Sekali ketuk :
tamu seperti apa rupamu?
Dua kali ketuk :
ah, kamu rupanya, tunggu sebentar.
Tiga kali ketuk :
mana cermin, aku harus berkaca.
Empat kali ketuk :
aku punya segudang cerita yang tak sempat kuceritakan pada orang lain.
Lima kali ketuk :
bubur maupun nasi, putih maupun merah, adakah berbeda?
Enam kali ketuk :
bunyimu familiar, ketukanmu berirama, hai tamu.
Tujuh kali ketuk :
sebelumnya semua suara membuat konsentrasiku pecah.
(atau cukup saja menikmati pecahan-pecahan konsentrasi dalam ketidakberaturan ketukan rongga dadaku)
bisakah kupesan ketukan statismu untuk bertahun kemudian?
(atau kujalani saja bekas ketukanmu hingga seminggu kedepan)
Soe, 24 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar