bisa dikeruk dari manusia miskin dan bodoh ini? Lihat berseragam takut dimintai uang dan diperdaya, lihat yang buncit takut dipajaki, lihat kursi tinggi takut ditipu, lihat tukang parkir takut dibeking ormas, lihat aplikasi baru takut data diri dieksploitasi, lihat inisiasi baru kuatir diri sendiri dan rakyat lainnya megap-megap dengan krisis dan inflasi. Lalu apa yang sudah kamu lakukan sebagai rakyat? SEMUANYA. Menjadi orang baik dan taat. Tapi apa? Otopilot lebih baik dari pada sistem parasit. Bahkan saat ada bangkai yang digali, rakyat naas pun berpikir: setan siapa yang sedang ditutupi kasusya sehingga bangkai ini yang dibuka duluan? Pesimis dengan entitas pura-pura mau maju ini, mau jadi besar ini. Trik-trik percaturan parasitisme dan ketidak-adilan itu diajari sejak usia dini dan diwariskan, mendarah daging saking nikmatnya mengambil apa yang bukan milik sendiri.

Krisis 
Saham plat merah turun seperti sedang COVID kembali. Apa karena sebagian sudah dimasukan ke dana anak dan bapak? Kalau begini saya rasa-rasanya mau mengambil semua saham saya (yang tidak seberapa sih, demi apa?) dan beralih judi ke lotre. Setidaknya ada permainan yang lebih fair. Jangan tanya apa yang fair di tempat ini. Sejak awal diiming-imingi dividen yang hanya remah-remahan mikro dari bergalon kelimpahan yang dikunci sendiri untuk anak-cucu, calon lintah selanjutnya.

I forgive you, February
Tapi tak akan kulupakan karena namanya juga menolak lupa. Semoga dengan tidak lupa kita jadi terus awas dan tidak terlalu naif saat melapor pajak, beli pertamax oplosan dan BBRI.

Lalu, Konoha, Australia bagian Utara, apa masih ada sistemmu yang tidak terlalu bengkok? Atau sebaiknya sebagai rakyat kami cukup menunduk dan pura-pura bodoh saja seperti arahan stafsus-influencer?

Minggu, 26 Januari 2025

Januari Berbenah

Tahun 2025 ini diawali dengan berkumpul bersama keluarga yang hangat di kampung: Kampung Maleset dan Kampung Rote, Kota SoE 😇. Yang paling berbahagia tentu saja Oliver. Sehari-hari kerjaannya nonton TV, main mainan baru, bertemu banyak keluarga, dan diberi limpahan perhatian. Senang rasanya membawa Oliver ke sumber tali-temali akar-mengakar rerajut hubungan genetiknya. Senang juga menyapa keluarga dan kota kecil tempat kami bertiga lahir. Lalu tibalah saat saya dan Oliver harus pulang kembali ke Makassar dengan berat hati meninggalkan suasana liburan dan orang-orang terkasih. Oliver syukurlah bisa menumpahkan air mata dan raungan kepedihannya di bandara. Sebagai mama, sayangnya saya tidak bisa join meraung juga apalagi melolong wkwk. 

Kami pulang kembali ke rumah yang ternyata dipenuhi dengan jamur. Hujan lebat berhari-hari tanpa sinar matahari membuat rumah kontrakan kami yang ditinggalkan 2 minggu lebih menjadi penuh jamur. Saya berpikir kalau 2 minggu saja rumah kosong jadi penuh jamur, beberapa bulan mungkin bisa berlumut, bertokek, berkecoa, bertikus, bersemak-semak, berhantu, dan berhutan. Memang pada dasarnya rumah itu perlu didiami, dirawat, dinafasi. Jadi berpikir kalau kapan-kapan sudah punya rumah sendiri perlu ada usaha menjiwai merawat menyayanginya amiin. Sembari melamun punya rumah pribadi yang penuh berkah, saya pun menghabiskan cukup banyak waktu dan tenaga membasmi sebaran jamur di lemari, kursi, dan tas-tas guncang dunia kesayanganku.

Semenjak membersihkan jamur, saya jadi suka memantau setiap sudut kontrakan ini. Banyak sekali barang, baik barang masih pakai maupun barang menumpuk tak dipakai lagi. Mainan, baju, buku, kemasan kosong, kotak entah apa, tas belanja berbayar berkedok cinta lingkungan, kotak plastik hasil pesan makanan online yang ditumpuk-tumpuk, saos sambal sasetan, sumpit sekali pakai, dan segala jenis penimbunan barang-barang “sayang kalau dibuang” lainnya. Berawal dari membersihkan jamur, saya lanjut mengeliminasi barang-barang lainnya. Setelah membersih-rapikan rumah, energi rumah pun terasa lebih teratur dan nyaman.

Pembenahan berlanjut ke kulkas dan segala isinya. Saya sangat senang membeli bahan makanan segar bergizi. Puas rasanya kalau kulkas penuh makanan. Walaupun tidak setiap hari saya masak, tapi kalau sempat masak saya suka pakai bahan-bahan berkualitas. Tapi tidak jarang juga menumpuk bahan makanan di kulkas dan berujung dibuang karena layu dan rusak. Kali ini saya sedang berusaha menggunakan semua bahan makanan yang dibeli. Bulan Januari ini saya lumayan sering masak. Menikmati makanan-makanan sederhana tapi cukup menutrisi. Senang rasanya kalau semua sesuai takaran pribadi: garam, minyak, bakteri dan keringat tangan sendiri, dll.

Januari ini berjalan cukup lama. Katanya Januari adalah bulan terpanjang dalam setahun mengingat gaji bulan Desember datang lebih awal, lalu uang dihabiskan untuk perayaan ganti tahun dan liburan, tapi Desember dan Januari sama-sama punya 31 hari. Sebenarnya mau dibilang lama sekali juga tidak. Buktinya bulan pertama di tahun 2025 ini sudah hampir rampung. Saya bersyukur bulan ini dipenuhi energi baik, energi bebersih, berbenah, dan menutrisi diri. Semoga ini menjadi tanda baik untuk tahun ini, semoga bulan-bulan berikut juga dipenuhi berkat dan kebaikan 🙏.




Rabu, 01 Januari 2025

Dua Ribu Dua Puluh Empat

Selamat tahun baru 2025 semua, apa kabar?
Bagaimana tahun 2024nya? Selamat untuk kita semua yang sudah lewati 2024 dengan…selamat? Hehe
Semoga kita bisa mengambil waktu sejenak untuk mensyukuri semua perjalanan hidup setahun lalu dan siap menjalani 2025 ini.

Di 2024 awal saya lewati dengan banyak pertanyaan dan kebimbangan, mengingat Gide diberitakan lolos CPNS sebagai pengajar di Universitas Nusa Cendana, Kupang. Saya bimbang lebih karena kuatir apakah bisa tetap bekerja di Makassar sambil mengasuh Oliver sendiri (dibantu asisten). Saya kuatir saya tidak mampu memenuhi kebutuhan mengasuh dan menyayangi Oliver, saya kuatir tidak maksimal bekerja karena prioritas keluarga saya utamakan, saya kuatir tidak punya cukup waktu tidur, dan berbagai kekuatiran lainnya. Saya bahkan sudah menghitung kekuatan finansial saat itu untuk jika sewaktu-waktu harus resign, saya bisa berhenti bekerja dengan cukup bekal hidup. Saya bahkan sudah sounding kemungkinan resign ke atasan-atasan saya. Di benak saya setiap hari terlintas skenario-skenario. Salah satu contoh skenario paling sering diputar di kepala: Sekeluarga pindah ke Kupang, Nike resign dan jadi ibu rumah tangga di Kupang, hidup sederhana, Oliver bersekolah di sekolah x, sambil kalau ada waktu berjualan apa saja. Ada juga skenario kami sekeluarga pindah di Kupang, sambil saya bekerja di lembaga dengan jenis pekerjaan fleksibel dan bisa bekerja dari rumah. Apapun itu, saya berkali-kali membatin: kita harus siap ya bun, apapun yang terjadi harus siap.

Bersyukur sekali saya hingga saat ini masih terdaftar sebagai staf, masih bekerja di Makassar, sambil menjaga Oliver (dengan bantuan asisten rumah tangga), sambil sesekali bertemu keluarga. Memang ada penyesuaian-penyesuaian, tapi sejauh ini masih mampu. Harus diakui kalau dilihat sepintas sepertinya kurang ideal pengaturan keluarga saat ini yang hidup berjauh-jauhan. Tapi hidup selalu membawa kebaikan-kebaikan di setiap opsi yang kita pilih (atau memang harus dijalani). Ada keuntungannya juga hidup berpisah sementara waktu ini.

Sejak tahun 2023 hingga pertengahan 2024 ini, saya menemui banyak sekali pintu yang tertutup untuk saya. Ada banyak aplikasi dan lamaran (courses, fellowship, dll dsb) yang saya kirimkan hanya untuk kemudian mendengar penolakan halus, atau pengabaian yang kejam 😅. Untuk menghibur hati saya, saya mencoba bijak melihat semua ini, bahwa pintu yang tertutup sebenarnya adalah petunjuk bahwa itu bukan jalan untuk saya, dan hanya akan menjauhkan dari tujuan hidup saya. Di sisi lain, saya juga melihat semua pintu yang coba saya ketuk itu dilakukan dengan ambisi yang keliru, banyak yang saya lakukan untuk “kabur” dari kondisi saat itu. Kalau mau dihitung-hitung, sepertinya jumlah penolakan dan pengabaian hampir sejumlah jari tangan saya, membuat saya menjadi pribadi yang semakin—kalau bukan bijak berarti tebal kulit 😄.

Lalu di akhir Oktober saya menerima berita bahagia untuk berpartisipasi di ajang cukup penting dalam pekerjaan saya: tanpa saya harus mengetuk-ngetuk pintu ataupun jendela. Yaa memang kalau sesuatu memang sudah ditakdirkan untuk kita, tidak akan tertukar dan terlambat datangnya. Sebaliknya, se-kepingin dan se-ngebet apapun kita terhadap sesuatu, kalau memang bukan untuk kita maka ya dia hanya lewat begitu saja.

Tahun 2024 ini saya lebih banyak berdoa, bermanifestasi, berserah, dan mencoba berpikiran positif. Kalau tidak demikian mungkin saya sudah kering dan getir. Saya menggali kembali sisi-sisi haus spiritual saya untuk memahami tujuan hidup, energi, kekuatan pikiran, dan semacamnya. Semua ini membuat saya menjadi lebih kuat menjalani hari-hari penuh kebimbangan dan kekuatiran.

Saya pun lebih menghargai waktu yang saya harus pintar-pintar atur untuk Oliver, untuk keluarga, untuk diri sendiri, untuk liburan dan pause sejenak, dan untuk bersosialisasi. Saya melihat kemampuan mengatur waktu saya lebih baik, syukurlah, karena bagi saya waktu terus berjalan cepat. Hari-hari berlalu dengan tidak sungkan-sungkannya. Pergi secepat itu lalu saya kaget karena belum selesai bekerja, belum siapkan makanan, belum olahraga, belum belum belum, lalu jatuh dalam perangkap: besok saja 😅. Semoga mau terus berlatih mengatur waktu lebih baik ya bun.

Akhirnya tahun ini bisa travel ke luar negeri, Singapore dan Thailand, syukurlah banyak pengalaman dan pembelajaran. Sempat liburan awal tahun dan akhir tahun di Bali dan tengah tahun di Jakarta dan Singapore. Dengan semakin berjauhan fisik ini semakin merasa pentingnya liburan/quality time keluarga. Demikian juga dengan keluarga besar, semakin kesini semakin melihat betapa berharganya punya keluarga besar yang selalu mendoakan hal-hal baik dalam hidup kami. Untuk bagian ini saya bersyukur sekali.

Tahun 2024 ini juga membawa perubahan personality dan preferensi saya. Di postingan sebelumnya saya menulis tentang perubahan menjadi la madame tres feminine la vie en rose 😄. Saya senang memeluk kembali sisi feminin penuh potensi ini, sambil mendandani diri dengan hal-hal yang cantik (dan mengguncang dompet 😅). Saya suka image ini. Sepertinya bukan sepenuhnya baru karena seingat saya sejak kecil saya suka bersolek dan saat kuliah S1 juga saya suka beli baju-baju dan tas-tas cantik. Hanya saja setelah kuliah S1, terlebih S2, saya berubah bagaikan metamorfosis terbalik dari kupu-kupu kenjadi ulat 😄. Tapi begitulah fase-fase hidup, menurut saya itu juga bukan regresi, hanya ganti case dan sedikit software saja. Semoga fase cantik mahal ini bisa bertahan lama karena saya bermimpi jadi ibu-ibu (dan kemudian nenek-nenek) dengan mobil keren, fashion terbaik, dan embel-embel duniawi lainnya yang indah-indah 😅. Dengan kaca mata sekarang saya sama sekali tidak melihat aspirasi ini sebagai cetek atau petty. Saya melihat ini sebagai penghargaan terhadap hidup, terhadap casing jiwa yang sementara ini. Semoga diberkati dengan berlimpah, amiiin.

Tahun 2024 ini keadaan memaksa saya untuk menyetir mobil sendiri. Memang kadang harus terpaksa baru go 😄. Saya sudah mengikuti bahkan 2 jenis kursus menyetir, bahkan sudah memiliki SIM A. Tapi selalu enggan menyetir mobil sendiri karena ada Gide. Semenjak Gide ke Kupang, mau tak mau saya harus berani turun ke jalan, berani parkir tidak sempurna, dan berani menjadi amatir plus diklakson kiri kanan. Setelah beberapa bulan menyetir saya cukup percaya diri, gantian saya yang klakson kendaraan di sekitar kalau asal-asalan menyetir tsk.

Demikian sedikit cerita tahun 2024. Saya bersyukur bisa menulis ini di kampung halaman yang dingin dan berhujan, sambil angkat kaki di sofa dikelilingi keluarga yang hangat.
Selamat menjalani 2025 ini, semoga penuh berkat, miracles, kesempatan, petualangan, dan pemenuhan jiwa ❤️.